"Perak?, Apa hubungannya perak dengan pembunuhan?... oh iya!! Perak memiliki konduktivitas listrik dan panas yang paling baik di antara jenis logam lainnya. Akan tetapi tak mungkin Vivia mati tersengat listrik. Hmm... ah.. perasaan... apa yang akan dirasakan oleh orang yang tersengat listrik?" Tanya Mr. Kyler.
"Irama jantung tak beraturan, Begitu juga dengan nafasnya, sistem-sistem saraf akan terganggu, dan lain sebagainya. Mungkinkah itu adalah penjelasan singkat yang mendeskripsikan rasa takutnya?, lagi pula untuk menuliskan lambang perak itu seharusnya ditulis Ag, bukan AG. Sebagai seorang ketua OSIS yang perfeksionis tentu dia akan memikirkan hal itu. Saya rasa AG merujuk pada sesuatu yang lain."
"Asian Games.. kah?? Kode negara.. atau.." belum selesai Lily melanjutkan kalimatnya tiba-tiba Mr. Kyler memotong.
"Kode.. Yahh!! Kode!!, mungkin dengan memecahkan kode ini kita dapat langsung mengetahui pelakunya. Ujar Mr. Kyler dengan nada bersemangat, kemudian mengingat-ingat kode yang masih menggunakan alfabet.
"Morse.. ah tak mungkin, kode seperti itu seharusnya menggunakan titik.... hmm.." Mr. Kyler menghela nafas panjang, kemudian Lily menyahut.
"Mungkin kah ROTIE yang tertulis disana dapat menunjukkan jenis kode?"
"ROTIE? Kode macam apa itu?.. apa ada hubungannya dengan roti??, eh.. tunggu... seingatku, aku pernah mendengar kode yang mirip dengan ini, kalau tak salah namanya ROT1. Huruf E disini mungkin dimaksudkan sebagai angka 3. Jadi jenis kode yang dia gunakan adalah ROT13!!." Mr. Kyler tiba-tiba mendapatkan ilham yang entah datang dari mana. Keduanya pun lalu tersenyum puas, karena telah menemukan pelaku. Mereka juga berhasil menemukan bukti-bukti yang dapat memperkuat fakta.
"Kau tahu apa yang harus kau lakukan bukan?." Mr. Kyler mulai mengode Lily.
"Tentu... , saya tidak sebodoh itu." Jawab Lily.
Lonceng tanda berakhirnya istirahat pun berbunyi, saat yang paling dibenci oleh para murid. Mereka harus kembali ke kelas dan pergi meninggalkan kebahagiaan sejenak itu.
"Hei apalagi ini?!!, bukankah kita baru saja bersidang?!" Alvin membentak sambil memukulkan tangannya yang telah mengepal itu ke arah meja, hingga dia sendiri yang merintih kesakitan.
"Sidang tak akan menemui akhir hingga kita menemukan kebenaran, dan pelakunya ditemukan!!." Jawab Lily dengan nada tinggi sedangkan Alvin hanya berdecak kesal.
"Melody.. apa yang kau lakukan di jam istirahat tadi?." Tanya Lily sambil menatap Melody dengan tatapan tajam.
"Aku?, aku hanya makan dikantin sekolah, aku belum sarapan tadi pagi karena aku takut terlambat, jadi aku memutuskan untuk makan di kantin". Ujar Melody sambil menunjukkan bill bayarannya.
"Bagaimana denganmu Marco?" Lily kembali bertanya.
"Aku bermain badminton dengan murid kelas 10-B yang baru selesai memasuki jam pelajaran olahraga. Jika kau tak percaya dekatkan saja hidungmu pada tubuhku, pasti kau akan pingsan dalam sekejab mata." Marco berujar dengan sedikit bercanda. Akan tetapi apa yang dia katakan itu tidak salah, tubuhnya memang dipenuhi bau peluh yang menusuk hidung. Kemudian Lily beralih pada Namir. Dengan tatapannya itu, tanpa bicara pun Namir sudah dapat menebak apa yang ingin dikatakannya.
"Aku hanya membaca novel, sambil duduk dibangku ku, aku tak beranjak dari tempat ini sedari tadi." ujar Namir sambil menganggkat Novel yang baru saja dibacanya itu.
"Aa.. aku.. aku pergi ke UKS karena.." Belum lagi Trixie menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba saja jari telunjuk Lily mengarah kepada dirinya dan Namir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments