Bab 9 Mengungkapkan Perasaan

POV Meyra.

"Meyra...

Jangan dulu pulang!" ucap pak Ronald yang memanggilku. Sehingga aku menghentikan langkah kakiku, yang akan pulang ke rumah Mama Belinda.

"Ada apa pak?" tanyaku.

"Aku ingin berbicara sebentar denganmu, bisakah?" jawab pak Ronald yang ingin mengajakku berbicara.

Aku berpikir sejenak. Sebelum menerima ajakan dari pak Ronald yang ingin berbicara denganku.

"Apa mungkin! Pak Ronald ingin membicarakan masalah pekerjaanku, yang tidak bekerja di kafenya lagi?" gumamku dalam hati sambil berpikir, tentang apa yang akan pak Ronald bicarakan denganku.

"Aku ingin berbicara sebentar denganmu, Mey." ucap pak Ronald lagi, yang terus memintaku untuk mau berbicara dengannya.

Ku anggukkan kepala, pertanda aku bersedia di ajak berbicara dengan pak  Ronald.

"Kita bicara di ruangan saya saja," ujar pak Ronald yang mengajakku pergi ke dalam ruangannya, sambil menarik satu tanganku.

Aku segera melepaskan genggaman tangan pak Ronald, yang memegang tanganku.

"Kita bicara di sini saja pak." aku menolak ajakan pak Ronald, yang mengajakku pergi ke dalam ruangannya.

"Baiklah," sahutnya.

Pak Ronald pun duduk di tempat duduk Amelia. Sebelum Amelia pergi meninggalkanku di tempat ini.

"Sebelum pak Ronald berbicara, saya mau memberitahukan kepada pak Ronald terlebih dahulu. Kalau saya mau berhenti bekerja di kafe, jadi pak Ronald tidak perlu menanyakan tentang..."

"Saya tidak mau membicarakan soal pekerjaanmu, Mey." pak Ronald dengan cepat memotong ucapanku yang belum selesai berbicara soal keputusanku, yang berhenti bekerja sebagai pelayan kafe di Garden cafe gemilang.

"Terus apa yang mau pak Ronald bicarakan denganku? Kalau bukan soal pekerjaanku di kafe?" tanyaku lagi.

Aku melihat pak Ronald menarik nafasnya dalam-dalam. Sebelum ia menjawab pertanyaanku.

"Semenjak dua bulan kamu pergi dari kafe, ada rasa yang kamu tinggalkan di hatiku ini,'' jawab pak Ronald sambil memegang tanganku, dan mengarahkan tanganku ini ke arah dadanya. Sehingga aku bisa mendengar suara detak jantung pak Ronald yang berdetak kencang.

"Ma... maksud pak Ronald apa?" aku bingung dengan ucapan pak Ronald barusan. Sehingga membuatku, memutuskan untuk kembali bertanya  pada pak Ronald lagi.

"Jangan panggil aku pak, Mey. Karena sekarang ini kamu bukan karyawan kafe, ada yang harus kamu ketahui selama ini, Mey." pak Ronald menjeda sebentar ucapannya.

"Apa itu, pak?" tanyaku penasaran.

"Jangan panggil aku pak lagi, Mey. Kamu bisa panggil aku dengan sebutan Mas," pak Ronald menyuruhku. Untuk tidak memanggil dirinya dengan sebutan pak, tapi mengganti kata pak menjadi Mas.

"Baiklah, pak. Eh maksudnya Mas," sahutku yang tidak biasa memanggil pak Ronald dengan sebutan Mas.

"Aku mencintaimu dari semenjak pertama kali kamu bekerja di kafe, Mey. Selama dua bulan kamu pergi tanpa pamit kepadaku, membuat hatiku sedih. Karena aku tidak bisa bertemu denganmu, aku juga sudah berusaha menanyakan keberadaanmu pada para karyawan yang bekerja di kafe, tapi mereka semua tidak ada satupun yang mengetahui kepergianmu. Aku  terus berusaha menghubungimu dan menunggu balasan pesan darimu, tapi handphonemu selalu tidak aktif," jelas pak Ronald yang mengutarakan isi hatinya kepadaku.

"Meyra, maukah kau menjadi pendamping hidupku?" tanya pak Ronald kepadaku sambil mengeluarkan sebuah kotak, yang di dalamnya ada cincin yang sangat cantik dan bagus sekali.

"Maaf M... Mas, aku tidak bisa." aku segera bangun dari tempat dudukku, dan bergegas pergi meninggalkan pak Ronald.

Aku merasa tidak pantas untuk pak Ronald cintai. Karena saat ini, aku telah mengandung anaknya Devano.

"Aku mencintaimu, Mey." pak Ronald memelukku dari belakang.

"Tolong lepaskan pak," pintaku pada pak Ronald. Agar ia mau melepaskan pelukannya.

"Apakah kamu tidak mencintaiku?" tanya pak Ronald yang melepaskan pelukannya, dan membalikkan badanku untuk menghadap ke hadapannya.

"Aku harus mengubur dalam-dalam perasaanku ini, meski aku juga mencintaimu, pak Ronald." ucapku dalam hati, yang tak mau pak Ronald mengetahui tentang perasaanku ini.

"Kenapa kamu diam! Jawab pertanyaanku! Apakah kamu tidak mencintaiku, sehingga kamu menolak cintaku?" tanyanya lagi yang terus menanyakan perasaanku kepadanya.

Aku membuang pandanganku ke arah lain, aku tidak mau menatap mata pak Ronald.

"Aku tidak mencintaimu, pak Ronald. Maaf aku harus segera pergi dari sini," ucapku yang bergegas pergi meninggalkan pak Ronald.

"Aku tidak percaya dengan ucapanmu itu." pak Ronald kembali menarik tanganku.

"Jawab pertanyaanku sambil menatap mataku, baru aku akan percaya dengan ucapanmu," lanjut pak Ronald.

Aku menghela nafas berat, dan membuangnya secara kasar. Ini semuanya benar-benar terasa sulit bagiku, aku tak mampu mengatakan perasaanku pada pak Ronald sambil menatap matanya.

Karena selama aku bekerja di kafe, aku juga merasakan rasa cinta pada pak Ronald seorang manajer kafe di Garden cafe gemilang. Sejujurnya, pernyataan cinta pak Ronald hari ini membuat hatiku senang. Sebab perasaan cintaku tidak bertepuk sebelah tangan. Tapi kenyataannya saat ini, aku merasa tidak pantas untuk menerima cintanya. Apalagi sekarang ini, kondisiku tengah berbadan dua.

"A... aku tidak mencintaimu, pak Ronald. Karena sebentar lagi aku akan menikah,'' ku jawab pertanyaan dari pak Ronald, dengan memberitahukan tentang pernikahanku dengan Devano.

Setelah mengatakan itu semuanya. Aku segera berlari pergi menghampiri pak Agus supirnya Mama Belinda, yang sedang menungguku di parkiran Garden cafe gemilang.

"Mey, aku tahu kamu pasti bohong dengan apa yang kamu katakan barusan," ucap pak Ronald yang mengejar ku sampai di depan mobilnya Mama Belinda.

Aku segera masuk ke dalam mobil. Karena aku tidak mau berbicara dengan pak Ronald lagi.

"Pak ayo jalan," perintahku pada pak Agus.

"Baik Non," sahutnya sambil menyalakan mesin mobilnya.

Tok-tok.

Pak Ronald berusaha mengetuk kaca mobil, dan mencegahku yang akan pergi meninggalkannya.

"Cepat jalan pak," ucapku lagi yang menyuruh pak Agus. Agar bergegas pergi meninggalkan Garden cafe gemilang.

Pak supir menuruti perintahku, dan membawaku pergi menjauh dari Garden cafe gemilang. Aku bisa menarik nafas lega, dan berharap pak Ronald tidak mengejar ku yang pergi meninggalkannya.

Perjalanan menuju rumah Mama Belinda terasa sangat berbeda sekali.

"Ini sepertinya, bukan arah jalan pulang ke rumah Mama Belinda?" batinku yang merasa perjalanan ini, bukan arah jalan pulang ke rumah Mama Belinda.

"Pak ini bukan arah jalan pulang ke rumah Mama Belinda," tanyaku pada pak Agus.

"Iya benar Non, tadi saya di telepon sama Nyonya suruh mengantar Non Meyra pergi ke butik," jawabnya.

"Oh begitu," sahutku yang menimpali ucapan dari pak Agus.

Sesampainya di butik.

Aku memperhatikan butik, yang pernah aku dan Amelia datangi. Ketika aku masih bekerja di Garden cafe gemilang.

"Ini butik yang aku dan Amelia inginkan. Jika suatu hari nanti, aku dan Amelia menikah ingin memakai gaun pengantin di butik ini," gumamku dalam hati yang mengingat kejadian waktu itu. Aku yang terus memandangi butik di dalam mobil, sampai aku tidak menyadari pak Agus yang sudah membukakan pintu mobil untukku.

"Silahkan turun, Non." pak Agus yang sudah membukakan pintu mobil, ia menyuruhku untuk keluar dari dalam mobil.

"Ini butiknya, pak?" tanyaku pada pak Agus. Saat aku sudah keluar dari dalam mobil.

"Iya benar, Non. Silahkan Non Meyra masuk ke dalam, mungkin tidak lama lagi Tuan Devano dan Randy akan sampai di butik ini," jawabnya yang menyuruh aku masuk ke dalam butik.

"Aku tunggu di sini..."

"Itu Tuan Devano dan Randy sudah datang." pak Agus langsung memotong ucapanku yang belum selesai berbicara, dan menunjuk ke arah mobil Devano dan Randy.

Lelaki yang datang bersama Devano terus memperhatikanku, apa jangan-jangan! Ia mengingat wajahku, saat aku keluar dari dalam apartemennya Devano?

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!