Di kediaman David Muller, Anita tengah bahagia karena menyambut kedatangan putrinya dari luar negeri. Dirinya sangat bangga karena putrinya berhasil menyelesaikan pendidikannya disana. Bahkan Anita selalu memamerkan Jini pada teman-teman sosialitanya.
Makanan, jamuan dan seluruh keluarga pun berkumpul di rumah mereka minus Ailyn, untuk menyambut kepulangan Jini. Ailyn yg tak dianggap keluarga pun pastinya tak diberitahu, dan David juga takkan memberitahukan Ailyn masalah ini karena pasti putrinya akan mengabaikannya.
Setelah semua persiapan, mereka pun menunggu dan akhirnya Jini tiba di rumah. Anita pun langsung memasang ekspresi sumringah dan sangat bahagia. Sementara Jane kakaknya hanya tersenyum tipis melihat adiknya tiba.
"Sayang.. akhirnya kau tiba juga.. putri kebanggaan mom.." ucap Anita.
"Terimakasih mom.. aku merindukan rumah." balas Jini.
"Selamat datang sayang." ucap David.
"Iya dad." ucap Jini.
"Selamat Jini.." ucap Jane.
Lalu Jane pun memeluk Jini dan berbisik. "*Jini apa kau ketahuan makanya langsung pulang?" bisik Jane.
"Nanti aku ceritakan Jane." balas Jini lalu mereka melepas pelukan*.
"Ayo kita makan bersama, kau pasti lelah.. barang-barangmu biarkan pelayan yg membereskannya." ucap Anita.
"Baik mom.." ucap Jini tersenyum.
Setelah penyambutan dan makan bersama yg meriah, Jini pun pergi ke kamarnya untuk beristirahat. Jane pun langsung ke kamarnya untuk mengintrogasinya.
"Jini aku mau masuk." ucap Jane.
"Ya.." balas Jini lalu membuka pintu kamarnya.
"Jane, bisakah kita tunda dulu obrolannya?" tanya Jini lelah.
"Aku sangat penasaran padamu.. " ucap Jane.
"Cih, kau itu memang berlebihan." ucap Jini.
"Apa kau ketahuan?" tanya Jane.
"Tentu saja tidak, memangnya diluar sana dilarang." balas Jini.
"Maksudku ketahuan oleh dad?" tanya Jane.
"Jane, jangan remehkan aku.. aku pulang karena disana membosankan dan dad membatasi uang jajanku." ucap Jini.
"Ck.. kukira masalah besar apa." balas Jane.
"Kau sendiri bagaimana? masih sering party?" tanya Jini.
"Tentu saja, tapi tidak selalu.. saat ada kesempatan saja." ucap Jane.
"Ya.. setidaknya kita pintar menghilangkan jejak." ucap Jini.
"Ya.. untunglah kedua orangtua kita bodoh." balas Jane.
"Ya.. sekarang kau pergilah aku lelah." ucap Jini.
"Dasar bikin khawatir." ucap Jane.
Jane pun khawatir karena Jini adalah seorang pecandu obat-obatan. Lingkungan sekitar Jini yg membuatnya begitu, ditambah Jini memiliki banyak uang pastilah mereka menggoda Jini untuk membeli barang mereka.
Jane yg tahu pun membiarkannya karena dirinya juga punya kesenangan lain, yakni pesta s**x. Entah apa yg ada di otak wanita itu, tapi yg pasti pergaulan luar yg tak bisa ia kontrol pun membuatnya ketagihan. Mereka berdua juga punya janji untuk tak saling mengganggu kesenangan masing-masing.
Jane dan Jini yg terbiasa hidup enak pun hanya mengharapkan pekerjaan dari dadnya. Mereka begitu yakin, akan bisa bekerja dengan bermodalkan bersekolah di luar negeri. Dan hal itu ditanamkan oleh Anita pada anak-anaknya.
Sementara David, meragukan Jane dan Jini. Menurutnya kedua putrinya tak fokus belajar dan malah berfoya-foya dengan bukti uang yg selalu mereka minta dalam jumlah besar.
Jane yg lulus lebih awal pun terlihat malas bekerja. Dirinya mengatakan bahwa belum siap bekerja dan Anita membiarkannya karena terlalu memanjakannya. Sementara Jane kerjanya hanya bermalas-malasan di rumah dan menghabiskan banyak uang untuk berbelanja.
Tibalah saat Jane dan Jini ada di Indonesia dan mereka telah lulus sekolahnya, David pun menekan mereka untuk bekerja agar mereka tak selalu mengandalkannya.
"Jane, Jini.. mulai besok kalian masuk ke kantor dad." ucap David.
"Dad.. " ucap Jane.
"Dad, aku baru saja tiba sudah suruh bekerja." protes Jini.
"David, jangan kelewatan..!" ucap Anita kesal.
"Kelewatan?? yg kelewatan itu mereka berdua. Lihat Jane sudah lulus kuliah setahun lalu dan kerjanya hanya menghamburkan uang untuk berbelanja, lalu Jini.. berapa banyak uang kuliah yg sudah kita keluarkan?? belum lagi uang sakunya yg sangat besar untuk ukuran seorang mahasiswa." ucap David.
"Tapi Dad.. beri kami waktu." ucap Jane.
"Iya benar.." ucap Jini.
"Kalau aku mati saat ini, siapa yg memberi kalian uang?? siapa ha??" tanya David membuat semuanya terdiam.
Ya, jika membahas soal uang mereka akan diam. Karena ketiganya termasuk Anita hanya hoby berfoya-foya.
"Sayang beri waktu 1 minggu untuk keduanya bersiap." ucap Anita merayu David.
"Tidak, mulai besok siap tak siap mereka akan masuk kantor." ucap David.
"Tapi dad.." ucap Jini.
"Tidak ada tapi-tapian.. diluar sana ratusan orang bersaing memperebutkan kursi di kantorku.. lalu kalian hanya tinggal masuk dan bekerja saja malas-malasan.. Ingat uang tak jatuh dari langit..!" sindir David kesal lalu meninggalkan ruang makan.
Semua orang pun terdiam dan tak mampu menjawab ataupun menyanggahkan. Karena memang benar, mereka butuh uang untuk kesenangan mereka. Jika David sampai marah maka mungkin saja kartu-kartu di dompet mereka akan diblokir.
"Kalian, besok mulailah bekerja.. apapun yg terjadi kalian harus menguasai kantor daddy kalian." ucap Anita.
"Tapi mom.. bukankah kami wanita, mom tinggal nikahkan kami dengan pengusaha kaya saja dan hidup kami sejahtera." ucap Jini.
"Jini jangan bodoh, kita punya satu orang saingan.. kau lupa?" tanya Jane.
"Si anak haram itu? memangnya dia masuk kualifikasi?" cibir Jini.
"Jini, sudahlah ikuti saja dadmu." ucap Anita.
"Baiklah mom." ucap Jini.
Sejak itulah Jini dan Jane bekerja di kantor David. Mereka juga sedang mencari pria-pria kaya rekan bisnis dadnya agar saat menikah mereka tak perlu bekerja keras. Tapi mereka berdua tetap saja tak meninggalkan kebiasaan buruk mereka, khususnya Jini yg sudah kecanduan dan terjerat.
Jini pun diam-diam mengonsumsi obat-obatan tersebut dan membelinya lewat pengedar tanpa sepengetahuan David. Lalu Jane pun membantu menutupinya. Mereka berdua pun membeli sebuah apartemen untuk menikmati kesenangan mereka tanpa ketahuan orangtuanya.
Dan Jini dengan leluasa menikmati barang haram tersebut di apartemennya. Anita yg tak tahu apapun malah bangga karena putrinya belajar mandiri. Sementara David, semakin curiga pada kedua putrinya ini.
.
.
Suatu hari, Jini bertemu dengan Alonso. Dirinya tertarik pada pria dingin dan kejam tersebut. Jini pun menggodanya dan berupaya agar Alonso bisa ia kendalikan serta menikahinya. Karena Alonso cukup pandai berbisnis, dan mungkin bisa membantu perusahaan ayahnya.
Jini pun melancarkan aksinya dan nekat mengajak Alonso minum di sebuah bar. Alonso pun sengaja mengikuti permainan Jini, dan membiarkan dirinya pura-pura jatuh ke dalam pelukannya untuk mengetahui niatannya yg sesungguhnya. Mereka pun jadi akrab dan sering bersama. Bahkan Jini sudah merencanakan pernikahannya dengan Alonso dan bicara pada momnya, padahal Alonso bahkan sama sekali tak tertarik padanya.
Hingga suatu malam, Jini meminta Alonso datang ke apartemennya. Disanalah Alonso melihat Jini sedang mengkonsumsi barang haram tersebut dan mengajaknya bergabung. Tapi Alonso terlalu cerdik untuk mudah tertipu. Dirinya pun meninggalkan Jini dan menjauhinya. Jini pun merasa dicampakkan dan bicara pada kedua orangtuanya.
Anita pun tak terima dan mengancam Alonso, sementara David diam saja karena hal itu sudah biasa dalam sebuah hubungan. David pun menemui Alonso untuk bertanya sejauh apa hubungan mereka, tapi jawaban Alonso mereka hanyalah teman dekat dan Jini mengharapkan lebih. Disanalah David mengerti dan meminta maaf. Tapi justru Anita menyiram bensin ke dalam api. Alonso yg terkenal kejam pun marah besar atas tindakan Anita mempermalukannya di kantornya sendiri dihadapan karyawannya.
"Berani sekali wanita tua itu.. padahal putrinya yg mendekatiku duluan." gerutu Alonso.
Kemudian Alonso pun tersenyum licik karena punya petunjuk dan bukti akurat mengenai Jini. Dan Alonso akan membuat Jini dan Anita jatuh karena berani mempermalukannya di kantornya.
Dan Alonso tentu saja memanfaatkan Ailyn sebagai pion utamanya jika berurusan dengan barang haram tersebut. Alonso pun mengajak wanita itu bertemu di sebuah bar. Disana Alonso cukup terkejut melihat penampilan Ailyn tanpa seragamnya.
"Tuan Alonso.." ucap Ailyn tiba di tempat.
"Nona Ailyn.. kau tampak berbeda tanpa seragammu." ucap Alonso.
"Kurasa aku tak mungkin berpenampilan begitu disini." balas Ailyn tersenyum.
"Kau memang pintar, pesanlah sesuatu." ucap Alonso.
Lalu Ailyn memesan minuman non Alkohol dan Alonso tersenyum.
"Kau takut minum alkohol denganku?" tanya Alonso.
"Bukannya aku tak bisa, tapi aku memang menghindari minum alkohol demi kesehatanku." ucap Ailyn.
"Kau bukan hanya pintar, tapi memang wanita baik-baik." ucap Alonso.
Kemudian Alonso membahas targetnya kali ini dan Ailyn cukup terkejut melihatnya. Ailyn pun tak bisa menolaknya karena ia sedikit kesal pada saudari tirinya tersebut.
"Kau tersenyum?" tanya Alonso.
"Aku punya sedikit dendam lama pada wanita ini." balas Ailyn tersenyum.
"Ini menarik, kita bisa jadi partner yg saling menguntungkan." ucap Alonso.
"Tentu tuan Alonso." ucap Ailyn tersenyum.
Alonso pun penasaran apa yg dilakukan Jini pada Ailyn di masa lalu, tapi dirinya tak ingin ceroboh dan masih ingin memakai Ailyn sebagai pion utamanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments