"Selesaikah sudah dramanya?, aku sudah lapar, bisakah kau berhenti mengoceh?, itu membuatku mual." Manusia serigala itu mulai menerkam nya, namun dia tak langsung memakan tubuh tersebut mentah mentah, melainkan mengirisnya sedikit demi sedikit. Vivia kembali merintih menahan rasa sakit. Sesekali dia memanggil Wiliiam , walaupun dia tahu bahwa William tak akan menolongnya.
"William... mengapa... mengapa... AAAAAAAAARGHHH!!!!!" Rasanya seperti berada di ambang kematian. Tak hidup, tak juga mati. Dagingnya mulai terkoyak, tangan kirinya sudah terlepas dari bahunya. Sebagian tubuhnya mulai memasuki organ pencernaan manusia serigala tersebut. Mata Vivia terbelalak. Mulutnya mulai membisu, dirinya tak kuasa lagi menahan rasa sakit. Rasa sakit yang begitu hebat, disertai dengan rasa takut yang menghantui dirinya. Terlebih lagi jika semua itu dilakukan oleh orang-orang yang dia cintai. Perasaan takut, tegang, sedih, sakit semuanya berkecamuk di dalam jiwanya. Satu-satunya hal yang dapat dia lakukan hanyalah menunggu kedatangan malaikat maut yang entah kapan akan menjemput dirinya, namun yang jelas tak akan lama dari detik ini.
Setelah beberapa bagian tubuh Vivia terkoyak, Akhirnya dia pun menghembuskan nafas terakhirnya. Saat yang telah dinanti-nanti Vivia, mati dengan tenang. Walaupun kenyataan bahwa dia mati secara mengenaskan itu tak dapat dielakkan.
Kini Vivia menjadi kepala tak bertubuh. Ruangan itu seketika bersimbah darah. William bangkit dari tempat duduknya, mengangkat kepala itu, kemudian memeluknya lalu tertawa cengengesan seperti orang yang sudah kehilangan akalnya, padahal itu memang benar.
"Hei... bolehkah aku memilikinya?" Tanya William pada sosok manusia serigala itu.
"Ck, Apa kau seorang Necrophilia? , sebenarnya itu adalah hal yang menjijikan, Aku juga tak menyarankanmu untuk menyimpan benda itu atau menjadikannya sebagai koleksi. Tapi jika itu maumu ya sudah, Aku tak mau ambil pusing. Yang penting tugasmu selesai, ini Ambilah upahmu, terserah saja mau kau apakan,yang jelas Aku sudah muak." Sosok manusia serigala itu pun kemudian pergi meninggalkan William sendirian di ruangan itu.
William semakin menggila, dia mulai memandikan dirinya dalam kubangan darah yang telah dia buat bersama manusia serigala yang baru saja pergi meninggalkannya. Lalu dia berpikir, jahatkah ia membunuh orang yang telah mencurahkan kasih sayangnya semenjak lama?, jahatkah dia membunuh orang yang telah menjadi tulang punggungnya? Berjuang keras siang malam untuknya?... Walaupun dia tak dapat mengingat banyak hal, termasuk kenangan indahnya di masa kecil. Namun dia tetap tak dapat melupakan kakak satu satunya itu. Dia masih menyayanginya, akan tetapi itu adalah rasa sayang yang berbeda dengan yang ia curahkan semasa dia masih hidup bahagia bersamanya. Daripada rasa sayang, apa yang dia rasakan pada saat ini lebih mendekati kepada obsesi. Entah mengapa dia menyukai erangan kesakitan yang diciptakan oleh kakaknya itu. Tangisannya, darahnya... membuatnya serasa dimabuk obsesi, Jika dia dikatakan sebagai orang gila, mungkin itu bukan hal yang menyimpang dari kenyataan. Sekarang keadaan berbalik, Vivia yang tadinya berteriak memanggil William, kini William lah yang memanggil Vivia. Namun bukan mayat namanya jika dia menyahut, kepala itu hanya menciptakan suasana hening, seolah-olah hanya mengiyakan apapun yang dikatakan William. William mengoceh tak karuan. Lalu memasukkan benda yang dianggapnya berharga itu ke dalam sebuah plastik hitam yang sudah dimasukkan ke dalam tas. Kemudian pergi meninggalkan ruangan itu.
Sepulangnya di tempat kediaman yang sudah lama dia tinggalkan, dia pun meletakkan kepala tak bernyawa itu di atas meja belajarnya yang sudah mulai berdebu. William mulai membersihkan darah Kakak kesayangannya itu, kemudian memasukkannya ke dalam akuarium yang sudah diisi oleh campuran boraks dan formalin. Untuk mengawetkan mayat tercintanya itu. William menatap kepala itu berkali-kali tanpa ada rasa bosan. Ingin sekali dia menyentuhnya, akan tetapi bila dia berani coba-coba maka kulitnya akan mengelupas akibat cairan yang dia buat sendiri.
"Cantik... bahkan saat mati pun dia tetap cantik....., salahkah aku? Tidak.. bukan aku yang membunuhnya.. Aku hanya... sekadar menikmati raut wajahnya ketika merasakan sakit... itu.. bukan hal yang salah bukan.."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments