Kenyataan Yang Menyakitkan

Setelah beberapa lama mereka berdebat, akhirnya Marina memutuskan untuk keluar dari kamar Renita. wanita paruh baya itu akan mencari solusi yang tepat bersama dengan suaminya.

"bagaimana, apakah Putri kita bisa diajak kompromi?"tanya Hendri Kusuma saat melihat istrinya masuk ke dalam kamar.

Marina yang mendengar itu, seketika menggelengkan kepalanya. "sepertinya semuanya akan susah,"ucap Marina Seraya Menghela nafas panjang. dan sesaat kemudian, wanita itu menangis terisak.

Membuat Hendri yang mendengarnya, seketika merasa begitu terkejut. laki-laki paruh baya itu, langsung memeluk istri tercintanya dengan erat.

"kau ini kenapa?"tanya Hendri dengan raut wajah kebingungan.

"aku ini ibunya, mana mungkin ada seorang ibu yang tega melihat anaknya akan disiksa oleh keluarga sendiri?"tanya Marina Seraya menatap ke arah sang suami.

Tentu saja, perkataan dari istrinya itu membuat Hendri, seketika terdiam. kemudian laki-laki paruh baya itu, juga ikut menitikan air mata. karena sudah merasa gagal dalam melindungi Putri kesayangannya.

"maafkan aku, aku adalah Ayah yang gagal bagi Renita. benar apa yang putri kita katakan, seharusnya kita melawan tradisi itu. aku memang benar-benar Ayah yang tidak berguna,"ucap Hendri Seraya memukul dirinya sendiri dengan membabi buta.

Marina yang melihat itu, seketika langsung menggelengkannya dengan cepat. "Bukan itu maksudku, aku tidak pernah menyalahkanmu. andai saja dulu, aku mengikuti saran kakakmu untuk menitipkan Renita pada orang lain, mungkin kita tidak akan mengalami hal seperti ini sekarang."ucap Marina Seraya mengenang kejadian 20 tahun yang lalu.

flashback on.

Sesaat setelah Marina melahirkan, Anita Kusuma masuk ke dalam kamar itu. membuat Marina, seketika langsung memeluk tubuh mungil putrinya agar Ibu mertuanya tidak berbuat macam-macam.

"ternyata anakmu perempuan ya?"tanya Anita dengan suara yang sangat sinis.

"maafkan saya bu, saya tidak bisa memberikan keturunan laki-laki pada keluarga Kusuma ini,"ucap Marina Seraya menunjukkan kepala.

"sudah tidak usah banyak alasan dan juga drama. saya hanya ingin mengatakan satu hal pada dirimu,"ucap Anita menatap ke arah menantunya itu dan juga menatap cucunya yang masih terlihat sangat merah karena baru beberapa jam lalu dilahirkan.

Marina yang mendengar itu, seketika menahan nafas. dengan hati yang berdebar sangat kencang. Menantikan, ucapan apa yang akan keluar dari mulut wanita paruh baya itu.

"jangan pernah putrimu mengalami kesialan, karena jika sampai hal itu terjadi, maka bersiaplah nasib putrimu akan sama dengan adik suamimu ."setelah mengatakan hal itu, Anita Kusuma segera pergi meninggalkan kamar milik Marina.

"hiks hiks hiks. aku tidak ingin putriku bernasib sama seperti Jelita,"ucap Marina Seraya menggelengkan kepalanya cukup kuat.

Yap. tradisi itu, adalah tradisi turun temurun yang telah banyak merenggut nyawa tindakan konyol mereka. dan Marina sendiri, telah diberitahu oleh Hendri tentang semua masalah itu.

Tentu saja, hal itu membuat Marina merasa sangat marah pada tradisi konyol keluarga itu.

Tak lama berselang, Hendri datang bersama dengan seorang wanita yang seumuran dengan Marina.

"Dia perempuan?"tanya wanita itu Seraya menatap ke arah bayi mungil milik Marina. membuat Hendri yang mendengarnya, hanya dapat menganggukkan kepala.

Terdengar Hela nafas dari wanita itu. kemudian menatap Marina dan juga putrinya dengan tatapan iba.

"semoga saja, nasib baik menimpa putrimu. karena jika tidak, aku tidak tahu apa yang akan terjadi. mungkin saja, akan lebih buruk dari Jelita."ucap wanita itu menatap ke arah Hendri.

"semoga saja, karena aku tidak ingin putriku bernasib sama dengan adik terkecil ku."ucap laki-laki itu Seraya mengusap air matanya yang hampir saja jatuh.

Sementara Marina, wanita muda itu hanya menatap suami dan juga kakak iparnya, dengan raut wajah kebingungan. karena memang, wanita itu tidak mengerti apa yang dimaksud dan dibahas oleh mereka berdua.

"atau lebih baik, aku bawa putrimu dan nantinya aku tukar dengan bayi yang sudah tiada,"tiba-tiba saja, kakak dari Hendri yang bernama Luna, berkata demikian.

Tentu saja hal itu membuat Marina, yang mendengarnya, seketika menggilingkan kepala.

"tidak aku tidak ingin berpisah dengan putriku,"ucap Marina Seraya menatap Luna dengan tatapan ketakutan.

Sementara Hendri, laki-laki itu hanya terdiam saja. sepertinya, laki-laki gagah itu tengah memikirkan langkah yang tepat untuk menyelamatkan putrinya. karena tidak mungkin, bahwa putrinya akan bernasib mulus. pasti akan ada kerikil-kerikil yang menghampiri.

"setelah aku pikir-pikir, apa yang dikatakan Kak Luna itu benar Marina, kita tidak bisa menghindar dari nasib buruk yang akan menimpa Putri kita. sebaiknya, kita segera melakukan hal ini dengan cepat. mumpung ibu, tidak berada di rumah."ucap Hendri dengan raut wajah bersungguh-sungguh.

Marina yang mendengar itu, seketika menggelengkan kepala."tidak aku tidak ingin berpisah dengan putriku,"ucapnya Seraya mendekap putrinya dengan sangat erat.

Membuat Luna yang mendengarnya, seketika menghela nafas panjang. "kalau itu yang di mau oleh istrimu, aku tidak bisa memaksanya. Karena aku adalah orang luar. yang merasakan dan menjalaninya, adalah istrimu sendiri. aku hanya berpesan, semoga putrimu baik-baik saja sampai ia dewasa."ucap Luna Seraya beranjak dari tempatnya dan langsung keluar dari dalam kamar Hendri dan Marina.

Setelah kepergian sang kakak, Hendri segera menghampiri istri dan juga anaknya. membuat Marina, seketika beringsut mundur.

"Maaf Mas, tapi aku tidak bisa jika harus berpisah dengan anak kita. apalagi, aku baru saja melahirkannya. dengan taruhan antara hidup dan mati."ucap Marina Seraya berlinang air mata.

Hendri langsung memeluk tubuh istrinya itu dengan erat. "aku tahu sayang, kita akan merawat putri kita dengan sebaik mungkin."ucap laki-laki itu Seraya mengecup puncak kepala istrinya dengan penuh kasih sayang.

"terima kasih Mas, terima kasih karena kamu selalu mendukungku."ucap Marina Seraya menangis sesenggukan.

flashback off.

"sudahlah sayang, lagi pula kejadian itu sudah berlalu. dan nasi sudah menjadi bubur tidak bisa diperbaiki lagi."ucap Hendri masih memeluk istrinya dengan erat.

Tanpa disadari oleh keduanya, ternyata ada seseorang yang mencuri dengar di balik pintu kamar Marina dan juga Hendri. siapa lagi jika bukan Renita.

Wanita muda itu bahkan sampai menutup mulutnya agar tidak berteriak saat mengetahui kenyataan pahit yang sangat amat menyakitkan itu. Dengan air mata berderai, Renita berlari masuk ke dalam kamar.

"jadi, kenyataannya sangat menyakitkan seperti ini?"tanya Renita pada dirinya sendiri. wanita itu tidak menyangka jika tradisi itu sangat mengerikan. dan untuk pertama kalinya, Renita merasa menyesal dilahirkan oleh keluarga ningrat seperti keluarga Kusuma.

"apa yang harus aku lakukan?"tanya Renita seorang diri. dirinya tidak mau nasibnya sama seperti sepupu dan adik ayahnya. Tapi, wanita itu juga tidak tahu apa yang harus dia lakukan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!