Beberapa hari setelah mimpi buruk itu, Renita semakin menjadi sosok yang pendiam. padahal dulunya, wanita itu adalah sosok yang sedikit ceria dan juga jenaka. namun setelah kejadian itu, perlahan-lahan keceriaan Renita menghilang. wanita itu, merasa ada sedikit kehampaan setelah kepergian dari suaminya itu.
"kau kenapa Renita?"tanya Febrianti yang duduk di samping wanita itu.
"tidak usah ragu ceritakan saja pada kami,"ucap Agnes menimpali.
Renita yang mendengar itu, seketika menghela nafas panjang. "sebenarnya kemarin malam itu aku mimpi buruk."ucap Renita Seraya menatap kosong ke arah depan.
"mimpi apa?"tanya mereka berdua secara bersamaan. karena memang, Renita sama sekali tidak menceritakan mimpi buruknya itu pada siapapun. wanita itu hanya mengatakan, bahwa dirinya bermimpi sangat mengerikan.
"iya sejak semalam kau berkata mimpi buruk mimpi buruk tetapi tidak pernah mengatakan pada kami mimpi apa itu,"tiba-tiba saja Banu telah berada di belakang ketiga wanita itu.
Membuat semua orang, seketika menoleh ke arah sumber suara. Renita yang mendengar itu, seketika menghela nafas panjang.
"aku kemarin itu bermimpi bertemu dengan Mas Adrian. tapi,.."Renita tak melanjutkan perkataannya. karena tiba-tiba saja, dadanya terasa sangat sesak saat mengingat bagaimana penghianatan itu hadir di depan matanya.
"apa kau baik-baik saja?"tanya Banu yang sedikit khawatir. saat laki-laki itu, melihat ekspresi wajah dari teman wanitanya yang sepertinya sedang sangat bersedih.
"i'm oke,"jawab Renita Seraya mengangkat kepalanya kembali yang tadi sempat menunduk.
"jika tidak sanggup bercerita, lebih baik jangan dipaksa."ucap Agnes mengingatkan.
Renita yang mendengar itu, seketika menggelengkan kepala."tidak masalah, aku harus menceritakan semua ini pada kalian. agar tidak terus kepikiran dengan mimpi itu."ucap Renita Seraya tersenyum kecil.
Agnes dan yang lain yang mendengar itu, seketika hanya menganggukkan kepala. karena memang, melarang pun percuma. Renita adalah orang yang sangat keras kepala. apalagi jika yang diyakini oleh wanita itu adalah benar, maka tidak ada yang berani atau bisa menghentikan aksinya. termasuk juga Dengan kedua orang tua realita sendiri.
mereka tidak akan pernah bisa menghentikan langkah dari anak mereka, jika wanita itu, telah memiliki tekad yang sangat bulat.
Dengan segera, Renita mulai menceritakan semuanya. pada ketiga sahabatnya itu.
"tapi itu kan hanya mimpi, Ren? jangan terlalu dipikirkan."ucap Agnes memberikan nasehat kepada sahabatnya itu.
"tapi mimpi itu terlalu nyata untukku. aku takut, apa yang ada dalam mimpiku itu menjadi kenyataan."ucap Renita Seraya menundukkan kepala.
Karena Wanita cantik itu, benar-benar merasa ketakutan jika sampai hal itu terjadi. maka mungkin Renita tidak akan pernah merasa sanggup untuk menjalani kehidupan di dunia ini.
"sudah sudah lebih baik kita fokus saja mencari keberadaan Adrian."ucap Banu mencoba untuk menenangkan Renita.
Karena laki-laki berkulit sawo matang itu, merasa tidak tega jika melihat wanita yang ia sayangi, bersedih atau bahkan menangis. walaupun, yang di tangisi oleh Renita adalah suaminya sendiri.
"tolong jangan menangisi sesuatu yang belum pasti."ucap Banu
Membuat Agnes Dan juga Febrianti yang mendengar itu, seketika saling menyenggol satu sama lain. "apa kau memikirkan sesuatu yang aku pikirkan?"tanya Agnes berbisik pada Febri.
"sepertinya kita memang memiliki pemikiran yang sama,"sahut Febri Soraya masih menetap ke arah 2 sahabatnya itu yang saat ini saling berpandangan.
"menurutmu bagaimana, apakah kau akan setuju jika mereka bersatu?"tanya Agnes masih menatap ke arah kedua sahabatnya itu.
Febrianti yang mendengar itu, seketika menganggukkan kepala dengan antusias."Tentu saja aku setuju, dia adalah sosok laki-laki yang sangat penyayang dan gentleman. tentu dia bisa melindungi Renita suatu saat nanti."ucapnya dengan tersenyum kecil.
Agnes yang mendengar itu, menganggukkan kepala. karena Wanita itu juga merasa setuju, dengan ucapan yang dikeluarkan oleh Febri.
Mereka berdua, seketika saling pandang dan tersenyum satu sama lain dengan penuh arti. sementara di depan mereka saat ini, Banu mencoba untuk menghibur wanita itu.
"sudahlah, jangan terlalu dipikirkan. aku yakin suamimu itu baik-baik saja. dan sebentar lagi, kita pasti akan menemukannya!"ucap Banu penuh dengan keyakinan.
Renita yang mendengarnya, menganggukkan kepala. dan dengan segera, mereka kembali untuk membahas rencana apa yang akan mereka lakukan beberapa hari kedepan. karena waktu yang diberikan oleh kedua orang tua Renita, adalah hanya satu minggu.
Karena setelah itu, mereka tidak tahu lagi bagaimana cara menyembunyikan atau menyelamatkan putri mereka agar tidak mendapatkan penyiksaan dari tradisi konyol itu.
*****
"aku kepikiran sesuatu Yang,"ucap Marina saat mereka berada di dalam kamar.
"pasti Bunda kepikiran soal nasib anak kita, kan?"tanya Hendri menebak pemikiran yang tengah dipikirkan oleh wanita paruh baya itu.
Marina yang mendengar itu, seketika hanya menganggukkan kepala Seraya tersenyum kecut. "bagaimana kalau kita ketahuan, Yah?"tanya Marina yang menampilkan wajah yang sangat khawatir.
Hendri yang mendengar itu, seketika menghela nafas dengan panjang. "entahlah. Ayah juga belum mengetahui apa yang harus kita lakukan kedepannya."ucap laki-laki paruh baya itu Terdengar sangat lesu.
Tiba-tiba saja, tubuh Marina terasa bergetar cukup kuat. dan tak berselang lama, Hendri mendengar isak tangis yang keluar dari mulut wanita paruh baya itu.
"hiks hiks hiks, aku sangat takut Yah, bagaimana kalau kita tidak berhasil dalam menemukan Adrian? bagaimana kalau Putri kita tertangkap? bagaimana kalau,...."ucapan Marina terhenti. wanita itu tidak dapat melanjutkan ucapannya. karena dadanya terasa sangat sesak saat membayangkan kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan terjadi terhadap Putri kesayangannya itu.
"sssstttt kita akan cari jalan keluarnya. aku tidak akan pernah membiarkan, Putri kita tersakiti walaupun hanya seujung kuku."ucap Hendri penuh dengan keyakinan.
Tiba-tiba saja, keyakinan yang hampir saja pudar, seketika berkobar saat mengingat konsekuensi apa yang akan diterima oleh Renita. jika putrinya itu telah tertangkap oleh keluarga Kusuma.
"apa yang akan Ayah lakukan?"tanya Marina Seraya mendongakkan kepala. karena saat ini posisi mereka, tengah saling berpelukan.
"apapun akan Ayah lakukan. walaupun harus kehilangan nyawa sekalipun."ucap laki-laki itu dengan suara yang sangat tegas.
Mendengar ucapan dari suaminya, tentu saja membuat Marina yang berada dalam pelukan suaminya, seketika menggelengkan kepalanya.
"tidak, aku mohon jangan lakukan itu."ucap Marina Seraya menggelengkan kepalanya kuat.
Karena akan semakin mengerikan, jika suaminya itu melakukan hal-hal yang di luar kendalinya. karena keluarga Kusuma pasti tidak akan pernah terima jika mengetahui keturunan mereka, melindungi sang calon korban. walaupun itu adalah ayah dan anak.
"aku tidak peduli Marina,"ucap Hendri yang masih kekeh dengan pemikirannya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments