Sesampainya di apartemen, Sam membiarkan Elmer untuk istirahat. Ia selalu tidak tega jika melihat trauma Elmer yang selalu saja kambuh. Bahkan jika bisa, ia ingin sekali membantu Elmer untuk menghilangkan trauma nya itu. Tapi, apa mau dikata, yang bisa ia lakukan sekarang hanyalah memberi obat penghilang rasa mual itu.
Melihat Elmer yang sudah tertidur, Sam pun keluar dari apartemen Elmer. Ia segera mengambil ponsel di sakunya, karena mendapatkan sebuah telepon dari Tuan Sebastian, ayahnya Elmer.
"Sam, kau sedang bersama Elmer? Tadi aku sudah menelponnya berkali-kali. Tapi tidak ada jawaban sama sekali."
"Aku baru saja keluar dari apartemennya om. Sebentar, aku akan berjalan ke basemen dulu untuk memasuki mobil," ucap Sam.
Laki-laki itu berjalan ke basemen dengan telepon yang masih terhubung. Kemudian setelah sudah duduk di mobil, Sam langsung menjawab pertanyaan Tuan Sebastian lagi.
"Elmer sedang istirahat om. Tadi dia nekat menyentuh wanita karena dia pikir traumanya sudah sembuh. Tapi ternyata tidak om."
Tuan Sebastian agak bingung dengan ucapan Sam. Ia pun langsung meminta penjelasan yang lebih detail.
"Bagaimana bisa Elmer berpikir begitu? Apa dokter yang mengatakan itu?"
"Tidak om. Elmer sih tadi mengatakan kalau dia tidak sengaja menyentuh wanita dan tidak merasakan apapun setelahnya. Jadi dengan bodohnya dia malah sengaja menyentuh wanita untuk memastikan semuanya. Tapi ternyata, traumanya masih ada om."
Terdengar suara helaan napas dari sambungan telepon.
"Siapa wanita itu?" tanya Tuan Sebastian.
"Aku tidak tahu om. Bahkan sepertinya dia adalah satu-satunya wanita yang tidak terpikat dengan anak om. Hingga membuat Elmer kesal."
Terdengar sedikit tawa renyah dari Tuan sebastian.
"Benarkah begitu? Wah! Sepertinya, wanita itu bisa membantu untuk menyembuhkan trauma Elmer."
Tuan Sebastian mulai menerka-nerka.
"Hm, bisa jadi begitu om. Tapi kan kita tidak tahu om."
"Iya, kau benar juga sih. Ya sudah om tutup teleponnya. Tetap jaga Elmer jangan sampai dia diberitakan lagi di media."
"Siap om."
Sam pun bernapas lega ketika selesai berbicara dengan Tuan Sebastian. Ia meletakkan ponselnya ke sakunya dan mulai mengemudikan mobilnya keluar dari area apartemen Elmer.
*
*
Tuan Sebastian menatap figura foto keluarganya di ruang kerja kantornya. Sudah berulang kali ia menarik napasnya.
"Maafkan aku ma, aku tidak bisa menjaga dan merawat anak kita berdua. Evan sudah meninggal dengan keadaan masih merasa bersalah ada adiknya sendiri. Sementara Elmer, dia memang terlihat baik-baik saja, tapi dia menyimpan luka yang begitu dalam hingga membuatnya trauma dengan wanita. Maaf, aku minta maaf."
Tuan Sebastian terduduk di Sofanya dengan kepala yang menunduk. Ia merasa gagal menjadi seorang ayah. Karena kedua anak laki-lakinya tak ia jaga dengan baik.
Hingga suara anak kecil pun membuyarkan segala kesedihannya. Tuan Sebastian langsung tersenyum dan berdiri dari duduknya untuk menyambut anak kecil itu.
"Kakek, hari ini aku datang untuk menjemput kakek pulang," celoteh anak kecil wanita yang bernama Naomi itu.
"Benarkah? Wah, kakek senang sekali dijemput cucu kakek yang cantik dan manis ini," ucapnya sambil berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan Naomi.
"Tunggu sebentar ya, kakek akan beres-beres dulu. Naomi duduk dulu di sofa ya. Nanti kita pulang sama-sama."
"Siap kakek."
Naomi pun menurut dan langsung duduk di sofa sambil melihat apa yang dilakukan kakeknya.
Setelah selesai berbenah, kakek dan cucu itu langsung keluar dari ruangan dengan saling bergandengan. Di luar sudah ada sekretaris pribadi dan suster yang menjaga cucunya selama ini.
"Kakek, aku rindu sekali dengan papa Elmer. Kapan kita akan berkunjung lagi ke rumah papa?" tanya Naomi dengan mendongak ke arah kakeknya.
"Em, sepertinya papa Elmer sedang sibuk sayang. Jadi, kita tidak bisa mengunjungi dalam waktu dekat. Tidak apa-apa kan?"
Naomi merengut sedih dan kecewa. Bahkan wajahnya sudah ditekuk hingga kusut. Ia benar-benar rindu dengan papa Elmer.
"Ya sudah, tidak apa-apa," jawabnya pelan.
Tuan Sebastian tahu cucunya itu sedang bersedih dan kecewa. Tapi, mau bagaimana lagi, Elmer kan memang sibuk. Ia pun tak mau membuat Elmer kerepotan dengan datangnya Naomi ke apartemen anaknya itu. Karena Naomi pasti akan meminta banyak hal pada Elmer. Walaupun Elmer tak pernah menolak permintaan Naomi itu. Bahkan Naomi adalah satu-satunya wanita yang tak membuat Elmer mual dan muntah sebelum Elmer bertemu dengan wanita yang tak sengaja bertabrakan dengannya.
Keduanya kini sudah berada di dalam mobil, duduk di belakang kemudi. Sementara si suster duduk di samping sekretaris pribadinya yang mengemudikan mobil.
"Apa saja yang dilakukan cucu kakek di sekolah tadi?"
"Banyak kakek. Aku tadi main puzzle, mewarnai, bernyanyi dan menjahili temanku, hehe," jawab Naomi.
Tuan Sebastian tertawa pelan mendengarkan jawaban cucunya itu. Karakternya sama persis dengan anak sulungnya.
"Jangan jahil sama teman sendiri. Kita harus berbuat baik sama orang."
"Tapi kek, aku kan hanya becanda. Habis dia lucu kalau aku jahili, hehe."
Tuan Sebastian geleng-geleng kepala.
"Tapi jangan buat temanmu menangis ya?"
"Tentu saja tidak kek. Aku kan anak yang baik hati, lucu dan menggemaskan. Bagaimana mungkin aku membuat temanku menangis? Tapi kalau menjahili, aku sering," jawab Naomi jujur diakhiri dengan kekehan pelannya.
Obrolan kakek dan cucu itu didengar oleh sekretaris pribadi dan suster pribadi dari cucunya. Keduanya sama-sama tersenyum mendengarkan interaksi antara cucu dan kakek itu.
Sesampainya di rumah, kakek dan cucu itu bergandengan tangan lagi hingga masuk ke dalam rumah. Keduanya duduk di sofa dan menyandarkan tubuhnya bersamaan ke ujung sofa.
"Mamamu kemana? Kenapa kakek tidak melihatnya?" tanya Tuan Sebastian.
"Tidak tahu, tadi sebelum aku pergi jemput kakek. Mama ada di rumah kok. Tapi, emang sekarang mama nggak kelihatan. Kemana ya kek?"
Naomi juga ikut-ikutan mengedarkan pandangannya ke sekeliling rumah. Ia tidak melihat keberadaan mamanya.
"Kakek ke kamar dulu ya. Gerah mau mandi. Naomi sekarang main dulu sama suster Gea ya. Nanti kakek main sama Naomi setelah selesai, oke?"
"Oke kakek. Ayo sus!" ajak Naomi pada susternya.
*
*
Ella pulang ke rumahnya dengan wajah yang terlihat kesal. Ia bahkan sampai tidak menyadari kehadiran kembarannya, istri kembarannya juga ponakannya disana. Ia berjalan begitu saja melewatinya.
"Ela!" panggil Rendra.
Ela pun membalikkan tubuhnya dan saat itu ia baru menyadari jika ada kehadiran kembarannya disana.
"Eh, kalian ada di rumah? Kenapa aku tidak liat ya?" ucap Ela.
"Bukan tidak lihat, tapi kau memang sedang melamun. Untung di depanmu tidak ada tiang. Kalau ada pasti keningmu sudah benjol. Dan aku orang pertama yang akan menertawakan mu."
Ela mendengus sebal. Selalu saja begini jika ia bertemu dengan kembarannya. Biar pun ia sudah jadi bapak-bapak yang mempunyai anak. Tetap saja, sifat menyebalkannya masih ada. Ela jadi mengurungkan niatnya untuk pergi ke kamar dan ikut duduk di ruang tamu.
"Kenapa Ela? Sepertinya kau sedang kesal?" tanya Aura.
Ela langsung mengangguk.
"Aku memang sedang kesal dengan aktor yang sok tampan dan kepedean," jawab Ela dengan lugasnya.
"Jangan kesal-kesal sama orang. Nanti lama-lama bisa jadi suka," celetuk Rendra.
"Ih, apaan sih! Mana mungkin!" bantah Ela.
"Siapa tahu saja kan? Lagian kau sudah berumur tahu. Karier sudah mapan, umur sudah lebih dari cocok untuk menikah. Apalagi yang kau cari sih? Lihat, aku saja yang cowok sudah punya anak. Sana jadian saja sama aktor itu."
"Huh! Lama-lama kau seperti mama saja! Sudahlah, aku pergi ke kamar mau mandi!"
Padahal Ela baru sebentar duduk disana, tapi ia sudah dibuat kesal dan berkahir meninggalkan Rendra, Aura dan ponakannya.
"Ih, kau ini. Jangan terus menerus memaksa Ela untuk menikah. Mungkin dia memang belum bertemu jodohnya."
"Iya, iya, iya."
*
*
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Lina Susilo
rendra dn ella gk berubah dri dlu masih sama2 suka debat
2023-04-06
0
Bambang Setyo
Naomi ini anaknya siapa..
2023-03-09
0
Yui
deh anakx Rendra sm Aura ada 3
2023-03-08
0