"Jangan suka mendendam, kawan! Lebih baik berdamai saja dengan apa yang sudah mereka lakukan terhadap kalian. Itu lebih baik daripada membalas dendam. Oke?" ucap Paula. Kety dan Monika kini menjadi cemberut mendengar ucapan Paula seperti seorang pendeta yang lagi berpidato.
"Kenapa? Kalian masih tidak mau berdamai dengan mereka? Kalian masih ingin membalas mereka?" sambung Paula.
"Aku masih sakit hati, Paula! Coba bayangkan saja!? Hampir seharian aku dikurung di dalam toilet belakang sekolah yang jarang dipakai itu. Aku sudah gedor-gedor pintu dan juga berteriak-teriak, belum juga ada yang menolong. Bahkan pak Parjo pun yang sempat mendengar teriakan ku dan aku menggedor-gedor pintu, dikira suara hantu. Coba kalau Pak Parjo tidak mendatangi kamar mandi di belakang sekolah itu? Aku bisa mati karena lapar dan juga merasakan pengap karena udara di dalam kamar mandi yang harumnya luar biasa," ucap Kety dengan geram.
Dia masih marah dengan Dina jika mengingat hal itu. Rasanya mau mencakar muka Dina.
"Nah, kalau aku yang diperlakukan seperti itu, aku akan mengadukan semua nya pada pihak sekolah dan bila perlu ke pihak berwajib. Biar tahu rasa si Dina itu. Dia harus merasakan bagaimana rasanya dingin dan panas nya saat berada dibalik jeruji kalau ditahan oleh pihak polisi. Aku juga ingin lihat, Dina dikeluarkan dari sekolah karena sudah mendekati tindakan kriminal," ucap Monika seolah mengompori Kety.
"Teman-teman ku yang cantik dan baik! Tarik nafas dalam-dalam! Tenangkan emosi kalian! Lupakan semua itu dan maafkan Dina. Sekarang, bagaimana kalau kita minum es campur dan biar aku yang mentraktir kalian. Bagaimana?" sahut Paula.
"Es campur? Kamu mentraktir kami?" kata Monika.
"Iya, ayolah! Supaya dingin pikiran dan hati kalian. Ayo minum es dulu dan lupakan semua yang buruk-buruk," ajak Paula.
"Untuk sementara aku mengikuti apa kata kamu saja, Paula. Tapi nanti jika mereka berulah lagi, aku tidak mau berdiam diri lagi," sahut Kety.
"Ayolah Kety yang cantik! Jangan mengotori hati kamu dengan rasa kebencian. Kita harus berdamai dengan siapa saja termasuk teman-teman kita yang berusaha memusuhi kita," kata Paula seraya merangkul pundak dua teman dekat nya itu. Kety dan Monika menyambut merangkul pundak Paula.
"Itulah yang aku benci dari kamu, Paula. Siapa saja yang berusaha menyakiti dan menghina kamu, kamu masih saja berdiam diri," sahut Kety.
"Iya, coba saja Paula juga bar bar kayak kita, kita bisa samperin kelompok nya Palupi in the genk itu yang sok cantik dan keren. Padahal biasa -biasa saja," ucap Monika.
Dalam hal ini Kety dan juga Monika masih belum mengetahui kalau Palupi itu saudara tiri Paula. Jika mereka berdua tahu, pasti akan semakin geregetan. Karena antara Paula dan Palupi terlihat berbeda dalam gaya hidup dan penampilan. Fasilitas yang diberikan saat sekolah pun juga berbeda dari orang tua mereka. Palupi berangkat ke sekolah terkadang naik mobil sendiri dan terkadang diantar oleh sopir. Sedangkan Paula setiap hari naik angkutan kota dan terkadang naik ojek online.
Sengaja Paula tidak menceritakan semua kehidupan nya dengan dua teman dekat nya itu. Sehingga mereka hanya mengetahui kalau Paula terlambat masuk sekolah lantaran Paula seorang anak manja yang suka bangun kesiangan. Bukan lantaran harus mengerjakan kerjaan rumah terlebih dahulu.
*****
Ketiga teman dekat itu sudah duduk di kantin sekolah yang menjual es teler dan es buah. Paula, Kety dan Monika sudah menikmati minuman dingin dan segarnya. Namun kenyamanan mereka menjadi terganggu saat ketiga ciwi-ciwi yang sok cantik itu menyindir salah satu dari mereka. Ketiga ciwi-ciwi itu yaitu kelompok Palupi yang terdiri dari Dina, Ita dan Palupi sendiri. Mereka bertiga saat ini juga sedang meminum es teler di kantin itu. Kety mulai panas dan terpancing emosinya saat mereka menyindir dirinya yang menuduh dirinya merebut Adam dari Dina.
"Sekarang ini bibit-bibit pelakor sudah merajalela.Kalian itu, seharusnya lebih berhati-hati menjaga pacar kalian yang memiliki wajah yang tampan. Apalagi pacar kalian itu lahir dari keluarga berada. Wah bakalan cewek-cewek ingin berebut tuh untuk dapat pacar kalian. Tidak perduli itu pacar kalian. Contohnya sudah jelas kan? Pacar Dina, si Adam sudah direbut oleh cewek berambut keriting kampungan itu," ucap Palupi. Kety yang merasa rambutnya kerinting jadi kena sindir oleh ucapan Palupi.
Kety berdiri mendekati ketiga ciwi-ciwi kelompok Palupi. Paula yang berusaha menahan amarah Kety pun tidak bisa mencegah emosi Kety. Kini Kety dan Monika mulai mendekati ketiga ciwi-ciwi kelompok Palupi itu dengan membawa mangkok es telernya. Paula panik melihat kedua temannya sudah emosi mendekati kelompok Palupi.
Ketika Palupi, Dina dan Ita masih asyik berbicara menjelekkan Kety, Tiba-tiba Kety menyiram es teler itu ke kepala Palupi. Dan aksi nekat itu dilakukan juga oleh Monika dengan menyiram es teler nya ke kepala Dina. Jadi Dina dan Palupi kini kepala mereka kena siraman es teler milik Kety dan Monika.
"Kalian!?" teriak Palupi antara marah dan terkejut.
"Hai, kamu?! Benar-benar pelakor!!?" teriak Ita.
Kety dan Monika sudah berkacak pinggang siap mencakar wajah-wajah ketiga ciwi-ciwi di depan mereka. Sedangkan Paula berusaha menahan amarah Kety dan Monika supaya tidak mengajak ketiga ciwi-ciwi itu berantem.
"Hayo, kalau berani!! Satu lawan satu!!" ucap Kety.
"Iya, jangan hanya berani nya mengunci pintu toilet karena menjebaknya ke tempat itu!!? Benar-benar tidak punya nyali!! Kalau berani ayo kita duel!!?" sahut Monika yang sudah menarik rambut Kety.
Monika dan Kety benar-benar sudah seperti bar bar. Paula yang berusaha menghentikan perkelahian itu jadi terdorong ke belakang.
Akhirnya keributan dan perkelahian itu terjadi sudah hingga siswa-siswi menjadi berkerumun melihat pertunjukan gratis itu. Sedangkan Paula segera berlari mencari guru BP untuk menghentikan perkelahian itu. Dimana Kety berkelahi dengan Palupi sedangkan Monika berkelahi dengan Kety dan Ita. Namun demikian Monika terlihat sangat jago dalam bela diri. Sehingga sorak sorai siswa-siswi yang melihat perkelahian itu menjadi bersemangat. Bahkan siswa-siswi yang melihat perkelahian itu terkadang memberikan tepuk tangan jika Monika bisa memukul dan menendang Ita dan Dina. Terkadang Monika dengan sengaja mencakar wajah keduanya. Monika benar-benar garang dan sadis.
Siswa-siswi tidak ada yang berusaha melerai perkelahian itu. Demikian juga Adam yang melihat nya hanya bisa berdiri mematung. Hingga akhirnya Adam menghentikan aksi perkelahian itu Sebelum guru BP datang.
"Cukup!? Hentikan!!?" teriak Adam. Semua ciwi-ciwi itu diam dan menoleh ke arah teriakan Adam termasuk Kety dan juga Dina.
"Adam!?" gumam Kety dan Dina bersama. Di saat itulah datang beberapa guru BP dan juga Paula.
"Kalian sudah puas berantemnya?? Silahkan semua yang terlibat ke ruang BP tanpa terkecuali," kata salah satu guru BP itu dengan tegas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments