"Halo sayang, ada apa kamu menghubungiku?" tanya Devano yang sudah menerima panggilan telepon dari Naumi Clarissa kekasihnya.
"Kamu tumben banget sih, angkat telepon aku lama sekali. Emangnya pagi-pagi begini kamu sudah sibuk dengan pekerjaan di kantor?" Naumi tidak menjawab pertanyaan dari Devano, tapi ia malah melampiaskan kekesalannya pada Devano, yang terlambat menerima panggilan telepon darinya.
"Aku masih di rumah sayang, tadi itu aku lagi sarapan pagi bersama keluargaku. Makanya aku lama menerima panggilan telepon dari kamu," jawab Devano menjelaskan.
"Oh begitu, aku cuman mau bilang. Kalau bulan depan aku akan pulang, dan aku akan menagih janji kamu yang mau menikahi ku. Ketika aku sudah pulang ke Indonesia," ucap Naumi yang memberitahukan tentang kepulangannya ke Indonesia.
Degh!
"Bagaimana ini? Sebentar lagi Naumi akan pulang ke Indonesia, dan bagaimana caraku memberitahukan kepada Naumi tentang statusku yang sudah memiliki istri. Aku tidak mau membuat dia kecewa mendengar kabar pernikahanku," batin Devano yang bingung dengan keadaan ini.
"Vano sayang, kok kamu diam saja sih? Apa kamu tidak senang mendengar kabar kepulanganku?" tanya Naumi.
"A___ku tentu senang sayang, mendengar kabar kepulanganmu. Aku juga sudah tidak sabar ingin segera bertemu dengan kamu," jawabnya.
"Tunggu kepulanganku yah, Van. M__muach," ucap Naumi yang memberikan kiss jauh pada Devano.
"Iya Mimiku sayang, aku matikan panggilan teleponnya dulu yah. Soalnya aku mau berangkat bekerja ke kantor," sahutnya sambil mematikan panggilan telepon dari Naumi. Sebelum Naumi mempersilahkan Devano mematikan panggilan teleponnya.
"Sebaiknya aku harus meminta bantuan kepada Randy, dalam mengatasi semua permasalahan ku ini," gumamnya dalam hati.
Devano yang sudah selesai berbicara dengan Naumi, ia segera menghampiri mamanya dan Meyra yang masih berada di meja makan. Akan tetapi, sesampainya Devano di meja makan. Devano melihat Rajendra papanya, yang tadinya tidak ikut sarapan pagi bersama. Kini Rajendra berada di meja makan bersama dengan Belinda istrinya dan juga Meyra.
"Mah, Pah. Karena hari ini tidak jadi pindah ke apartemen, aku mau pergi ke kantor dulu,'' ucap Devano yang berpamitan pergi ke kantor pada kedua orang tuanya.
"Kamu ini, baru saja menikah masa langsung mau pergi bekerja ke kantor saja. Nanti bagaimana dengan perkataan para karyawan yang bekerja di kantor? Di kira mereka semua, Papa tidak memberikan kamu cuti, dan menyuruh kamu tetap bekerja di kantor," timpal Rajendra yang melarang Devano, yang berpamitan pergi ke kantor.
"Tapi pah..."
"Tidak ada alasan. Sebaiknya kamu itu ajak Meyra pergi jalan-jalan, untuk masalah pekerjaan di kantor 'kan ada Randy yang akan menanganinya." Rajendra yang tidak mau mendengar alasan Devano, ia langsung menyela ucapan Devano yang belum selesai berbicara.
"Huuuh menyebalkan," gerutu Devano di dalam hatinya. Karena ia tidak bisa pergi ke kantor. Untuk berbicara dengan Randy secara langsung. Karena Devano mau meminta bantuan kepada Randy, dalam persoalan hubungan asmaranya dengan Naumi yang sebentar lagi akan pulang ke Indonesia.
"Yang di katakan oleh Papa ada benarnya juga Van, lebih baik kalian berdua pergi jalan-jalan atau bulan madu ke Bali hari ini. Nanti Mama yang akan memesan tiket pesawatnya, jadi sekarang ini kalian berdua siap-siap untuk pergi ke Bali." Belinda yang sependapat dengan Rajendra suaminya, ia langsung menyuruh Meyra dan Devano pergi berbulan madu ke pulau Dewata Bali.
"Apa...! Berbulan madu ke pulau Dewata Bali bersama Devano," batin Meyra yang mendengar ucapan Belinda, yang menyuruhnya dan Devano pergi berbulan madu ke pulau Dewata Bali.
"Kamu pasti mau kan! Pergi berbulan madu ke pulau Dewata Bali?" tanya Belinda pada Meyra.
"Aku...."
"Nanti sajalah Mah, pergi bulan madunya. Karena Devano mau mengajak Meyra pergi jalan-jalan berkeliling kota Jakarta. Pasti Meyra belum mengetahui tempat-tempat yang bagus, yang ada di kota Jakarta. Iyakan Mey?" ujar Devano yang memotong ucapan Meyra. Karena ia tidak mau sampai Meyra menerima tawaran dari Belinda mamanya, yang menyuruh Devano dan Meyra pergi berbulan madu ke pulau Dewata Bali.
"I_iya, aku setuju dengan ajakan Devano," sahutnya Meyra yang setuju dengan ajakan Devano. Karena ia juga tidak mau berbulan madu dengan Devano ke pulau Dewata Bali.
"Sebaiknya kalian berdua itu pergi berbulan madunya. Jangan jalan-jalan berkeliling kota Jakarta, nanti di kira orang-orang Papa tidak memberikan kamu uang untuk berbulan madu ke luar kota atau ke luar negeri." Rajendra tidak setuju dengan ajakan Devano, yang mau mengajak Meyra pergi jalan-jalan berkeliling kota Jakarta.
"Biarkan sajalah Pah, terserah mereka berdua. Jangan dengarkan ucapan orang lain, toh Meyra juga tidak merasa keberatan di ajak Devano pergi jalan-jalan berkeliling kota Jakarta. " Belinda pun memberikan pengertian kepada suaminya. Agar menyetujui keinginan Devano, yang mau mengajak Meyra pergi jalan-jalan berkeliling kota Jakarta.
"Ya sudahlah, Papa juga setuju," timpal Rajendra yang akhirnya menyetujui keinginan Devano, yang mau mengajak Meyra pergi jalan-jalan berkeliling kota Jakarta.
"Fiuh, akhirnya aku dan Meyra tidak jadi pergi bulan madu ke pulau Dewata Bali," gumam Devano di dalam hatinya, dan ia bisa bernafas lega. Karena Belinda dan Rajendra tidak jadi menyuruhnya pergi berbulan ke pulau Dewata Bali bersama Meyra.
"Kamu sudah selesai belum sarapan paginya?" tanya Devano pada Meyra.
"Sudah," jawabnya singkat.
"Kalau begitu, ayo kita pergi sekarang," ajak Devano pada Meyra.
Meyra pun mengagukkan kepalanya, dan memaksakan sedikit senyuman. Agar terlihat oleh Belinda dan Rajendra, hubungan mereka berdua baik-baik saja.
"Mah, Pah. Devano dan Meyra pamit pergi," sambung Devano yang berpamitan pergi dengan kedua orang tuanya.
"Iya hati-hati di jalannya," sahut Belinda.
"Iya Mah," balasnya.
Devano pun mengandeng Meyra sampai menuju pintu keluar rumahnya. Setelah sampai di depan pintu rumah, ia segera melepaskan genggaman tangannya yang mengandeng Meyra. Karena tadi itu, ia dan Meyra berpura-pura menjadi pasangan yang harmonis di depan Belinda dan Rajendra.
Ketika Devano dan Meyra sudah pergi menjauh dari rumah, tiba-tiba saja Meyra merasakan perutnya yang mual.
"Aduh, kok aku mual lagi sih," batin Meyra yang merasakan rasa mual, yang sudah tidak bisa ia tahan lagi.
"Huek..."
"Hey, kamu jangan mengotori mobilku dengan muntah mu itu." Devano marah kepada Meyra, yang akan muntah di dalam mobilnya.
"Aku seperti ini. Karena anakmu yang ada di dalam perutku," gerutu Meyra di dalam hatinya. Ketika Devano memarahinya.
"Huek..." Meyra kembali mual dan rasanya seperti ingin memuntahkan isi di dalam perutnya, yang baru saja di isi dengan sarapan pagi.
"Ma___maaf, bisakah menepikan mobilnya sebentar. Karena aku benar-benar merasa mual sekali," pinta Meyra pada Devano.
Devano pun menuruti permintaan Meyra, dan ia pun segera menepikan mobilnya di pinggir jalan.
Meyra segera keluar dari dalam mobil. Untuk memuntahkan rasa mual yang sudah tidak bisa ia tahan lagi.
"Huek..."
"Dasar orang kampung, naik mobil sebentar saja sudah muntah-muntah, pagi-pagi sudah buatku kesal saja," lirih Devano. Ketika Meyra sudah keluar dari dalam mobilnya.
Meyra yang terus memuntahkan isi perutnya di pinggir jalan, ia tidak menyadari kepergian Devano yang meninggalkan dirinya.
"Ke mana perginya Devano?" lirih Meyra yang tidak melihat keberadaan mobil Devano. Ketika ia sudah selesai memuntahkan isi perutnya yang terasa mual.
"Bagaimana caraku menghubungi Devano? Karena tas dan handphoneku saja tertinggal di dalam mobilnya," gerutu Meyra yang kesal dengan Devano, yang meninggalkan dirinya dalam keadaan sedang mual.
Saat dalam kebingungannya itu, tiba-tiba saja ada orang yang memanggil nama Meyra.
"Meyra..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments