BAB 2

Paula sudah tiba di rumah. Bersyukur mama tirinya sedang ke salon siang itu. Paula bisa sedikit bernafas dengan lega. Namun baru juga Paula meluruskan tulang belakang nya dengan rebahan di atas kasurnya yang empuk, Palupi berteriak keras memanggilnya.

"Paula!!" teriak Palupi di luar kamar. Karena suara teriakan Palupi begitu keras, Paula segera beranjak dari tempat tidur nya. Paula segera membuka pintu kamarnya dan ternyata Palupi sudah berkacak pinggang di depan pintu kamarnya.

"Dipanggil-panggil sejak tadi tidak juga menyahut. Haus banget nih, aku mau es sirup dah antar kan ke kamar ku ditambah dengan kentang goreng," perintah Palupi.

"Haus yah? Makanya jangan suka teriak-teriak," sahut Paula. Palupi melebar matanya dengan sempurna.

"Eh, sudah mulai berani yah!? Awas yah kalau mama nanti pulang, akan aku adukan dengan mama kalau kamu mulai berani melawan aku," ucap Palupi.

"Ih suka sekali mengadu. Ini aku akan bikinin, bawel!?" sahut Paula yang segera melenggang meninggalkan Palupi yang masih ngomel-ngomel tidak jelas. Palupi pun akhirnya kembali ke dalam kamarnya.

Paula segera membuat kan minuman manis dingin yang diminta oleh Palupi. Ditambah dengan kentang goreng. Di dapur ada salah satu pelayan yang suka membantu Palupi. Dia bernama mbak Dian. Mbak Dian membantu Paula menggoreng kan kentang yang sudah siap goreng.

"Non Paula mau digoreng kan juga kentangnya? Tadi mbak lihat, non Paula setelah pulang dari sekolah belum makan kan?" kata mbak Dian.

"Heem, mbak Dian! Boleh lah kentang goreng nya bikin banyak buat aku dan Palupi," sahut Paula.

"Siap non!" kata mbak Dian. Paula tersenyum melihat mbak Dian selalu baik terhadap dirinya.

"Kentang buat Palupi sudah siap, mbak Dian? Biar aku mengantarkan nya ke atas dulu sekalian minuman dinginnya," ucap Paula.

"Ini sudah siap non! Kentang goreng non Paula masih mbak goreng nih," kata mbak Dian.

"Oke, baiklah! Nanti saya akan kembali lagi ke sini setelah mengantarkan kentang goreng dan minuman dingin ini," ucap Paula.

*****

"Lama sekali sih!? Bikin ini saja sampai berjam-jam," keluh Palupi yang saat ini sedang sibuk bermain game di dalam kamar nya. Paula meletakkan piring yang berisi kentang goreng dan juga minuman dingin itu di depan Palupi.

"Namanya juga digoreng dulu kentangnya. Lalu bikin minuman dinginnya," sahut Paula. Palupi mendongak melihat ke wajah Paula.

"Kamu ini kalau tidak ada mama ku berani sekali melawan ku," ucap Palupi.

"Berani karena benar!" sahut Palupi.

"Awas saja nanti aku adukan ke mama kalau kamu sudah mulai berani bicara," kata Palupi.

"Eh, hobi sekali suka ngadu seperti anak kecil," sahut Paula.

"Eh?? Kamu?? Lama-lama menyebalkan sekali!. Cepat keluar dari kamarku! Aku sudah tidak membutuhkan kamu! Bikin eneg saja kalau lihat wajah kamu itu yang sok polos tapi nyebelin banget," kata Palupi.

Paula segera melenggang meninggalkan kamar Palupi. Kamar yang awalnya merupakan kamar nya. Sebelum mama tiri dan juga Palupi datang ke rumah itu karena papa nya Paula membawa mereka masuk ke rumah itu setelah mama Paula meninggal dunia. Dan kehadiran mama tiri dan juga Palupi membuat Paula tersingkir dari perhatian papa Paula.

Paula duduk di meja makan. Mbak Dian sudah menyiapkan kentang goreng dan juga minuman dingin untuk Paula.

"Silahkan dinikmati, non! Nona tidak mau makan nasi? Mbak bikin iga bakar loh beserta cah kangkung," ucap mbak Dian. Paula mulai mengambil kentang goreng itu lalu memasukkan nya ke dalam mulutnya.

"Terimakasih banyak mbak Dian! Ini aku habiskan kentang goreng nya dulu. Oh iya, mbak Dian!? Ini minuman dingin untuk ku juga?" kata Paula.

"Iya dong!? Ayo diminum dulu non! Kalau begitu, biar mbak siapkan iga bakar dan cah kangkung nya. Non Paula harus makan banyak," ucap mbak Dian.

"Terimakasih banyak mbak Dian. Mbak Dian dari dulu sangat baik dengan ku," sahut Paula.

"Non Paula ini bicara apa sih? Mbak sudah lama kerja di rumah ini sejak nyonya besar belum meninggal dunia. Jadi dari nona Paula masih kecil, mbak sudah bekerja di sini," kata mbak Dian.

"Terimakasih mbak Dian! Mbak Dian lah yang selalu membantu aku jika mama tiri dan Palupi suka memberikan aku banyak kerjaan di rumah ini. Mereka seperti tidak senang jika aku santai di rumah. Padahal jelas-jelas di rumah ini sudah banyak pelayan atau pembantu rumah tangga di sini. Apalagi jika papa tidak pulang karena melakukan perjalanan bisnis ke luar. Mereka kesempatan membuat aku seperti pembantu. Dari menyuruhku memijat badan mereka sampai larut malam hingga melakukan kerjaan rumah," ucap Paula.

"Non Paula yang sabar yah, non! Mbak yakin jika suatu saat non Paula akan mendapatkan kebahagiaan dan keberuntungan. Dan non Paula akan terbebas dari penindasan mami tiri dan juga non Palupi," sahut mbak Dian.

"Aamiin!? Rasanya aku sudah tidak sabar segera lulus dari sekolah menengah atas ini, mbak! Aku ingin kuliah ke luar kota dan keluar dari rumah ini. Aku capek tinggal bersama mereka. Bagaimana pun juga mereka sangat disayangi oleh papa. Aku harus menghargai itu. Papa sangat menyayangi mama Citra, mama tiri ku," kata Paula.

"Sabar yah, non! Kelak pasti tuan besar Thomas akan tahu jika mereka berdua terkadang memperlakukan non Paula kurang baik," ucap mbak Dian.

"Mungkin kehidupan keras ini harus aku lewati, mbak! Mulai besok, aku akan bangun lebih awal supaya kerjaan ku cepat selesai. Aku tidak mau datang terlambat terus ke sekolah. Mbak Dian tahu? Gara-gara aku terlambat masuk ke sekolah, aku hampir setiap hari mendapatkan hukuman terus di sekolah. Mungkin saja semua teman-teman ku disekolah dan juga guru-guru di sekolah itu sudah mengenalku lantaran aku di nilai sebagai siswa kurang disiplin," ucap Paula.

"Astaga non?! Yang sabar yah non!?" sahut mbak Dian.

"Iya, mbak! Mau tidak mau aku harus terima segala konsekuensi nya karena sudah datang terlambat masuk sekolah. Mbak Dian tahu, mereka tidak memberikan ijin sopir mengantarkan aku ke sekolah. Aku harus naik angkutan umum. Padahal Palupi satu sekolah dengan ku di sana," keluh Paula.

"Yang sabar yah, non! Pasti papa Thomas suatu saat akan mengetahui perihal ini," kata mbak Dian.

"Mereka sangat pandai membuat alasan, mbak! Mana mungkin mereka mau disalahkan," sahut Paula.

"Benar juga! Yang sabar yah non! Nona pasti bisa sabar dengan semua ini. Mbak akan membantu non Paula," ucap mbak Dian.

"Terimakasih banyak, mbak Dian! Mbak Dian sangat peduli dengan aku," kata Paula.

Terpopuler

Comments

mulidah idah

mulidah idah

ke arah timur

2023-03-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!