"PELAKUNYA SUDAH JELAS BUKAN?!, AYO!! TUNGGU APA LAGI?!, CEPATLAH PANGGIL PARA POLISI!!" Talia pun berteriak memecahkan keheningan yang terjadi selama beberapa saat. Lalu dengan sigap Lily pun meraih ponselnya lalu menyodorkannya lada Talia.
Para polisi mulai berdatangan menuju TKP, beberapa saat setelah Talia memanggil 119. Seperti dugaan Jacky, dia harus diberikan banyak pertanyaan mengenai manusia serigala. Namun ia hanya mengatakan bahwa ia tak tahu apapun, dirinya hanya tertular dari seseorang yang Bahkan tidak dikenalinya. Untung saja dia tidak harus membayar hutang nyawa, ia hanya perlu menjalani hidupnya di balik jeruji besi selama beberapa tahun.
Setelah kejadian itu, Mr. Kyler sebagai wali kelas tentunya juga akan hujani berbagai macam pertanyaan oleh para polisi.
"Kapan kejadiannya pak?" Ujar salah satu polwan yang ada disana.
"Kira kira di pukul 10.20 waktu istirahat pertama, setelah para siswa berkerumunan dari kantin." Jawab Mr. Kyler.
"Apa motif dari pelaku pembunuhan pak?" Tanya seorang lagi.
"Ahh.. paling paling hanya cinta monyet, biasalah anak remaja." Mr. Kyler menyahut dengan nada malas. Sedangkan para polisi hanya tertawa kecil.
Mr. Kyler harus diinterogasi terlebih dahulu selama beberapa saat, jadi Mr. Kyler tidak akan mengajar untuk hari ini. Walaupun begitu tetap saja Mr. Kyler memberikan tugas setumpuk, yang tentunya dapat memecahkan kepala para murid 11-D.
OOO
"Huh... hari ini banyak tugas ya.." gadis bertubuh tinggi dengan kulit karamel serta rambut berwarna api sepundak itu mengeluh pada sahabatnya, Namun sepertinya sahabatnya itu hanya tertawa kecil kemudian menjawab.
"Hahaha.. ya.. mau bagaimana lagi Vivia, Apalagi kamu tahu sendiri guru kita itu memang yang paling galak. Namanya aja Kyler, cara membacanya mirip dengan kata Killer paling-paling perbedaannya cuma di double L".
Vivia hanya tertawa kecil melihat tingkah laku sahabatnya itu, tak disangka rupa-rupanya langit mulai menciptakan warna kelabu, gemuruh langit mulai berbunyi, angin kencang mulai berhembus, pohon-pohon mulai menari, hingga daunnya rontok lalu berterbangan kemana-mana. Hal seketika mengharuskan Vivia untuk menahan rok pendek yang hanya menutupi pahanya. Orang-orang mulai berlarian mencari penaungan, bulir-bulir air mulai berjatuhan dari atas langit secara bertubi-tubi, sialnya mereka tidak memiliki payung sehingga mereka juga harus bernasib sama dengan orang-orang yang lain. Vivia terlihat panik, Mereka pun kemudian bernaung di suatu tempat.
Suasana langit yang terlihat sendu, menciptakan kegundahan sekaligus kesedihan di hati Vivia. Tiba-tiba saja dia teringat adik semata wayangnya yang masih belum kembali setelah hilangnya dia entah ke mana. Dia sangat merindukan adik laki-lakinya itu. Dia juga mencemaskanny .Belakangan ini dia tak dapat tidur hanya karena memikirkan adik kesayangannya itu. Dia mulai bertanya-tanya Apakah adiknya itu akan baik-baik saja?, ataukah dirinya sedang berada dalam marabahaya?. Atau jangan jangan......
Dia telah dihabisi oleh manusia serigala?
Ahh.. pemikiran macam apa ini?,tak mungkin... dia pasti masih bertahan hidup di suatu tempat, Mungkin saja dia hanya mengerjaiku. Ugh.. Kurasa aku harus tetap berprasangka baik, oh ya tuhan... semoga adikku cepat kembali dalam keadaan baik-baik saja. Ahh.. Aku benar-benar khawatir, sungguh...." batin Vivia
Melihat wajah Vivia yang mencerminkan kesedihan sahabatnya itu pun sontak menanyakan hal yang tengah dia pikirkan. Vivia mengatakan tak apa, Namun sepertinya ekspresi wajah tak dapat berbohong. Sehingga dia mendesak Vivia untuk mencurahkan isi hatinya. Vivia yang tak dapat berkutik lagi pun hanya dapat menurut.
"Ah aku hanya... mencemaskan adikku.. William. Dia sudah lama pergi menghilang entah ke mana, Awalnya aku biasa saja karena aku mengira dia menginap di rumah temannya lagi, namun beberapa hari kemudian dia tak kunjung kembali sehingga aku mendatangi rumah temannya itu, akan tetapi temannya mengatakan bahwa William tak pernah menginap di rumahnya lagi sejak beberapa minggu yang lalu. Tentu saja hal itu membuatku panik, mau Bagaimanapun aku usaha untuk tenang perasaan cemas tetap menghantuiku belakangan ini, Bahkan aku juga sering menemui seorang psikiater. Untunglah kliniknya tak terlalu jauh dari rumahku. Namun tetap saja aku tak dapat berhenti memikirkannya." Vivia menceritakan hal yang tengah menjadi beban pikirannya. Kemudian dia kembali melanjutkan.
"Adikku itu... William... dia adalah satu-satunya keluarga bagiku... orang tua kami sudah meninggal sejak kami masih kecil, kami hidup sebatang kara dengan nenek kami, dia berusaha banting tulang setiap harinya demi memenuhi kebutuhan kami, dia jugalah yang selalu mencurahkan kasih sayangnya pada kami. Akan tetapi.... bagaimanapun juga nenekku adalah manusia, berjalan menemui kematian yang tak tahu kapan datangnya. Saat aku berusia 14 tahun sedangkan William pada saat itu masih berusia 10 tahun, tiba-tiba nenekku sakit keras, kami tak punya uang untuk berobat. Sehingga beliau merelakan hidupnya begitu saja menunggu sang malaikat maut mencabut nyawanya. Dan benar saja, beberapa hari kemudian beliau pun menghembuskan nafas terakhirnya. Apa yang bisa aku lakukan?, yah.. aku hanya menangis seperti orang bodoh di depan mayatnya. Akan tetapi nenekku pernah berwasiat sebelum dirinya meninggal. Beliau mengatakan bahwa, akulah yang harus menjadi tulang punggung keluarga untuk mengurus adikku itu yang masih kecil, walaupun aku adalah perempuan namun beliau sudah memberikan kepercayaan penuh padaku sehingga aku mulai mencari pekerjaan, Sejak saat itu aku mengerti arti kehidupan, kehidupan ini memang benar-benar keras, Aku juga mengerti betapa sulitnya mencari pekerjaan apalagi mencari pekerjaan yang dapat menerima anak di bawah umur. Jadi apa yang dapat aku lakukan? Aku pun membeli sebuah gitar dari sisa harta nenek, itupun hanya sebuah gitar kecil yang harganya murah. Namun setidaknya itu dapat membantuku merintis karir pertamaku. Kemudian aku pun mulai mengamen di pinggiran jalan, aku juga berusaha mencurahkan kasih sayangku pada William. Kami hidup bahagia berdua walaupun hanya sebatang kara, namun aku tetap berusaha melakukan yang terbaik, hingga di saat tabunganku sudah cukup membukit, tabunganku itupun kujadikan modal untuk membuka usaha, yah.. sekarang aku mulai merintis karirku sebagai seorang pengusaha meskipun usiaku masih sangat muda. Aku juga mengajari William banyak hal, kuharap dia juga dapat memiliki keterampilan hidup nantinya. Akan tetapi sayang sekali aku telah kehilangan satu-satunya keluargaku." Vivia menutup kisahnya sambil menghela nafas.
Sahabatnya menyahut." Jadi kau benar-benar menyayanginya ya?, Wajar saja kau terlihat sangat cemas, Aku sudah lama tak pergi ke rumahmu jadi aku tak terlalu tahu mengenai kabarnya." Sahabatnya itu pun lalu meminta maaf karena telah memancing kesedihan Vivia, Vivia pun memaafkannya kemudian memberikan senyuman kesedihan yang tentunya itu adalah senyuman palsu. Kemudian dia menutup matanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments