Chapter 14

"Kau tersenyum. "

"Hanya tersenyum menghormati klien mu tuan ku. "

"Tetap saja tidak boleh. "

"Baiklah aku salah tuan ku. Aku akan menanti hukuman mu yang begitu nikmat itu. " jawab Lilian dengan suara seksi nya.

"Kau sungguh nakal. " kata Arish datar sambil mengangkat ujung bibir nya tipis.

"Sayang nya, kenakalan ku hanya mampu memikat tubuh mu, bukan hati mu tuan. "

"Jangan bermimpi. "

"Maka dari itu, karena aku tak mampu menikmati hati mu, maka aku akan menik*mati tubuh mu sepuas ku tuan. " senyum Lilian mengembang menggoda Arish.

"Tidur sana. " jawab Arish.

"Sampai ketemu tuan ku yang paling tampan. "

Dan Arish mematikan panggilan itu tanpa menjawab salam dari sugar baby nya. Kemudian Arish tersenyum melihat ponsel nya.

Arish memejamkan mata nya untuk 13 jam ke depan. Hal yang membuat Arish tak ingin sendiri dan memilih bersenang- senang dengan banyak wanita adalah perang di otak nya sendiri.

Mata yang terpejam itu nyatanya tidak ingi terlelap. Otak nya terus berkelana ke masa yang tak lagi bisa dia gapai.

**Arish Prov

mata ku terbuka lagi, karena bayang- bayang indah itu kembali bermunculan di otakku. Bayang yang sangat indah walaupun semu.

Bibir ku terangkat satu sisi. Kemudian berputar kejadian kemarin yang aku alami. Saat orang yang begitu aku sayangi dan kagumi tengah menatap ku penuh semburat rindu dan semakin tua.

Air mata ku menetes tak bisa ku bendung. Tiba- tiba sesak itu seakan menghantam dada ku, mencubit hati ku, mencekik ulu hati ku, dan membanting paru- paru ku. Isi di dadaku sedang di KDRT oleh perasaan ku sendiri.

"Ternyata banyak waktu yang telah terlewati tanpa mu bi. Tubuh tegap mu dulu kini sudah sedikit tak setegap dulu, seakan banyak beban di pundak mu. Tangan yang kuat dan kekar dulu kini telah lemah dan keriput. wajah tampan itu kini telah menunjukkan gurat- gurat kehidupan yang telah kau lewati bi. " gumam Arish dengan air mata yang tak mau di ajak kompromi.

"Aku nyatanya kembali lemah saat melihat mu bi. Ini berarti aku tak bisa muncul secara langsung menantang mu. Karena hati ku masih sangat lemah berhadapan dengan mu. " gumam Arish sambil terus mengusap air mata nya yang tak mau berhenti.

Aku tak bisa terus berputar di kesedihan ini. 13 jam yang akan datang aku tak mau melewati perjalanan ku dengan kesedihan. Ku ambil obat yang selalu ada di dalam saku ku. Ku minum dalam sekali tenggak.

Kemudian Arish memejam kan mata nya dan tak sadarkan diri. Arish mengonsumsi obat tidur 2 pill sekaligus.

Obat yang menjadi penolong saat sendirian dan otak nya tak ingin istirahat.

Sedangkan di negara yang baru saja di tinggalkan oleh Arish. Di dalam kamar bernuansa putih, seorang pemuda tengah memeluk sang abi yang terbangun dari tidur lelap nya, kemudian histeris mencari sang kembaran.

"Arish. Kakak. Kakak dimana dik?. " tangis nya.

"Abi ketemu kakak di tempat uma. Mana kakak dek. Apa kakak ke mansion untuk berganti pakaian?. " lanjut nya dengan derai air mata.

"Saat Arvi tiba, Arvi hanya bertemu dokter yang menjaga abi, Arvi tidak melihat kakak. " kata Arvi sambil memeluk sang abi.

"Kakak benar benar meninggalkan abi di pemakaman itu? Hiks. Kakak sudah benar benar pergi meninggalkan abi. Hiks. Hiks. " kata Ridwan sambil mencengkram dada nya.

Dada nya sangat sesak dan sakit. Putra nya benar- benar tak lagi mempedulikan diri nya. Bahkan setelah berpisah delapan tahun lama nya.

"Hiks. Hiks. Sakit sekali dada abi dek. " kata Ridwan sambil tersengal dan penuh derai air mata.

Arvi begitu panik dan buru- buru memencet tombol emergency. Abinya kembali Anfal dan tidak sadarkan diri sesaat sebelum dokter datang.

Arvi tak bisa menahan air mata nya lagi saat melihat kesedihan memenuhi pelupuk mata abi nya. Saat abi nya kembali menutup mata setelah hampir satu hari penuh menutup mata nya.

Arvi menunggu di luar sambil terus berdoa. Dia begitu khawatir dengan kondisi sang abi.

"Abi harus kuat. " gimana nya seperti menyemangati abi nya secara langsung.

"Aku berjanji jika abi selamat kali ini dan sehat, Arvi akan menuruti keinginan abi. " gumam nya lagi.

Detik, Menit telah berlalu. Semakin menambah kegelisahan hati Arvi.

Hingga dokter keluar setelah 6 jam penuh menangani abi di dalam.

"Bagaimana dok?. " tanya ku dengan penuh gugup saat dokter keluar.

"Tuan besar berhasil di selamat kan. Tapi kami tidak bisa berjanji kapan tuan besar akan siuman. Karena ini serangan jantung ke dua dalam Kurun waktu yang singkat. Seperti nya beban hati tuan besar sangat besar. " kata dokter Albert menjelaskan.

Dokter Keluarga yang dari kecil selalu menangani keluarga nya.

"Terima kasih dokter. "

"Seperti nya tuan besar merindukan tuan muda Arish. Tadi sempat bergumam bibir nya. Lebih baik bawa tuan muda Arish kemari tuan. "

"Iya dok saya usahakan. "

"Baiklah kami permisi. " pamit dokter Albert dan para antek- antek nya.

Setelah dokter pergi Arvi masuk dan duduk di sebelah abi nya.

"Abi harus sembuh. Adek akan cari kakak untuk abi. Jangan tinggalin adek sendirian bi. " kata abi sambil meletakkan kepala nya di punggung tangan sang abi yang tertancap infus. Juga banyak nya selang yang memenuhi abi nya.

"Abi tau. Kakak masih sangat mencintai abi. Kakak yang membawa abi kesini. Kakak tidak meninggalkan abi di pemakaman itu. Kakak menemani abi sampai di ruangan ini bi. " kata Arvi terus sambil memegang pipi abi nya yang penuh dengan keriput.

Dan dari sudut mata abi nya keluar air mata.

"Abi mendengar adek. Abi. Abi harus bangun. Adek akan nurut semua perkataan abi kalau abi bangun. Ini adek kasih video saat kakak mengantar abi dan menunggu abi di sini. " kata Arvi sambil menghapus air mata abi nya.

Abi nya tetap tidak merespon dan hanya terdengar suara dari monitor alat pacu jantung itu.

"Aku yakin abi akan kuat, Karena abi adalah abi terbaik dan terhebat sepanjang masa. " gumam Arvi sambil terus mengajak abi nya berbicara.

Kemudian ponsel Arvi berdering tanda ada telpon masuk.

"Hallo tuan. "

"Hmm."

"Maafkan saya tuan, kami tidak menemukan di manapun kami menyusuri bandara, stasiun dan semua transportasi di Turki."

"CCTV."

"Kami sedang membobol CCTV akan tetapi di pertigaan jalan seolah dia tau dan menghindari CCTV dengan menghilang. Kami sedang menyelidiki target bertransformasi menjadi apa. "

"Baiklah. Saya tunggu hasil kerja keras mu. "

"Baik tuan. "

.

.

.

.

Kasian sekali ya nasib mereka. Dipermainkan oleh keadaan, kehidupan dan sebagian besar ego.

Semoga kalian semua suka.

Jangan lupa like komen dan vote.

Happy reading.

Terpopuler

Comments

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Fasrina Sisira

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Fasrina Sisira

Mual ku liat tingkah mereka ini, sungguh menggelikan. Namun lawan yang di goda sama sekali tidak sadar jika Arish tidak benar - benar serius dengannya.

2023-04-24

1

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Marzina Wertani

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Marzina Wertani

Jangan bilang orang cuma senyum aja gak boleh, ampun dah nanti hukumannya malah yang aneh - aneh dan tentunya agak rada - rada.

2023-04-23

1

Tiarna Ziznati

Tiarna Ziznati

Hukuman apaan tuh? apa nanti hukuman yang masuk ke lembah Zina? jika ia sekarang mungkin kamu akan bersenang - senang, tapi jangan harap hari kiamat kelak.

2023-04-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!