Pengakuan Banu Maulana

setelah beberapa saat terdiam, Renita mulai menitihkan air mata kembali. yang tentu saja hal itu membuat ketiga sahabatnya menjadi cemas kembali.

"sudahlah Renita, jangan pernah kau sesali semua ini,"ucap Febri Seraya merangkul pundak sahabatnya itu untuk menenangkannya.

"ini semua memang salahku, kalau saja aku tidak mengizinkan Mas Adrian untuk keluar, mungkin saja semua ini tidak akan pernah terjadi! dan kita masih dalam keadaan bahagia."ucap Renita dengan air mata yang mengalir cukup deras dari kedua matanya.

"sssstttt apa yang kau katakan?!"sentak Banu dengan pandangan mata menajam. karena laki-laki itu tidak menginginkan, jika sahabat kecil sekaligus orang yang sangat ia kagumi secara diam-diam itu, menyalahkan dirinya atas suatu kejadian. padahal mereka tahu, itu bukan salah dari Renita.

"tapi Banu, Jika saja aku bisa menghalangi Mas Adrian untuk keluar malam itu, aku yakin semua ini tidak akan pernah terjadi."ucap Renita yang masih tampak menyalahkan dirinya sendiri atas kejadian itu.

"cukup!"bentak Banu tanpa sadar. hingga membuat Renita, seketika menghentikan aksinya.

"Maaf, maafkan aku. bukan maksudku untuk membentakmu. tapi benar, aku benar-benar tidak rela Jika kamu menyalahkan dirimu sendiri atas kejadian ini."ucap laki-laki itu Seraya menarik tubuh Renita dan memeluknya dengan erat.

Sementara Febri dan Agnes, dua wanita itu seketika mencebikkan bibir. karena melihat pemandangan yang merusak suasana hati mereka.

"dasar kau ini Ban, mencari kesempatan dalam kesempitan saja,"ucap Febri disertai kekehan kecil. begitupun juga dengan Agnes. kedua wanita itu, seketika terkekeh pelan saat melihat tingkah laku dari sahabat laki-lakinya itu.

Namun, kekehan itu seketika terhenti saat melihat tatapan tajam dari Banu yang begitu serius dan juga dingin. menandakan bahwa laki-laki itu tidak sedang mencari kesempatan dalam kesempitan. tentu saja hal itu membuat Agnes Dan juga Febri yang melihatnya, seketika saling pandang satu sama lain.

"kenapa dengan sahabat kita itu?"tanya Febri melalui pesan singkat yang ia kirimkan pada Agnes.

"mana aku tahu,"sahut Agnes. "tapi dia tidak biasanya seperti ini. jika sedang serius seperti ini, itu tandanya sahabat kita sedang tidak dalam keadaan bermain-main."

Mereka berdua saling balas satu sama lain. dan tidak memperdulikan dua orang sahabatnya yang ada di hadapan mereka. tak lama berselang, mungkin karena efek kelelahan, Banu mendapati Renita yang tertidur lelap dalam dekapannya.

Tentu saja hal itu membuat Agnes Dan juga Febrianti yang melihatnya, merasa kasihan terhadap sahabatnya itu. karena Renita tidak akan pernah melakukan hal itu, jika batinnya tidak terpukul terlalu dalam.

"kasihan sekali dia, pasti saat ini dia setengah tertekan."ucap Agnes menatap sahabatnya itu dengan tatapan iba. dan hal itu juga dilakukan oleh Febri.

"sebaiknya, kita bicara di luar saja. ada yang ingin aku katakan,"ucap Banu pada kedua sahabat wanitanya itu.

Mereka berdua, segera keluar dari dalam kamar hotel yang ditempati oleh Renita. setelah Banu, meletakkan Renita di atas tempat tidur dan menyelimutinya.

"ada apa? apa kau mengetahui sesuatu?"tanya Febrianti saat melihat raut wajah sahabat laki-lakinya itu yang memancarkan raut wajah yang sangat serius.

Banu tidak langsung menjawab. laki-laki itu justru tampak gelisah. dan sesekali menatap ke arah Agnes Dan juga Febri secara bergantian.

"kenapa? jangan buat kita semakin penasaran."ucap Febrianti yang merasa geram dengan sikap yang ditunjukkan oleh laki-laki yang ada di hadapannya itu.

Banu yang mendengar itu, seketika menghirup udara dengan rakus. dan setelahnya, menghembuskannya secara perlahan.

"sebenarnya ada yang ingin aku katakan pada kalian,"ucap Banu yang sedikit bergetar ketakutan.

Bagaimana tidak takut, yang dihadapi Banu saat ini, adalah keluarga terpandang dan juga ningrat. maka laki-laki itu, harus menjaga tutur katanya agar tidak salah mengucap.

Karena, jika laki-laki itu salah dalam pengucapan satu kali Saja, maka nyawanya yang akan terancam. walaupun mereka adalah sahabat dari Renita, dan merupakan orang terpandang juga, tidak membuat mereka kebal akan hukuman. karena bisa saja, Febrianti Agnes Dan juga Banu mendapatkan hukuman yang setimpal jika mereka melakukan kesalahan yang sangat fatal.

"ada apa Banu? kau jangan membuat aku penasaran seperti ini,"ucap Agnes yang merasa geram dengan sahabat laki-lakinya itu. karena sejak tadi, Banu hanya terdiam saja.

"Se...Sebenarnya, satu hari sebelum Renita Renita menikah dengan Adrian, aku sempat melihat laki-laki itu masuk ke dalam sebuah rumah yang terletak di kawasan padat penduduk.

"terus?"tanya Agnes Dan juga Febri secara bersamaan.

"tak berapa lama, dia keluar dari dalam salah satu rumah bersama dengan seorang wanita."ucapkan dengan suara yang sangat lirih.

Karena laki-laki itu takut, jika suaranya itu didengar oleh seseorang. atau bahkan, Renita sendiri yang akan mendengarnya. karena jika hal itu terjadi, maka dapat dipastikan wanita itu akan hancur.

"apa itu benar, Banu?"tiba-tiba suara seseorang menyahut obrolan mereka. dan hal itu tentu saja membuat ketiga orang itu, merasa begitu terkejut.

Terlebih, Banu. laki-laki itu, sampai harus menelan salivanya karena merasa begitu terkejut dan takut dengan kedatangan Renita yang secara tiba-tiba.

"Re... Renita, sejak kapan kau bangun?"tanya Banu dengan suara gelagapan.

Sementara Renita yang mendengar itu, segera mendudukkan dirinya di samping Agnes Dan juga Febrianti.

"itu tidak penting. yang aku ingin tahu, apakah yang kamu katakan itu benar?"tanya Renita menatap ke arah Bandung dengan tatapan datar.

Namun tanpa disadari oleh siapapun, hati Renita saat ini tengah menangis pilu. karena mendengarkan pengakuan yang baru saja keluar dari mulut Banu. sahabatnya sejak kecil.

"jawab aku Banu, apa itu semua benar?"tanya Renita semakin menatap tajam ke arah laki-laki itu.

Sementara Banu sendiri, merasa kebingungan. apakah laki-laki itu harus berbicara jujur, atau membohongi sahabatnya itu?

"jawab aku!"bentak Renita dengan suara yang sangat tinggi.

Hingga membuat Agnes Dan juga Febrianti yang berada di samping wanita itu, sedikit merasa terkejut.

"i.. itu benar Renita,"akhirnya dengan terpaksa, laki-laki itu mengatakan yang sebenarnya.

Membuat Renita yang mendengar itu, seketika menggelengkan kepala. "tidak aku tidak percaya akan hal itu, kau pasti salah lihat Banu,"ucap Renita mencoba untuk memungkiri pengakuan dari sahabatnya itu.

Sementara Banu yang mendengar itu, hanya menganggukkan kepala. "semoga yang aku lihat itu memang salah Ren,"ucapnya dengan nada yang sangat lirih.

Sementara Renita, wanita itu hanya terdiam. dengan pikiran yang sangat kacau. Entahlah, Renita sama sekali tidak ingin mempercayai pengakuan dari sahabatnya itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!