BAB 4

Palupi bersekolah di SMA Harapan Bangsa seperti halnya Paula. Paula dan palupi sama-sama kelas X. Akan tetapi Paula kelas X j sedangkan Palupi kelas X a. Saat jam istirahat siswa-siswi selalu berhamburan ke kantin sekolah. Di mana di sana berderet makanan yang dijual dari soto, bakso, mie pangsit, siomay dan berbagai jenis minuman. Para siswa-siswi menghambur ke kantin ke bagian stand makanan yang ingin dibeli.

Palupi seperti biasa bersama dengan teman circle nya antara lain Dina dan Ita. Mereka bertiga sedang merencanakan sesuatu untuk mengerjai Kety. Dina sangat membenci Kety gara-gara Kety secara tidak sengaja menumpahkan minuman es sirup yang berwarna itu ke baju nya. Sebenarnya Kety tidak sengaja karena terburu- buru. Ditambah sekarang ini Kety dekat dengan teman laki-laki yang pernah dekat dengan Dina. Kecemburuan itulah yang menjadi pemicu Dina untuk mengerjai Kety karena dia dekat dengan Adam, laki-laki yang pernah menjadi incaran Dina. Tapi belum pernah mereka jadian dan berpacaran.

"Bagaimana kalau kita giring Kety ke toilet wanita. Lalu saat Kety masuk ke dalam toilet, kita langsung menguncinya dari luar. Jangan lupa siapkan tulisan di pintu depannya kalau toilet sedang dalam perbaikan. Bagus bukan ide ku?" usul Ita. Palupi masih diam memikirkan sesuatu untuk mengerjai Kety.

"Jangan dong! Nanti kalau kita ketahuan yang mengerjai nya bisa-bisa kita kena panggil guru ke kantor. Pada akhirnya kita malah terkena hukuman," sahut Dina.

"Ya sudah, pulang sekolah saja kita kerjai Kety! Bagaimana?" ucap Palupi. Dina dan Ita saling berpandangan lalu mereka setuju dengan usul Palupi.

*****

Di jam pulang sekolah, di mana di sekolah sudah sepi. Anak-anak menghambur keluar kelas dan pulang ke rumah mereka masing-masing. Namun berbeda dengan Kety yang terjebak dan terkunci di dalam kamar mandi sekolah.

Awalnya Kety ditarik paksa dengan Dina dan Ita menuju ke toilet belakang sekolah. Di sanalah, Dina dan Kety adu mulut dan mulai cekcok masalah Adam. Dina menuduh Kety merebut Adam darinya dan Kety pun juga menjelek-jelekan Dina di depan Adam. Sehingga hubungan Dina dengan Adam rusak. Bahkan Adam menjauhi Dina dan lebih dekat dengan Kety.

"Dina!!? Ita!? Bukakan pintu toilet nya!? Kalian jangan mengunci dari luar!? Aku bisa mengadukannya pada guru besok pagi kalau kalian tidak mau membuka nya!?" teriak Kety sambil menggedor-gedor pintu kamar mandi yang letaknya di belakang sekolah itu.

Beberapa kali Kety menggedor-gedor pintu itu namun tidak ada sahutan orang yang disebutnya. Bahkan anak-anak yang lainnya pun tidak ada yang membukakan pintu itu.

"Siapapun kalian!!? Yang masih ada di luar sana, tolong bukakan pintu kamar mandi ini! Tolong aku!!?" ucap Kety dengan berteriak-teriak. Namun belum ada satupun siswa yang membukakan pintu toilet itu.

Kety menangis di dalam toilet itu. Padahal dia sudah mulai lapar karena saat istirahat sekolah tadi, dia hanya jajan cemilan saja. Sudah satu jam di toilet itu. Kety meringkuk duduk berjongkok di dalam sana. Kembali Kety menggedor-gedor pintu toilet itu, dalam benaknya siapa tahu ada penjaga sekolah ada di sana. Memang toilet belakang sekolah itu cukup jauh dengan rumah tinggal yang ditempati penjaga sekolah itu. Biasanya kalau menjelang sore, penjaga sekolah kembali mengecek lingkungan sekolah dan membersihkan lingkungan sekolahan hingga ke bagian toilet.

"Sudah jam lima!? Pasti sekolah sudah sepi. Tidak ada siswa-siswi di lingkungan sekolah. Mana hari kamis sore tidak ada kegiatan ekstrakurikuler. Semoga penjaga sekolah itu mengecek sampai belakang sekolah ini," gumam Kety.

Namun hingga larut malam, Kety masih saja terkunci di dalam toilet itu. Namun tiba-tiba saja ada yang membukakan pintu toilet itu di jam enam sore.

"Pak Parjo?!" gumam Kety.

"Astaga?! Ternyata benar masih ada siswa di dalam toilet ini!? Bapak pikir sejak tadi suara hantu wanita," ucap penjaga sekolah itu yang bernama pak Parjo.

Tanpa menghiraukan pak Parjo dalam mode terkejut, Kety segera keluar dari dalam toilet itu. Rasanya dia sudah ingin menghirup udara segar dan sehat dari luar sana.

Kety menceritakan semuanya pada penjaga sekolah itu. Kenapa dirinya bisa dikunci dari luar toilet itu.

"Lebih baik besok eneng melaporkan kejadian ini pada guru. Kalau tidak? Teman eneng yang sudah mengunci eneng itu bisa kembali seenaknya sendiri bertindak jahat seperti itu pada siswa yang lain. Teman eneng yang sudah berani mengunci eneng harus mendapatkan hukuman. Ini tidak bisa dibiarkan. Kalau eneng tidak berani mengadukan pada guru, biar bapak yang melaporkan semuanya," ucap pak Parjo panjang lebar.

"Sudahlah pak Parjo! Masalah ini sampai di sini saja pak! Tidak perlu diperpanjang lagi. Lagipula saya sudah di sini. Untung saja pak Parjo mau membukakan pintu toilet itu. Kalau tidak, saya bisa semalaman di dalam toilet itu dan mungkin saja bisa pingsan karena lapar dan juga udara di dalam toilet yang kurang sehat," kata Kety.

"Maaf, neng! Sebenarnya samar-samar saya tadi sudah mendengar nya. Tapi saya takut dan saya pikir memang hantu wanita itu kembali muncul dan mengganggu. Di toilet itu dulu ada salah satu siswa meninggal karena bunuh diri di dalam sana," cerita pak Parjo.

"Hah, apa?? Ih pak Parjo, bikin takut saya saja! Kalau begitu, saya langsung pulang saja pak! Takut orang tua saya menjadi khawatir karena saya sudah telat pulang," ucap Kety.

"Eneng mau pulang naik apa neng? Atau biar bapak yang mengantarkan eneng pulang?!" sahut pak Parjo.

"Tidak perlu pak!? Biar saya naik ojek online saja. Nanti kalau bapak yang mengantarkan saya pulang, malah cerita nya menjadi panjang. Biar orang tua saya tidak perlu tahu kalau saya telat pulang. Lihat notifikasi di handphone saya sudah banyak. Pesan masuknya pun sudah bejibun. Mereka sudah khawatir. Untung saja tas saya mereka letakkan di depan pintu toilet. Kalau di buang bisa repot urusan nya," urai Kety.

"Jadi, eneng yakin berani pulang sendiri naik ojek online?" tanya pak Parjo.

"Iya, pak! Saya akan bilang pada orang tua saya kalau tadi ada kegiatan sekolah sampai jam enam. Lalu nunggu pesan ojek online juga lama, hehehe. Gitu saja pak!? Daripada nanti mereka datang ke sekolah memperpanjang urusan ini, kan repot. Malas pak!" sahut Kety.

"Eneng memang paling baik!?" kata Pak Parjo.

"Pak Parjo, juga baik sudah mau membukakan pintu toilet itu walaupun sudah ketakutan dikira ada hantu di sana. Ternyata hantu nya saya, hehehe," ucap Kety.

*****

"Kurang aja tuh Dina!? Ini tidak bisa dibiarkan Kety!? Kita harus mengadukan ke guru BP. Mereka harus mendapatkan hukuman dan sangsi," ucap Monika setelah mendengar cerita dari Kety setelah sampai di rumah.

"Ah tidak usah, Monika!? Tapi aku tidak akan membuatkan orang jahat melakukan kejahatan terus," sahut Kety.

"Hah? Maksud kamu?" tanya Monika.

"Maksudnya, aku tentu saja akan membalasnya lebih pedih dari ini," kata Kety akhirnya.

Percakapan melalui handphone itu akhirnya terputus setelah Kety menyudahinya. Kety sudah lelah karena berjam-jam panik dan stres di dalam toilet sekolah itu. Beruntung pak Parjo datang menolong nya. Kalau tidak? Mungkin sampai besok pagi dirinya berada di toilet itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!