Terus Mengenang

Setelah puas menangis dengan keluarga sang suami, Renita memutuskan untuk masuk ke dalam kamar. Lagi Dan Lagi, wanita cantik itu menangis tersedu-sedu saat baru saja masuk ke dalam kamar itu.

Kamar, yang seharusnya menjadi ruang penuh dengan kebahagiaan, saat ini menjadi ruang penuh penderitaan bagi wanita itu.

Renita kembali duduk di tepi ranjang Seraya menatap ke arah sebuah foto pernikahan yang baru beberapa jam lalu dicetak oleh seorang fotografer ternama di kota itu.

"kenapa kamu tinggalkan aku Mas Adrian?"tanya wanita itu Seraya menatap sebuah foto yang menampakkan senyum kebahagiaan dari dirinya dan juga sang suami.

"aku nggak kuat kalau harus menjalani semua penderitaan ini sendiri," gumam wanita cantik itu, Soraya tangannya memeluk foto di dalam figura itu. Renita kembali menangis tersedu-sedu saat mengingat awal mula mereka bertemu.

Flashback on.

Pagi itu, di sebuah universitas ternama di kota itu terlihat seorang wanita cantik yang memakai pakaian yang terbilang sangat longgar daripada mahasiswa-mahasiswa perempuan yang lainnya.

"eh maaf Kak, saya nggak sengaja."ucap wanita cantik itu Seraya menundukkan kepala dan tangannya mulai memunguti buku-buku yang tergeletak di lantai.

"lain kali, jangan melayang seperti ini,"ucap laki-laki itu Seraya membantu Renita untuk mengambil buku-buku itu.

"terima kasih Kak, kalau begitu saya permisi dulu,"ucap Renita Seraya beranjak dari tempat wanita itu berdiri. Namun sayangnya, saat wanita itu melangkahkan kakinya menjauh dari sang laki-laki dan juga teman temannya, sebuah kartu mahasiswa milik Renita, terjatuh dari tas milik wanita itu.

Bel istirahat pun berbunyi. membuat semua mahasiswa dan mahasiswi, segera berhambur keluar dari kelas masing-masing. begitu juga dengan Renita. wanita itu juga ikut keluar dari dalam kelas. Namun, tidak seperti kebanyakan anak muda yang memutuskan untuk pergi ke kantin atau bahkan ke cafe. Namun, itu tidak berlaku untuk Renita. karena wanita cantik itu, memutuskan untuk pergi ke perpustakaan yang ada di universitas itu.

"bisa tolong perlihatkan kta-nya Kak?"tanya karyawan perpustakaan pada Renita.

Membuat wanita itu, dengan segera melakukan kepala. dan dengan segera, merogoh ke dalam tas miliknya. namun seketika itu pula, ekspresi wajahnya menjadi berubah. saat wanita itu, mengetahui bahwa kartu perpustakaannya, tidak ada di dalam tas.

"astaga! mampus aku!"ucap wanita cantik itu Seraya menepuk keningnya sendiri. kemudian dengan segera, berjalan menyusuri setiap lorong ruangan untuk mencari kartu tanda pengenalnya.

"haduh aku taruh di mana sih, kemarin?"tanya Renita pada dirinya sendiri. Seraya matanya, masih fokus mencari Di mana keberadaan kartu mahasiswanya.

"ini yang kamu cari, kan?"tanya seseorang saat ini berdiri tepat dihadapan Renita. membuat wanita itu, seketika mendongak menatap ke arah sumber suara.

"eh, iya ini punya aku! kok bisa sama kakak?"tanya Renita Seraya memasang raut wajah kebingungan di depan laki-laki itu.

"nggak sengaja tadi jatuh,"ucap laki-laki itu Seraya menatap lekat ke arah wajah Renita. dan tiba-tiba saja, jantung laki-laki itu, seakan ingin lepas dari tempatnya. dan itu merupakan tindakan secara tiba-tiba.

"kenapa dengan jantungku?"tanya laki-laki itu pada dirinya sendiri. dengan pandangan, yang masih menetap ke arah Renita.

Membuat wanita itu, seketika menjadi salah tingkah karena Renita memang baru pertama kali ditatap oleh lawan jenis seperti itu.

"ka..Kaka kenapa liatin aku kayak gitu?"tanya Renita dengan raut wajah gugupnya.

Sementara laki-laki itu, semakin menatap Renita dengan tatapan yang sangat dalam. dan sesekali, kedua sudut bibir laki-laki itu melengkung membentuk sebuah senyuman tipis.

"aku Adrian Marcel Wijayanto,"ucap laki-laki tampan itu Seraya mengulurkan tangan di hadapan Renita.

Membuat wanita itu, sesaat merasa kebingungan. namun dengan segera, wanita itu juga membalas kelurahan tangan dari Adrian.

"aku Renita Aprilia Anggraini,"ucapnya Seraya tersenyum kecil. hal itu semakin membuat Adrian, merasa sangat terhipnotis dengan senyuman wanita yang ada di hadapannya itu.

flashback off.

Dan mulai dari saat itulah, hubungan mereka berdua menjadi sangat akrab. dan juga, lama-kelamaan, menjadi sebuah cinta yang tumbuh merekah seperti sebuah bunga yang selalu dipupuk dan disiram.

Hingga akhirnya, mereka memutuskan untuk menikah. setelah membina hubungan selama 5 tahun.

Senyum Renita, seketika terukir. saat mengingat, masa-masa indah yang pernah mereka lalui beberapa tahun ini. wanita itu mungkin akan terus mengenang masa-masa bahagia bersama sang suami. apalagi, mereka baru menjadi sepasang suami istri dalam satu hari saja. tentulah, hal itu lebih menyakitkan dari apapun di dunia ini.

"Mas, sebenarnya kamu di mana?"tanya wanita itu Seraya memeluk bingkai foto itu dengan erat dan tak berselang lama, Renita akhirnya tertidur lelap.

Mungkin wanita itu sangat merasa kelelahan baik hati maupun fisiknya. karena berada dalam posisi Renita saat ini, tidaklah mudah. butuh ketegaran dan keikhlasan yang sangat luas. Untung saja, Renita bukanlah wanita yang lemah yang akan langsung mengakhiri hidupnya jika mendapatkan masalah seperti ini. entahlah, namun Renita tidak pernah berpikiran jauh tentang hal seperti itu. walaupun, masalah yang sangat berat menerpa kehidupannya.

Tanpa disadari oleh wanita itu, ternyata kedua orang tuanya sedari tadi, mengintip di balik celah pintu kamar putrinya.

"kasihan sekali anak kita Yah, secepatnya kita harus menemukan keberadaan Adrian. karena Bunda tidak ingin, Putri kita menjadi seperti itu selamanya." ucap Marina pada sang suami.

Sementara Hendri, laki-laki paruh baya itu sesekali memijat pelipisnya yang terasa berdenyut.

"kamu tenang saja sayang, aku akan berusaha untuk mencari keberadaan Adrian. apapun akan aku lakukan, demi kebahagiaan Putri kita."ucap Hendri dengan raut wajah serius.

Membuat Marina yang mendengar itu, hanya menganggukkan kepala. kemudian, kedua matanya kembali menatap ke arah dalam kamar putrinya. dan Marina dapat bernafas dengan lega. saat kedua matanya, melihat putri kesayangannya tertidur lelap.

"sebaiknya, kita juga beristirahat."ucap Hendri Seraya menarik tangan istrinya itu untuk masuk ke dalam kamar.

*****

Sementara itu, kedua orang tua Adrian juga tengah dalam kondisi sama. bahkan, Samanta Wijayanto, yang tak lain adalah ibu dari Adrian, tak henti-hentinya menangis karena memikirkan keadaan putranya yang entah di mana keberadaannya.

"Pah, kita harus cari anak kita Pah, aku tidak ingin terjadi sesuatu pada putra kita satu-satunya itu,"ucap Samantha menangis tersedu-sedu di dalam pelukan sang suami.

"mamah tenang saja, papa akan mencari keberadaan Adrian kemanapun,"ucap laki-laki paruh baya itu kepada sang istri.

Membuat Samantha, hanya dapat menganggukkan kepala dan pasrah saat sang suami, membawanya ke tempat tidur untuk beristirahat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!