Chapter 3.

Dia tidak bisa mengekspresikan rasa sayang dan cinta nya pada abi, sehingga selalu bersitegang dengan sang abi.

"Abi benar bang. kami pun membenci abi. " jawab Arish dengan suara parau juga.

"Maka bencilah abi mu ini sebanyak yang kamu mau nak, tapi jangan membenci dirimu sendiri. Kamu harus bahagia. " jawab abi Ridwan masih dengan suara parau dan air mata yang tidak mau berhenti.

"Hiks. ABI YANG HARUS BAHAGIA. " teriak Arish sambil menangis tak mampu lagi menahan sesak di dada nya.

Arvi terus memegangi kakak nya itu agar tidak melakukan hal yang tidak diinginkan. Sedangkan abang terus melakukan mobil sambil memegang tangan abi nya.

Ridwan hanya menutup mata nya saat mendengar bentakan dan teriakan putra nya.

"Kenapa abi diam?. " kata Arish lagi.

"Kenapa bi? jika kami tidak membuatmu bahagia, maka carilah kebahagiaan mu sendiri. Kami tidak lagi membutuhkan mu selalu di sisi kami. Kami mau abi menemukan kebahagiaan abi lagi. Hiks. " kata Arish masih dengan suara agak tinggi nya.

Ridwan masih memejamkan mata dengan air mata yang terus jatuh.

"Abi ridho padamu nak. Abi ridho akan semua yang kalian semua lakukan. " jawab Ridwan.

"Abi egois. Bagaimana kami bahagia jika abi menyakiti diri abi sendiri. " Arish meninggikan suara sambil melepas sesak di dada nya.

"Kak. Abang rasa kakak sudah keterlaluan. Istighfar kak. " kata Abang.

"Hiks. Hiks. aku sakit bang. Aku sakit saat abi selalu antusias saat abang datang dan tidak memperdulikan kami lagi. Senyum abi beda saat bermain dengan kami dan abang." kata Arish kemudian menjeda karena nafas nya tersengal.

"Senyum tulus penuh cinta abi hanya milik abang, bukan milik kami. Jika aku boleh memilih bang. Aku lebih memilih tidak terlahir di dunia ini. " kata Arish dengan nada meninggi.

"AKU LEBIH MEMILIH MATI BANG." teriak Arish lagi.

"Hiks. Hiks. Hiks. Lihatlah sayang. Aku sudah bilang, aku tak mampu menjaga dan membesarkan mereka sendiri. Aku menyakiti mereka. Hiks. Jemput lah aku sayang. Aku sudah lelah. " kata Ridwan seolah sedang berbicara dengan Khadijah.

"Abi, Astaghfirullah abi. Istighfar abi. " kata abang.

"kami semua sayang abi. " kata Arvi.

"Kakak hanya sedih melihat mu menderita. " lanjut Arvi.

Karena sesak yang menyerang dada Arish semakin menjadi saat mendengar kesakitan ayah nya dan meminta dijemput oleh ibu nya. Arish begitu sakit tapi tak lagi bisa melampiaskan.

"Aku akan pergi. Jangan ada yang mencari ku. Biar Uma yang mencari ku jika Uma menyayangiku. " kata Arish penuh emosi karena mendengar abi nya berbicara pada orang yang tidak ada.

"UMA. DENGARKAN ANAK MU YANG KAU TINGGALKAN BAHKAN SAAT KAMI BELUM BISA MEMBUKA MATA INI. CARILAH AKU JIKA KAMU MENYAYANGI KU. JIKA TIDAK KEMBALI LAH PADA ABI. KARNA ANAKMU YANG NAKAL SUDAH TIDAK ADA. " teriak Arish sambil melihat atap mobil.

"Kak." pekik abang dan adek bersamaan saat dengan cepat nya Arish membuka pintu dan melompat dan berlari begitu cepat.

"Kakak." teriak Arvi.

Abang menghentikan mobil nya dan Arvi keluar ingin mengejar tapi tak melihat Arish lagi.

Padahal tadi sempat berguling dan terjatuh kemudian berlari secepat kilat.

"Kerahkan orang mu dek, cari kakak. Abang takut kakak nekad. " kata Abang.

"Iya bang. " jawab Arvi sambil menelpon tangan kanan nya.

"Hiks. Jemput aku sayang. Aku tak sanggup lagi. Anak anak sudah besar. Tunggu apa lagi. Hiks. Hiks sakit sekali hatiku sayang. Anakku sendiri membenciku. mempertanyakan cinta ku. Jemput aku. " kata Ridwan sambil menarik rambut nya sendiri dengan frustasi.

Al fatih pun memeluk sang abi. Kemudian setelah sedikit tenang. Al fatih memutar setir nya dan kembali ke mansion.

Rencana untuk quality time hancur karena kesalah pahaman.

Setelah sampai rumah mereka di sambut orang tua Ridwan.

"Apa yang kamu lakukan Ridwan?. " tanya mama Sofiya dengan suara meninggi.

"Apa yang bisa aku lakukan ma. "

"Kamu ini orang tua yang tidak pecus menjaga anak. Kamu mau menelantarkan anak kamu. Apa kurang derita selama ini yang kamu berikan. " teriak mamanya dengan air mata yang bercucuran.

"Ma sabar ma. Sudah tua. " tenang papa

"Usiamu hampir 50 tahun Ridwan. Kau punya Allah. Kau punya Agama. Kau mengerti agama. Kau mengerti Hadist. Kau paham. Tapi apa yang kau lakukan?. " kata mama menurunkan suara nya.

"Bagaimana kalau Arish tidak kembali. Hiks. "

"Dia masih remaja. Jiwa nya masih bebas dan labil. Ego nya masih sangat tinggi. Dia menerima semua perlakuan mu dan disinilah puncak rasa lelah nya Ridwan. " lanjut mama dengan penuh air mata.

"Aku menyayangi nya ma. Dia anakku. Darah dagingku. Aku tidak pernah membedakan cinta. Hidup ku aku sibukkan bermain dengan mereka dan bekerja." kata ridwan menjeda.

"Memenuhi tangki cinta mereka karena tak mendapat cinta dari ibu mereka. Apa jika aku terus memikirkan dan mencintai istriku itu salah?. Hanya sedikit aku meminta waktu dengan istri ku. Apa aku salah? " teriak Ridwan.

Dada Ridwan begitu sesak.

"Semua salahku, Arish pergi memang karna aku. Istri ku pergi karna aku. Aku tak bisa melakukan apapun saat istriku pergi di depan mata ku. Semua salah ku ma. " jawab Ridwan menurunkan suara nya kemudian berjalan dengan ekspresi datar walaupun mata nya tak bisa menghentikan air nya mengalir.

Abang dan adek hanya saling pandang dan kembali memandang oma dan opa nya.

"Kenapa tidak kau cari Arvi. Dia kakakmu. Hiks. " kata oma.

"Adek siap siap dulu oma. Adek cari kakak. " jawab Arvi dan bergegas ke kamar mengambil yang dia butuhkan dan bergegas pergi.

Oma dan oma begitu terpukul mendengar jika cucu nya kabur.

"Maafkan abang oma, opa. "

"abang bicara apa? emang ini yang oma takutkan untuk semua pertengkaran abi mu dan kaka. " jawab oma.

"Mereka saling mengasihi, hanya tidak bisa saling mengungkapkan. "

"Betul bang. "

Sedang di sebuah tempat yang tidak ada yang tau selain dirinya dan Arvi, sang adek kembaran. Arish yakin Arvi akan menemui nya dan Arish juga ingin menemui Arvi.

Ceklek

"Sudah ku duga. Kakak kenapa sih?. " tanya Arvi.

"Gak bawa makanan? kan kaka lapar. Mana kamu suruh orang buat nyari kakak. " gerutu Arish.

"Gak mungkin kan nolak di depan abi dan abang kak. "

"Kakak akan pergi jauh dari turki dek. Kakak mohon jangan tinggalin abi sendirian. Kakak tau abi sayang sama kita. Kakak hanya mau abi lebih memikirkan dirinya sendiri agar bahagia. "

"Kenapa kaka selalu buat abi marah. "

"Kakak lebih memilih abi marah dengan kakak daripada sedih mengingat Uma. "

"Kakak mau kemana? ngapain?. " kata Arvi

"Ayolah kak. Jangan aneh aneh. " lanjut nya.

"Ke Indonesia. "

.

.

.

.

.

Happy reading semuanya.

Jangan lupa like komen dan vote ya.

Terpopuler

Comments

@💞Lophe💝💗💓🤵👰

@💞Lophe💝💗💓🤵👰

Kasian Ridwan frustasi sampai ingin di jemput istrinya yang sudah mati

2023-05-06

1

𝓪𝓫𝓲𝓭𝔃𝓪𝓻

𝓪𝓫𝓲𝓭𝔃𝓪𝓻

sabar ya Arish, mungkin Abi Ridwan perlu waktu

2023-05-06

1

ᵒⁿᵉᗷ.ᶻ

ᵒⁿᵉᗷ.ᶻ

Abi Ridwan mngk dah terlalu nyaman ma anak sulung nya

2023-05-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!