Chapter 5.

Di belahan bumi yang lain, yaitu di Indonesia. Seorang laki laki tampan, gagah dan memiliki aura dingin baru saya mendarat di bandara soekarno- hatta.

Pria yang tidak memiliki tujuan itu kini tengah minum secangkir kopi di cafe bandara.

Dia tidak membawa apapun, bahkan ponsel nya sudah dia ambil kartu dan di buang ponsel nya di sampah.

"Aku harus kemana ya?" gumam nya.

"Aku harus mampu hidup di kakiku sendiri. Maafkan kaka dek. Kamu pasti mampu menjalankan perusahaan sendiri dan kakak akan mencari hidup kakak sendiri. Maafkan kakak membohongimu" batin nya.

Arish yang sebelumnya berkata akan menghubungi Arvi dan meminta uang dari Arvi hanya omong kosong belaka karena Arish butuh bantuan untuk meninggalkan negara Turki tanpa ada yang tahu.

Arish yang hati nya hancur, penuh kobaran amarah karena kebencian juga rasa sayang yang tidak bisa hilang. Memilih pergi jauh dari keluarga dan mencari hidup nya sendiri, berdiri di kaki nya sendiri.

Entah apa yang akan di lewati nya di kemudian hari, berbekal barang- barang branded nya yang dijual dan sudah dirupiahkan di Turki. Arish berencana memulai kehidupan nya.

**Arish Prov

Maafkan Arish bi, dek, bang, oma dan opa. Arish akan memulai hidup Arish tanpa kalian. Semoga kalian baik baik selalu dan bahagia selalu. Semoga abi selalu bahagia.

Dadaku yang sesak ini dan air mata yang tak mau berhenti ini, aku janji ini yang terakhir. Aku harus berdiri di kakiku sendiri.

"Bi. Seandainya abi mencintai kami dengan tulus bukan karena rasa tanggung jawab karena uma, seandainya saja abi mencintai kami seperti cinta pada abang. Aku tidak akan se sesak ini bi. " gumam ku, sambil beranjak dari tempat duduk ku dan keluar bandara.

"Jika saja uma bertahan, biar Arish yang mati saja. Arish lebih memilih mati daripada hidup penuh dengan sesak ini. " batin ku.

"Uma. Aku berjanji tidak akan lemah seperti abi. Arish berjanji tidak akan jatuh cinta seperti abi agar tidak terpuruk dan mengorbankan anak anak nya. " tekad ku.

Aku memanggil taxi dan aku menuju counter ponsel. Hal pertama yang aku butuhkan adalah ponsel.

Setelahnya aku menginap semalam di hotel dekat counter ponsel. Ponsel ku apel kegigit keluaran terbaru kini berganti dengan android biasa ram 6 dengan penyimpanan yang besar.

"Ini cukup. Dengan otak genius ku aku akan sukses suatu hari nanti."

"Aku sudah memulai perjalanan ku, Hei dunia yang kejam salam kenal dari pria yang menelan pahit nya kehidupan sejak lahir dan akan menghabiskan kepahitan m hingga tersisa kesenangan mu. " seru ku menyemangati diri sendiri.

Kemudian kurebahkan badanku dan memulai mimpi ku sebelum kenyataan membangunkan ku secara paksa.

***Author Prov

Sesak dan perasaan sedih Aris selama ini ia pendam nyatanya telah sampai pada waktu nya meledak, karena kesedihan yang dia rasakan karena kesedihan abi nya juga perasaan tidak dicintai dengan tulus nyatanya seperti BOM waktu yang siap meledak kapan saja.

Dan kini BOM itu telah meledak meluluh lantahkan perasaan pemuda yang baru genap berusia 20 tahun itu. Pemuda yang tampak keras dari luar dan pembangkang nyata nya memiliki hati yang sangat lembut.

Dan kini hati lembut itu telah dirinya sendiri lenyapkan untuk membentengi kehidupan nya.

...*****...

Arvi yang masih mengurung diri di kamar nya setelah menangis melihat sang abi, tengah di dalam kamar mandi dan berendam sambil mendengar laporan dari orang yang disuruh mengikuti sang kakak.

"Sudah tuan muda. "

"Baiklah, terus ikuti dan pastikan keselamatan nya. Jangan membantu apapun. " jawab Arvi.

"Baik tuan. "

Setelah telpon Arvi matikan, menaruh ponsel pintar nya di nakas sebelah bat up. Dia menenggelamkan seluruh tubuh nya pada bat up besar nya.

Cukup lama menahan nafas di dalam bat up, Arvi menampakkan diri dengan mata merah padam.

"Kak, tega sekali membohongi ku dan meninggalkan ku. Kakak bebankan tugas seberat ini padaku. Apa kakak benar benar ingin meninggalkan keluarga kita, termasuk aku? Apa kakak tidak mengasihi adek mu ini kakak. Huh Huh. " Gumam nya dengan mata menyala memendam amarah yang besar.

"Aaaaaaaaaaaaa." teriak Arvi dengan nafas tersengal dan meninjukan tinju nya pada air dan pinggiran bat up putih nya.

"Huh huh. Tega sekali kak. Apa kakak yakin membuangku? maka aku ikuti permainan mu kak. Aku ikuti kemana kamu membawa dendam mu pergi. Kemana kamu membawa kebencian mu untuk berlabuh." gumam Arvi masih dengan raut wajah yang tidak bisa di jelaskan.

Arvi begitu sakit saat mendengar dari orang nya bahwa Arish sampai di jakarta dan membuang ponsel nya. Kemudian dia pergi membeli ponsel kemudian menelpon seseorang dan mencari penginapan tidak jauh dari sana.

Arvi marah kakak nya mengingkari janji akan menelpon atau mengabari nya terlebih dahulu jika sampai dan meminta dana.

"Kau mau melepaskan jerat tubuh pada kami kak. Apakah itu alasan nya, makanya kau menitipkan abi padaku? untuk tidak meninggalkan abi?. " gumam nya lagi.

"Kau salah kak kali ini, abi sedih akan kepergian mu. Abi kehilangan kepercayaan diri karena ketidak percayaan mu kak. Kau telah salah paham dan kau menutupi hatimu akan kebenaran ini. Aku akan membuka mata hati mu itu kak. " gumam Arvi sambil sekali lagi menuju tembok di sebelah nya sangat keras karena membayangkan kesedihan juga kesepian abi nya tadi pagi.

Hingga tangan Arvi telah berlumuran darah, begitu pun dengan tembok.

ceklek.

"Astaghfirullah dek. Kamu kenapa? tanganmu kenapa? kenapa teriak?. " kata abi panik menghampiri Arvi yang tengah telanjang bulat duduk di bat up nya dengan tangan penuh darah juga tembok berdarah bekas tinjuan Arvi.

"Nak. kenapa?. " tanya abi lembut sambil mengusap tangan berdarah Arvi.

"Tidak bi. Arvi tidak apa apa. " jawab nya sambil memaksakan senyuman.

"Jangan bohong nak. Hanya kamu yang abi miliki sekarang. Abang jauh sebelum uma meninggal telah bukan menjadi milik abi. Kakak sudah pergi meninggalkan abi dengan kekecewaan nya. Hanya dirimu milik abi. jangan siksa abi dengan kehilangan lagi. marahlah jika abi bersalah dan kami merasa kecewa terhadap abi. " kata abi dengan mata sayu dan suara bergetar nya.

Ridwan begitu khawatir mendengar suara teriakan dari kamar sang putra yang tidak keluar kamar dari subuh tadi. Bahkan tidak ke kantor dan meminta Adam menghandle hari ini. Tidak seperti Arvi yang biasanya.

Melihat kepanikan dalam diri abi serta tangan abi yang membersihkan darah di tangan nya dengan tisu membuat Arvi tersayat hatinya. Tanpa aba aba Arvi langsung memeluk sang abi dengan tubuh polos dan basah nya.

"Hiks Hiks Hiks. Bi. Apa salah kita pada pada Allah."

.

.

.

.

.

Happy reading semuanya

Jangan lupa like komen dan vote ya semua 😊🙏🙏

Terpopuler

Comments

𝕬𝖘𝖗𝖎𝖉𝖎𝖓𝖎𝖓𝖌𝖗𝖚𝖒

𝕬𝖘𝖗𝖎𝖉𝖎𝖓𝖎𝖓𝖌𝖗𝖚𝖒

bukannya tak ada tujuan namun belum tau tujuannya mau kemana

2023-05-04

0

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Fasrina Sisira

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Fasrina Sisira

Bisa orang - orang kayak gini meksipun kaya masih suka bimbang soal perasaannya sendiri, terutama tentang manusia.

2023-04-23

1

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Marzina Wertani

✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Marzina Wertani

Ya kamu memang harus mampu jika niatmu memang besar, tapi jangan sampai menjalani dengan cara menipu. Yang ada itu malah memyakitkan hati siapa pun yang mengenalmu.

2023-04-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!