Kedatangan Para Sahabat

Setelah berada di dalam kamarnya, Renita kembali menangisi nasib hidupnya yang sangat malang itu. "kenapa kamu meninggalkan aku seperti ini, Mas?"tanya Renita kembali menangis tersedu-sedu. Soraya memeluk kan sebuah foto yang menampilkan foto prewedding mereka.

" aku merindukanmu! aku mohon, aku masih berada di dunia ini, tolong kembalilah padaku. aku sangat takut akan konsekuensi yang aku hadapi yang akan datang, hiks hiks hiks,"kembali Renita menangis terisak. saat wanita itu, kembali terbayang akan penyiksaan keluarga besarnya itu.

tok tok tok

Atensi Renita teralihkan, saat mendengar suara ketukan pintu dari arah luar. dan tak lama berselang, terdengar suara ibunya.

"sayang, apa Bunda boleh masuk?"tanya Marina dari arah luar kamar putrinya.

Dengan segera, Renita mengusap air matanya dan langsung melompat dari atas ranjang menuju ke kamar mandi untuk membersihkan wajahnya. jangan sampai, Bundanya melihat dirinya yang kembali menangis tersedu-sedu.

Karena Renita tidak ingin, Bundanya ikut bersedih kembali. saat melihat kesedihan Renita. setelah selesai membersihkan wajahnya, Renita bergegas membuka pintu dan mempersilahkan Bundanya, untuk masuk ke dalam kamar.

kemarin Ayah melihat ekspresi wajah putrinya, seakan mengetahui. jika Renita baru saja menangis kembali.

"nanti kita akan cari sama-sama,"ucap wanita paruh baya itu Seraya menggenggam tangan putrinya dengan alat.

Hanya ini yang dapat dilakukan oleh Marina. karena bagaimanapun, yang merasakan kesedihan dan juga kehancuran, adalah Renita sendiri. orang lain tidak akan pernah mengetahui akan kondisi hati putrinya.

Renita yang mendengar itu, seketika menatap Bundanya dengan tatapan mata berbinar. "semoga saja, kita bisa mendapatkan informasi keberadaan Mas Adrian."ucap Renita tersenyum tipis.

Tiba-tiba saja, Hendri membuka pintu kamar putrinya. dan langsung menghampiri dua wanita yang sangat ia cintai itu.

"ada apa Ayah?"tanya Renita dengan raut wajah bingung. karena laki-laki paruh baya itu, menghampirinya dengan langkah tergesa-gesa.

Hendri yang mendengar itu, menggilingkan kepala Seraya tersenyum kecil. "tidak ada apa-apa sayang, hanya saja di luar ada teman-temanmu."ucap laki-laki paruh baya itu Soraya tersenyum kecil.

Kemudian menghampiri Marina, dan langsung menarik tangan istrinya itu untuk dibawa keluar dari dalam kamar putrinya. membuat Renita yang melihat itu, seketika menarik ujung baju dari Marina. membuat wanita paruh baya itu, seketika menoleh ke arah sang putri.

"kenapa sayang? di luar ada teman-temanmu loh, ayo temui mereka,"pinta Marina dengan suara lembutnya.

Renita yang mendengar itu, seketika menggelengkan kepala. membuat Hendri dan Marina, seketika saling pandang.

"kenapa?"tanya kedua orang tuanya secara bersamaan.

"aku malu Ayah, Bunda,"ucap Renita dengan suara yang sangat lirih dan juga menundukkan kepala.

Marina segera memeluk tubuh putrinya dengan erat. "tidak apa-apa sayang, mereka adalah sahabat-sahabatmu. cobalah bercerita dengan mereka, siapa tahu teman-temanmu itu bisa membantu."ucap Marina dengan lembut.

Hendri yang mendengar itu, juga ikut angkat bicara. "benar itu nak, siapa tahu mereka bisa membantu untuk mencari keberadaan suamimu. ingat, waktumu tidak panjang. gunakan itu dengan baik sayang,"vucap Hendri yang ikut memeluk tubuh Putri kesayangannya.

Renita yang mendengar itu, akhirnya menganggukkan kepala. "baiklah kalau begitu, semoga saja mereka benar-benar mau membantuku."ucapnya pada akhirnya.

Marina dan Hendri yang mendengar itu, segera melangkahkan kakinya untuk keluar dari kamar Renita.

"kalian mau bertemu dengan Renita, kan?"tanya Hendri. saat laki-laki paruh baya itu, baru saja keluar dari dalam kamar putrinya. dan Mendapati tiga orang yang telah berdiri di depan kamar itu.

"iya benar Om, kami ingin menemui Renita. apa boleh?"tanya seorang wanita yang memiliki rambut keriting dan warna yang sedikit mencolok itu.

"boleh, kalian masuk saja."ucap Marina Seraya tersenyum kecil. "hanya saja, tante berpesan pada kalian. hibur dia buat dia sedikit menghilangkan keluh kesahnya itu," setelah mengatakan hal itu, Marina dan Hendri segera melangkahkan kakinya untuk kembali masuk ke dalam kamar mereka.

tok tok tok

"Ren, kita beli masukan, kan?"tanya wanita berambut keriting dan pirang itu setelah beberapa kali mengetuk pintu.

"masuk saja, pintunya tidak dikunci kok."ucap Renita dari dalam kamar.

Ceklek

Pintu kamar, seketika terbuka. saat mendapatkan izin dari si pemilik kamar untuk masuk ke dalamnya.

Mereka bertiga, seketika langsung tercengang. saat melihat, kondisi memprihatinkan dari sahabat mereka itu.

"Ya Tuhan Renita!!"seru mereka secara bersamaan dan langsung menghampiri wanita itu. Mereka bertiga, memeluk Renita dengan sangat erat.

Walaupun, di antara mereka ada seorang laki-laki, namun mereka tidak canggung saat melakukan pelukan satu sama lain. malah Renita, terlihat begitu nyaman saat berada dipelukan laki-laki itu.

Dengan sigap, laki-laki itu menenangkan wanita yang masih menangis tersedu-sedu dalam pelukannya itu dengan mengusap kepalanya.

"tidak usah dipikirkan, kita akan cari suamimu sama-sama,"ucap laki-laki itu yang tak lain bernama Banu Maulana.

Membuat Renita yang mendengar itu, seketika mendongakkan kepala. menatap ke arah sahabat laki-lakinya itu dengan tatapan sayu nya.

Kemudian, beralih menetap kedua sahabatnya yang lain yang tak lain bernama Febrianti Puspitasari, dan juga Agnes Safitri.

"sungguh?"tanya Renita menatap ketika sahabatnya itu secara bergantian dengan tatapan sedikit berharap.

Sontak saja, hal itu membuat Febrianti dan juga Agnes, seketika terkekeh pelan. sementara Banu, laki-laki itu menatap wanita yang masih berada dalam dekapannya itu dengan tatapan yang sangat dalam.

"apapun akan aku lakukan,"gumam laki-laki itu Seraya matanya masih menetap ke arah Renita.

"hiks hiks hiks, terima kasih, terima kasih karena kalian masih mau membantuku. walaupun dulu, aku sering menjahili kalian."ucap Renita dengan berlinang air mata.

Membuat Agnes Dan juga Febrianti yang mendengar itu, seketika mendengus kesal. " hiks itu tidak usah dibahas Renita. lagi pula, waktu itu kita masih sama-sama kecil kan, sudah tidak usah dipikirkan."ucap Febrianti Soraya kembali memeluk tubuh sahabatnya itu.

Renita yang mendengar itu, sontak semakin merasa bersalah karena dulu, sering membuat Febrianti dan juga Agnes menangis karena ulahnya.

Yap. mereka berempat adalah sahabat dari kecil. dan mereka bertiga, adalah keluarga terpandang semua dengan tradisi masing-masing. walaupun, tradisi keempat orang itu, tidak seekstrem yang dimiliki oleh keluarga Renita. tapi tetap saja, ketiga teman Renita itu juga memiliki tradisi masing-masing.

"kamu tenang saja Renita, aku akan berusaha keras. untuk membuat tradisi di keluargamu itu gagal!"ucap Banu dengan bersungguh-sungguh.

Namun, bukannya mendukung ucapan laki-laki itu, Agnes Dan juga Febri malah menertawakan laki-laki itu.

"kenapa kau tertawa?"tanya Banu dengan raut wajah kebingungan.

"Tentu saja aku tertawa, bodoh! kau pikir, gampang menggagalkan tradisi itu?"tanya Febri Seraya menatap tajam ke arah laki-laki itu.

Membuat Banu, seketika terkekeh pelan. "hehehe namanya juga usaha,"ucapnya.

"huu dasar!"ucap Febri dan juga Agnes secara bersamaan. dengan segera, dua wanita itu menyentil kepala Banu secara bersamaan.

Membuat laki-laki itu, seketika memasang wajah cemberut. hal itu membuat Renita, seketika tersenyum. Renita merasa sedikit terhibur dengan kedatangan para sahabatnya itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!