Manusia serigala itu kembali berubah menjadi wujud manusia, Dia berjalan melewati kerumunan layaknya manusia biasa. Ketika dia melakukan perjalanan menuju rumah, dia merogoh saku celana lalu mengambil sebuah ponsel lipat yang baru saja dia beli beberapa minggu yang lalu. Orang itu kemudian pergi ke counter untuk membeli nomor baru. Dengan itu dia dapat menutupi identitasnya di hadapan teman-temannya.
Setelah membeli nomor baru, orang itu pun menghubungi salah satu teman sekelasnya. Dia mengirimi sebuah foto yang memperlihatkan Vivia yang sedang tertidur, dia juga mengirimi sebuah foto yang memperlihatkan momen ketika Vivia merasa kesakitan dengan tubuhnya yang bermandikan darah. Juga mengirimi foto yang memperlihatkan jenazah Vivia yang hanya tersisa kepala serta tulang belulang. Serta beberapa foto lainnya yang terlihat mengerikan. Kemudian menekan ikon yang bergambarkan pesawat kertas. Sesekali orang itu meneror dengan memasukkan kode-kode aneh yang dapat menimbulkan hang pada ponsel orang itu.
Sesampainya ditempat kediamannya, orang itu membanting pintu dengan keras, hingga menciptakan bunyi bising yang memekakkan telinga. Dia berjalan menuju kamar yang sudah lama terkunci.
" Ezra!.. buka pintunya!!, aku punya kabar gembira sekaligus kejutan untukmu.." orang itu mengetuk ngetuk pintu kamar. Namun sepertinya orang yang dipanggil tak menyahut, seolah-olah tak ada orang di sana. Orang itu mulai berteriak memanggil manggil namanya, namun tetap saja tak ada respon dari kamar itu. Orang itu kembali berubah menjadi manusia serigala kemudian mendobrak pintu kamarnya. Di sana terlihat seorang lelaki muda yang terlihat kurus kering bagaikan tulang yang hanya berbalut kulit. Laki-laki itu menatapnya dengan tatapan kosong, seolah-olah tak ada kehidupan di tubuh itu. Meskipun jantungnya masih berdetak.
"Kau tahu Ezra?, tadi aku telah membunuh orang brengsek itu.. bagaimana? Apa kau senang??.. dendam mu telah terbalaskan!!!, ayolah adikku.. ikut aku kembali menemui dunia. Apa kau tak merindukan kehidupan diluar sana? A.. oh ayolah aku tahu kau merindukan kehidupan lama mu itu, ada banyak hal yang sedang menunggumu diluar sana." Lelaki yang dipanggil Ezra itu tak menjawab. Mulutnya masih tertutup rapat. Merasa diabaikan, kakaknya itu pun lalu mengambil sebuah cutter milik William dari balik kantongnya. Sementara itu tubuh Ezra membelakangi tubuh kakaknya. Jarak mereka cukup berjauhan, satunya berada di ujung pintu satunya lagi berada di pojok dinding.
"Ezra... Apa kau merasa sakit?... apa kau... mengiginkan ini?" Tanya kakaknya seraya mengenggam cutter ditangannya. Tanpa rasa curiga sedikitpun, Ezra menoleh ke arah pintu, lalu tiba-tiba sebuah mata pisau terbang menuju dirinya, Untunglah mata pisau itu hanya menciptakan sedikit goresan di bagian wajahnya. Namun sepertinya hal itu menciptakan gelagat buruk bagi dirinya. Tak disangka tiba-tiba kakaknya itu mulai tertawa bak seorang sadistik yang baru saja melukai masokisnya. Ezra terkejut, dia berusaha mengambil sesuatu yang ada di dekatnya, seperti buku, vas bunga, alat-alat tulis dan lain sebagainya lalu melemparkan benda-benda itu pada kakaknya. Namun sepertinya hal itu tak berpengaruh sama sekali. Orang aneh itu masih saja tertawa, kemudian berlari ke arahnya sambil menudingkan cutter nya. Ezra berusaha menghindar, perkataan kakaknya itu benar. Dia telah merasa tersakiti. Akan tetapi dia tak ingin mati. Dia masih ingin hidup bersama kakaknya itu, menghabiskan waktu bersamanya hingga ajal menjemput, bukan dengan seenaknya memanggil malaikat maut. Dia masih seperti manusia pada umumnya yang memiliki naluriah akan ketakutan terhadap kematian. Ezra tak menyangka perubahan drastis telah terjadi jiwa kakaknya itu.
"Apa yang terjadi padanya?..." gumam Ezra. Dia masih tak membuka mulutnya, namun walaupun begitu ekspresi ketakutan masih terlihat di wajahnya. Matanya membulat, deru nafasnya mulai terengah-engah, Irama jantungnya mulai tak beraturan. Suasana hatinya menjadi kacau. Adrenalinnya seketika memuncak. Peluh dingin mulai membasahi tubuhnya. Dia berjalan mundur, hingga akhirnya dia ter pojok di sudut ruangan. Sedangkan kakaknya itu kembali menatapnya dengan tatapan aneh yang membuatnya merasa tak nyaman. Smirk nya itu terlihat berbahaya. Kali ini Ezra tak dapat mengelak, sedangkan kakaknya yang dalam keadaan tengah kehilangan akal sehatnya itu kembali mendekat. Memisahkan jarak diantara mereka berdua, lalu mencekal pergelangan tangan Ezra. Ezra meneguk ludahnya dengan kasar. Kedua kakinya mulai bergetar hingga dia tak mampu Lagi berdiri. Ezra pun tersungkur di atas lantai, sedangkan kakaknya itu Mulai mengambil posisi jongkok untuk menyamakan tinggi mereka.
"Kakak.. aku mengerti.. , Aku tahu aku memanglah sosok yang menderita, namun hidup dalam penderitaan bukan berarti aku menginginkan kematian. Kumohon!! Aku masih ingin hidup..... Ada apa denganmu??., Apa kau tengah mabuk?. Ku.. kumohon.. jangan katakan bahwa kau ingin.." belum selesai Ezra melanjutkan kalimatnya. Tiba-tiba saja tubuhnya ditindih kemudian tangan kakaknya itu mulai mencekik lehernya. Menghalangi keluar masuknya nafas di sana. Orang itu hanya melakukannya selama beberapa detik, kemudian melepaskan tangannya. Alhasil, nafas Ezra semakin terengah-engah. Orang setengah gila dengan smirk yang menghiasi wajahnya itu berusaha menusukkan cutter pada Ezra. Serangan bertubi-tubi yang datang tiba-tiba itu membuat Ezra serasa ingin copot seketika. Ini dia berada di antara hidup atau mati. Dengan kekuatan seadanya dia berusaha menangkis serangan tersebut dengan menahan pergelangan tangan kakaknya itu dengan pergelangan tangan nya. Hal itu tentunya tak berlangsung lama, karena cepat atau lambat kekuatannya yang lemah itu akan habis juga. Kini Ezra benar benar tak berdaya, yang bisa dia lakukan saat ini hanyalah pasrah menunggu panggilan dari malaikat maut. Kemudian orang aneh itu merangkul tubuh Ezra, bagi dirinya rasanya seperti dipeluk hantu. Dia merasakan bulu kuduknya yang mulai berdiri. Lalu Ezra merasakan bagian tubuh yang terasa sakit serta dialiri darah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments