Chapter 2.

"Bahagia abi, istri abang sangat memuliakan abang, tidak pernah meninggikan suara nya pada abang, selalu taat. " jawab abang masih sambil membuka jendela.

"Alhamdulillah. Dulu uma juga begitu. "

Deg

Al fatih tidak menyadari perkataan nya mengingatkan sang abi pada uma nya. Buru buru abang berbalik dan menghampiri abi yang duduk di sofa ujung kasur nya tempat dulu Ridwan memijat kaki bengkak istri nya.

"Abi." peluk abang.

"Hehe. Abi gak pernah bisa lupain uma bang. "

"Uma tidak untuk di lupakan bi, taruh uma di hati abi paling dalam. Uma akan sedih jika abi begini terus. Abi harus melanjutkan hidup, Allah hanya memisahkan sesaat, Allah pasti akan menyatukan abi dan uma di surga Allah kelak yang kekal. "

"Abi juga terus melanjutkan hidup bang. "

"Iya tapi dengan penuh kesedihan. Abi kakak dan Adek masih sangat membutuhkan abi. " kata abang pelan karena tak ingin menggurui abi nya.

"Hiks. Abang tau rasa kehilangan ini tidak akan pernah sembuh bang. Abi sudah sering mencoba. Tapi abi merasa selalu ada Uma di sini. Duduk disini menemani abi, duduk di meja rias nya sambil tersenyum." jawab abi dengan air mata yang tak ingin dihentikan.

"Kita semua sayang abi, sayang Uma juga. Abi harus melanjutkan hidup. Abi mau ikut abang ke kediri?. " tanya abang.

"Semua yang abi lakukan selalu mengingatkan Uma. Apalagi harus ke kediri. Abi tidak akan sanggup bang."

"Abang sama hancurnya dengan abi, tapi abang lebih kasian pada kakak dan adek yang belum pernah merasakan pelukan hangat Uma. kakak dan adek hanya punya abi" jawab abang.

"Abi juga menyayangi kakak dan adek. Tapi mereka selalu meminta abi menikah lagi. Abi gak mau bang. Abi gak mau mengkhianati uma."

"Apa abi bahagia hidup seperti ini. "

Ridwan hanya diam.

"Bohong jika abi jawab iya. Abi bahagia jika bersama Uma. Belahan jiwa abi. Cinta abi. "

"Sudah ah, jangan nangis lagi bi. Mari ikut abang. " kata abang menghibur abi sambil mengelap air mata di pipi keriput abi nya.

"Kemana?. "

"Abi, abang, kakak dan adek. Kita akan pergi bagaimana?. "

"Hahahaha. makasih bang. " jawab abi yang masih berlinang air mata sambil membelai pipi putra nya itu.

Ridwan selalu senang meraba wajah abang, selalu senang berdekatan dengan abang. Karena bagi abi abang adalah sosok nyata dari Khadijah.

Abang adalah masa yang Khadijah habiskan. Abang adalah wujud pengorbanan Khadijah. Ridwan selalu melihat Khadijah dalam diri abang.

Abang adalah obat kesembuhan nya 17 tahun yang lalu. Dengan abang Ridwan merasa bisa membagi beban. Karena mereka berdua yang tahu sakit nya kehilangan Uma.

Hingga hanya dengan melihat abang membuat nya senang, dan ingin menangis sekaligus.

"Yuk." gandeng abang ke Ridwan.

Ridwan hanya tersenyum dan diam. Ridwan tidak pernah bisa menolah abang.

Sampai di bawah terlihat kakak, adek, oma dan opa sedang bersenda gurau di depan televisi.

"Oma, opa abang, kakak, adek, dan abi mau keluar ya." pamit abang.

Oma menoleh dan melihat abang dan Ridwan bergandengan.

Kakak dan adek juga terkejut mendengar abang.

"Kemana bang. " tanya Arvi.

"Qtime lah. "

"Ya udah hati hati ya kalian. "

"Mama, kapan pulang?. " tanya Ridwan tetap di tempat nya dengan ekspresi datar.

"Kapan kamu peduli mama di rumah atau di luar?" ketus mamanya.

"Hah." hanya helaan nafas yang Ridwan berikan.

Kemudian mereka semua bergegas dan pamit pada oma dan opa nya. Dan mereka berangkat dengan senyum mengembang, karena si kembar memang jarang sekali keluar dengan abi nya.

"Ma, jangan ketus dengan Ridwan. "

"Mama kasihan dengan anak itu pa. Kebahagiaan hanya menyapa nya satu tahun kemudian hilang lagi dan anak kita terpuruk lebih dalam dari pada dulu sebelum di maafkan oleh Khadijah. " jawab mama sambil meneteskan air mata.

"Ini sudah menjadi jalan hidup nya ma. "

"Juga karena kita semua orang tua nya pa. " jawab mama ketus.

"Ya udah yuk. Nanti kita pikirin lagi. "

Dan mereka masuk ke dalam kamar mereka.

Sedangkan di mobil yang kini tengah melaju dengan kecepatan sedang dikemudikan oleh abang.

"Abang. Abang beli mobil di sini? kan banyak bang di mansion?. " tanya Arvi.

"Enggak dek, abang hanya pinjam teman abang. "

"Kenapa pinjam bang?. " timpal Arish.

"Karena kebetulan berdua datang ke sini nya. " jawab abang.

"Minta maaf sama abi kak. " perintah abang.

"Maaf bi. " kata Arish singkat.

"Hmmm." hanya deheman yang menjadi jawaban Ridwan.

"Abi." kata abang.

"Iya kak. Jangan ulangi permintaan mu lagi. "

"Heh, Abi memang hanya mendengar kan abang. kakak dan adek gak pernah ada dalam pandangan abi. " jawab Arish kecewa karena abi baru bicara setelah di tegur oleh abang.

Kata yang tidak pernah Arish ucapkan dulu sekarang dia ucapkan pada abi nya.

"Kamu yang mulai kak. " jawab Ridwan.

"Bukan karena kakak dan adek penyebab uma ninggalin abi?. " tanya Arish dengan senyum pada sebelah bibir nya.

Hati Arish teramat sakit. Selalu sakit saat membandingkan sifat abi nya pada abang dan pada si kembar.

"Kak." serius abang dan adek bersama an.

"Kak, kakak kenapa sih?. " kata Arvi sambil memegang tangan Arish.

"Stop bang. Arish mau turun. " kata Arish penuh emosi.

Tanpa di duga Ridwan pun sakit mendengar perkataan putra nya. Sungguh tak ada niat membedakan mereka. Cinta nya juga sama besar nya, walaupun dulu sempat tidak mengingat mereka.

"Turunlah setelah kita menemui Uma. Bang ke makam Uma saja. " kata Ridwan yang tak meng ekspresi kan apa lagi untuk menanggapi putra nya.

"Bi. Kakak masih labil. Jangan tersinggung. " jawab Arvi.

"Tidak dek, Abi tidak pernah tersinggung pada semua putra Abi. Abi memang ingin mengunjungi Uma bersama jagoan jagoan nya uma." jawab Ridwan masih terus meneteskan air mata.

Air mata nya tak mampu dia hentikan.

"Jika kakak benci dengan abi dan menganggap abi membencimu, abi lebih membenci diri abi sendiri. Kakak dan adek adalah harapan yang diinginkan Uma, abang dan abi dulu. " kata Ridwan dengan suara tua yang berat dan parau itu.

"Sudah bi. Kakak hanya sedang emosi saja. " jawab Abang.

Sedangkan kakak menangis dalam diam nya. Hatinya teramat sakit saat abi nya menangis. Hatinya sesak saat abi nya selalu sedih.

Dia tidak bisa mengekspresikan rasa sayang dan cinta nya pada abi, sehingga selalu bersitegang dengan sang abi.

"Abi benar bang. kami pun membenci abi. " jawab Arish dengan suara parau juga.

.

.

.

.

Happy reading semua nya

Jangan lupa like komen dan vote ya semua ☺

Terpopuler

Comments

@💞Lophe💝💗💓🤵👰

@💞Lophe💝💗💓🤵👰

Ridwan kamu setia banget sampai ngga mau menikah lagi

2023-05-06

1

𝓪𝓫𝓲𝓭𝔃𝓪𝓻

𝓪𝓫𝓲𝓭𝔃𝓪𝓻

Alhamdulillah akhirnya Abi Ridwan mau di ajak jln² ma anak² nya

2023-05-06

0

ᵒⁿᵉᗷ.ᶻ

ᵒⁿᵉᗷ.ᶻ

sabar ya Oma Sofiya, kan td Abi Ridwan cm nanya

2023-05-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!