Di ruang perawatan Zea, Sandra terlihat kikuk, dia menceritakan semua yang terjadi.
Sandra sungguh merasa tidak enak pada Mona, karena kelakuan Zea tadi.
Mona masih terdiam mencoba mencerna semua situasi ini, dia masih tak menyangka Zea akan berbuat seperti itu kepada Rey.
"Sekali lagi aku minta maaf, Mon. Maafkan putriku." ucap Sandra. Ini sudah kesekian kalinya dia meminta maaf kepada sahabatnya itu.
"Sudahlah, Zea hanya bersikap spontan karena dia terlalu sedih dan kecewa. Mungkin kami yang salah, datang di saat yang nggak tepat." balas Mona.
"Apa kita akan tetap menjodohkan mereka?" Sandra terlihat ragu, mengingat sikap Zea yang sama sekali tidak menunjukkan bahwa dia menyukai Rey.
"Haaa ... entahlah, aku pun jadi ragu, San. Apakah Zea mau menerima perjodohan ini?"
"Aku takut rencana kita ini nggak baik untuk mereka, aku takut menyesal nanti." ujar Sandra cemas.
Tanpa mereka sadari, Rey mendengarkan semua pembicaraan mereka dari balik pintu.
"Jadi mereka ingin menjodohkan kami?" batin Rey.
Tiba-tiba ponsel Sandra berdering, dia mengerutkan alisnya saat melihat ID si penelepon sebelum akhirnya menjawab panggilan masuk itu.
"Halo, ada apa, Van?"
"Tan, Zea sedang bersamaku saat ini. Jadi Tante jangan khawatir."
"Loh, kamu disini?"
"Iya, aku baru nyampe tadi dan langsung kesini saat tahu Zea sakit."
"Terus sekarang kalian dimana?" tanya Sandra.
"Di taman rumah sakit, tadi aku tak sengaja melihat Zea berlari kesini. Dia sudah cerita semuanya, aku akan menghiburnya."
"Oh, kalau begitu, Tante titip Zea, ya, Van?"
"Iya, Tante."
"Siapa, San?" Mona bertanya saat Sandra telah mengakhiri pembicaraannya.
"Rek ... eh, maksudku Vano. Dia sedang bersama Zea sekarang." jawab Sandra.
"Loh, berarti Rey juga bersama mereka?"
Mendengar namanya disebut, Rey pun muncul dari balik pintu dengan wajah yang masam. "Aku disini, Ma."
"Eh ini dia orangnya." Mona berbalik memandang Rey.
"Rey, maafkan Zea, ya?" ujar Sandra tak enak hati.
"Iya, nggak apa-apa kok, Tante." sahut Rey sambil memaksakan senyuman. Dia berusaha bersikap biasa saja, meskipun hatinya kesal bukan main melihat seseorang yang bertahun-tahun lalu membuat dia terpisah dari cinta masa kecilnya itu.
***
Zea, Vano dan Sandra pun sudah kembali ke rumah. Sementara Rey dan Mona pulang ke rumah mereka, karena untuk beberapa saat, Zea akan tinggal disini dulu.
Sedari tadi wajah Zea terus murung, meskipun dia telah meluapkan semua kesedihannya kepada Vano, tapi belum cukup untuk membuat hatinya membaik.
"Jangan cemberut terus dong, jelek tahu!" goda Vano.
"Biar aja jelek! Emang siapa yang perduli?"
"Iya sih, nggak ada yang perduli juga. Ya udah, ngambek aja sampai sana." balas Vano cuek.
"Iiihhh ...." Zea melemparkan bantal sofa ke wajah Vano dan membuat Vano tertawa karena berhasil membuat Zea kesal.
"Gitu dong! Kan seru kalau kamu galak." ledek Vano. Zea hanya memutar bola matanya.
"Dalam rangka apa ni, Kak Vano tiba-tiba datang kesini?" tanya Zea dengan tatapan selidik.
"Mau bertemu kamu! Aku kangen sama kamu." jawab Vano sembari menatap dalam manik hitam Zea, membuat gadis itu salah tingkah.
"Iiihh ... apaan sih?" Zea grogi.
"Hahahha ... gitu aja baper." Vano mencubit hidung Zea lalu beranjak dan melenggang ke dapur.
Wajah Zea pun memerah menahan malu.
"Ya udah deh kalau nggak mau bilang, aku ke kamar aja, mau tidur."
"Iya, beristirahatlah." teriak Vano dari dapur.
Vano memang selalu berhasil membuat Zea terhibur dengan semua perhatian dan tingkah jahilnya. Zea sudah menganggap Vano seperti kakak sendiri, meskipun mereka hanya saudara sepupu.
Vano bisa membuat Zea menurut dengan ucapannya, tak jarang Adam dan Mona meminta Vano untuk menasehati Zea dikala dia melakukan kesalahan.
Karena mereka tahu, Zea lebih menurut kepada Vano dari pada mereka. Tapi tentunya itu tidak berhasil, saat Vano melarangnya berenang, karena Zea tetap keras kepala.
Di dalam kamarnya Zea hanya berbaring menatap ke sekeliling, matanya tertuju pada poster princess Ariel yang tertempel di dinding, Zea mengembuskan nafas berat.
"Apa aku benar-benar nggak boleh melakukannya lagi?" gumam Zea sambil menitihkan air mata.
***
Vano sedang duduk di ruang tamu bersama Adam dan Sandra, setelah mendengar kejadian di rumah sakit tadi, Adam bergegas pulang ke rumah.
"Bagaimana, Van? Jadi masuk Medica?" tanya Adam.
"Jadi, Om. Besok sudah mulai masuk." jawab Vano.
"Syukurlah. Mudah-mudahan bisa jadi dokter yang hebat." sahut Adam. Vano dan Sandra mengamini.
"Hmm .... Om .... Tante, sementara ini aku boleh nggak tinggal disini dulu? Tapi secepatnya aku akan cari tempat tinggal."
"Walah ... kok minta minta izin segala sih, Van?" balas Adam.
"Iya, kayak sama siapa aja. Kamu boleh tinggal disini selama yang kamu mau." sela Sandra.
"Makasih ya, Om .... Tante."
Walaupun Vano hanya keponakan angkatnya, tapi Adam dan Sandra menyayangi Vano seperti anak mereka sendiri.
Bahkan mereka pernah mengizinkan Zea bersekolah ke Surabaya, saat Vano memintanya tinggal disana.
Mereka percaya Vano bisa menjaga Zea dengan baik.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Hartaty
hmmm, jangan2 vano jg suka Ama zea
2023-09-17
1