Hampir Saja Ketahuan

Beberapa hari kemudian...

Kini keempat anak muda itu, memutuskan akan mencari keberadaan Adrian di kota lain. karena selama ini, keempat anak muda itu hanya mencari di dalam kotak itu saja.

Namun pencarian Renita dan yang lain, terasa sangat sia-sia. untuk itulah, Renita memutuskan untuk mencari keberadaan suaminya di kota lain. siapa tahu saja, wanita itu dapat menemukan keberadaan suaminya di kota tetangga.

"kalian benar ingin mencari keberadaan Adrian di kota lain?"tanya Marina mencoba untuk memastikan keputusan putrinya itu.

Renita yang mendengar itu, seketika menganggukkan kepala."aku harus segera menemukan Mas Adrian Bunda,"ucap wanita muda itu Seraya menatap ke arah wanita paruh baya yang ada di hadapannya saat ini.

Marina yang mendengar itu, hanya dapat mengganggukan kepala. karena memang, tidak ada yang dapat menghentikan rencana dari putrinya itu jika sudah menginginkan sesuatu.

"baiklah kalau begitu. Bunda hanya bisa berpesan, jaga diri kalian baik-baik. terutama kamu Renita. karena saat ini, kamu tengah dicari oleh orang-orang yang bekerja pada Eyang mu."ujar wanita paruh baya itu Seraya tersenyum kecil.

Walaupun, di dalam hatinya saat ini, sedikit merasa resah akibat keputusan putrinya itu. Marina sedikit memiliki feeling. akan ada kendala ke depannya.

"Bunda tenang saja, kami bisa jaga diri kok."ucap Renita mencoba menenangkan wanita paruh baya itu.

"baiklah kalau begitu. kalian bertiga, jaga Renita baik-baik ya. tante titip Putri tante pada kalian,"setelah mengatakan hal itu, Marina segera pergi dari kamar putrinya.

Setelah kepergian sang Bunda, Renita mulai membicarakan semuanya kepada ketiga sahabatnya itu.

"jadi, kita mulai dari mana nanti?"tanya Renita pada ketiga sahabatnya itu.

"kita mulai dari yang paling dekat dengan kota yang kita tinggali saat ini,"ucap Banu Seraya menunjukkan sketsa peta yang telah ia gambar malam tadi.

"ini gambarmu, kan?"tanya Agnes Seraya menatap teman laki-lakinya itu.

"tentu saja, memangnya kenapa?"tanya laki-laki itu Seraya mengangkat salah satu alisnya. karena merasa bingung dengan ekspresi wajah yang ditunjukkan oleh Agnes terhadapnya.

"kenapa bagus sekali? aku pikir selama ini kau tidak bisa menggambar. ternyata kau memang pandai menggambar,"ucap wanita itu Seraya menepuk bahu Banu.

Membuat laki-laki itu yang mendengarnya, seketika mendengus kesal."don't judge people by the cover,"setelah mengatakan hal itu, laki-laki itu segera melangkahkan kakinya keluar dari kamar Renita.

"ih gitu aja marah. seperti wanita yang sedang kedatangan tamu saja,"cibir Agnes dengan suara sedikit keras. membuat laki-laki itu, seketika membalikkan tubuhnya dan menatap ke arah wanita itu dengan tatapan yang sangat tajam.

Sementara Renita dan juga Febrianti yang melihat itu, hanya dapat terkekeh pelan. perdebatan di antara mereka, adalah salah satu hiburan di saat mereka tengah suntuk seperti itu.

keesokan harinya,..

Renita dan ketiga temannya, mulai mempersiapkan semuanya. barang-barang yang akan mereka bawa untuk sesekali beristirahat saat mencari keberadaan Adrian nantinya.

"ingat waktu kalian tinggal 4 hari lagi. jangan sia-siakan waktu kalian itu."ucap Marina menatap ke arah Renita dengan tatapan penuh harap.

"Bunda tenang saja, Renita yakin, akan menemukan keberadaan Mas Adrian secepatnya."ucap wanita itu dengan nada suara yang sangat serius.

Setelah mengatakan hal itu, Renita dan yang lainnya segera melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam mobil.

"Banu, tolong jaga anak Om. ya,"pinta laki-laki paruh baya itu menetap ke arah laki-laki yang menjadi sopir dari ketiga wanita muda itu.

Banu yang mendengar itu, menganggukkan kepala Seraya mengulas senyum tipis. "om tenang saja, saya janji akan membawa mereka pulang dengan keadaan selamat tanpa kekurangan suatu apapun."ucapnya Seraya melirik ke arah Renita yang berada di sebelahnya. kemudian, menatap ke arah dua wanita lain yang berada di bangku belakang.

"kalian hati-hati ya,"ucap Marina Seraya melambaikan tangan kepada mobil yang telah berjalan menjauhi kastil itu.

"semoga, apa yang kamu yakini benar-benar terjadi sayang,"ucap Marina Seraya menyeka air matanya yang hampir saja jatuh membasahi pipi.

Sementara Hendri yang melihat itu, segera merangkul pundak istrinya dan membawanya masuk ke dalam kastil.

"kau tidak usah khawatir, anak kita itu bukan anak kecil lagi. dia bisa menjaga dirinya sendiri,"ucap Hendri mencoba untuk menenangkan istrinya. walaupun di dalam hati laki-laki paruh baya itu, juga merasakan kekhawatiran yang sama seperti istrinya.

Namun sepertinya, Hendri mampu menutupi rasa itu. karena dirinya, adalah seorang laki-laki yang harus kuat demi melindungi anak dan istrinya.

*****

"apa kita masih jauh?"tanya Renita menatap ke arah sahabat laki-lakinya itu. yang sejak tadi, masih fokus menyetir mobil.

"sebentar lagi sampai."ucap Banu Soraya menatap ke arah Renita sekilas. membuat Renita yang mendengarnya, mengganggukan kepala dengan antusias.

Wajah wanita itu, semakin berseri-seri. karena sebentar lagi, akan bertemu dengan suaminya. sementara Banu yang melihat itu, bibirnya juga ikut tersenyum. walaupun, hatinya sedikit sakit saat melihat senyuman itu.

"ah aku ini mikir apa sih,"Banu segera menepis pikiran-pikiran buruk itu."lebih baik, aku fokus saja pada mereka."gumam Banu dengan pelan.

Tak berselang lama, mobil yang ditumpangi oleh Banu telah sampai di perbatasan antara kotak tempat tinggalnya, dengan kota yang akan mereka cari itu.

"kita mulai dari sini,"ucap Banu Seraya turun dari atas mobil. diikuti oleh para wanita itu yang juga ikut turun dari dalam mobil.

Mereka berempat, segera berjalan untuk menanyakan dan menyusuri jalanan jalanan itu hingga tiba-tiba saja,...

brughh

"awwh!"

Renita terhuyung ke belakang. saat segerombolan orang, tidak sengaja menabraknya. hingga membuat para pria itu, ketika menoleh saat mendengar teriakan dari Renita.

Degh

Renita segera membeku di tempatnya. saat wanita itu, tidak sengaja melihat salah satu pengawal itu. yang memang Renita kenal adalah orang-orang dari keluarga Kusuma.

"astaga jangan sampai ketahuan!" gumam Renita Seraya mencoba menunjukkan kepala dan mencoba merapikan penampilannya.

Dadanya semakin berdetak kencang, saat para gerombolan itu mulai berjalan mendekatinya.

"apakah kalian tahu tentang wanita ini?"tanya salah seorang laki-laki itu Seraya menunjukkan sebuah foto.

membuat Renita dan yang lain, seketika membulatkan kedua matanya. dengan segera, mereka semua saling pandang.

"kami tidak tahu Pak,"ucap Banu Seraya merubah suaranya agar tidak dikenali oleh mereka.

Beruntungnya mereka saat ini, menggunakan samaran di wajah mereka masing-masing. sehingga kemungkinan sangat kecil untuk ketahuan.

"huh hampir saja ketahuan,"ucap Renita pada yang lainnya. setelah melihat kepergian dari orang-orang itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!