Sesampainya Meyra di tempat parkir apartemen, ia segera keluar dari mobilnya Devano. Untuk mencari satpam yang akan membawa Devano masuk ke dalam apartemennya.
"Kok gak ada satpam satu pun sih," lirih Meyra yang tidak menemukan satu satpam pun di tempat pos satpam.
"Apa mereka semua sedang bertugas berkeliling apartemen?" lanjutnya lagi, yang bermonolog pada dirinya sendiri.
"To... tolong bantu a... aku," ucap Devano pelan, sambil berjalan kaki ke arah Meyra.
"Antarkan aku masuk ke dalam kamar apartemen," sambung Devano yang meminta tolong pada Meyra.
"Iya sebentar yah, aku mau cari satpam dulu," sahut Meyra yang akan pergi mencari satpam.
"Aku... hanya butuh bantuan mu saja," pintanya lagi. Karena Devano sudah merasakan reaksi dari obat yang di berikan oleh Naufal dan teman-temannya, yang semakin ia menahannya semakin menyakitkan dirinya sendiri.
"Baiklah, aku akan mengantarmu masuk ke dalam kamar apartemen. Setelah itu aku akan pulang," jawab Meyra yang mau mengantarkan Devano masuk ke dalam kamar apartemennya.
"Iya terima kasih," sahutnya.
Hasrat Devano semakin kencang dan tidak bisa ia kontrol lagi. Saat Meyra membantunya berjalan kaki menuju kamar apartemennya. Devano yang berada di dekat Meyra, ia bisa menghirup aroma tubuh dan rambut Meyra yang begitu menggodanya.
"Lantai berapa kamar apartemenmu?" tanya Meyra, yang menyadarkan Devano yang sedang menatapnya.
"Lantai lima belas," jawabnya.
Meyra pun segera menekan tombol menuju lantai lima belas, dan keadaan di dalam lift hanya ada mereka berdua. Devano mencium aroma rambut Meyra, yang tergerai mengenai wajahnya. Tapi Meyra tidak menyadari itu.
"Aku harus tahan sebentar lagi, sampai dia masuk ke dalam kamar apartemenku," batin Devano yang ingin segera tersalurkan hasratnya. Jika hasratnya tidak bisa di penuhi, ia semakin merasa kesakitan. Karena Naufal dan teman-temannya telah memasukkan obat perangsang ke dalam minumannya.
Tidak lama kemudian.
Mereka berdua sudah sampai di lantai lima belas, dan Devano pun menunjuk ke arah pintu kamarnya.
"Aku sudah mengantarkan kamu sampai sini, aku pamit pulang," ucap Meyra yang akan pergi meninggalkan Devano.
"Tunggu sebentar." Devano menarik tangan Meyra, yang akan pergi meninggalkannya.
"Ada apa lagi? Aku harus pulang ke kosan, ini sudah malam," tanya Meyra pada Devano.
Devano yang sudah tidak bisa menahan keinginannya, ia langsung menarik Meyra masuk ke dalam kamar apartemennya.
"Aku sudah mengantar kamu pulang ke sini. Jadi biarkan aku pulang," ucap Meyra yang ingin keluar dari dalam kamar apartemen Devano.
Devano tidak menanggapi ucapan Meyra, ia segera mematikan lampu kamar apartemennya.
"Kenapa kamu mematikan lampunya?" tanya Meyra yang tidak bisa melihat dengan jelas. Karena lampunya di matikan oleh Devano.
Devano tetap menghiraukan ucapan Meyra, ia segera mendekati Meyra dan mendorong tubuh Meyra ke atas tempat tidur dan duduk di atas tubuh Meyra.
"Kamu mau apa?" tanya Meyra yang mulai ketakutan. Karena melihat Devano yang membuka bajunya sendiri.
"Bantu aku. Aku sudah tidak bisa menahan dan mengontrol ini semuanya, aku pasti akan bertanggung jawab kepadamu," ucap Devano yang meyakinkan Meyra. Sebelum Devano membuka baju Meyra.
"Tidak... aku tidak mau..." teriak Meyra yang berusaha memberontak.
Devano yang sudah tidak bisa mengontrol dirinya, yang sudah meminum obat perangsang yang di taruh oleh Naufal dan teman-temannya. Sehingga ia segera membuka baju Meyra dengan secara paksa, untuk melakukan hubungan panas dengannya.
"Maafkan aku," bisik Devano di telinga Meyra, ia pun mencium Meyra dan tetap memegang kedua tangan Meyra dengan sangat kencang. Agar Meyra tidak bisa memberontak lagi. Hingga terjadilah kejadian Devano, yang merenggut kesucian Meyra dengan secara paksa.
"Aaah, sudah hentikan," pinta Meyra pada Devano sambil menitikkan pair mata. Karena melihat Devano yang sedang bermain di atas tubuhnya.
Devano terus melanjutkan aksinya terhadap Meyra, dan menghiraukan ucapan Meyra yang ingin mengakhiri aksinya.
Kini Meyra tidak bisa melakukan perlawanan dan memberontak lagi. Sebab Devano telah berhasil merebut kesuciannya, hanya tangisan pilu yang Meyra rasakan di dalam hatinya, ia merutuki niat baiknya yang ingin menolong Devano dari kejaran teman-temannya Devano. Sehingga membuat kesucian yang ia jaga selama ini, telah di renggut oleh Devano, orang yang tidak ia cintai dan juga tidak ia kenal sama sekali.
"Terima kasih," bisik Devano di telinga Meyra. Ketika hasrat Devano sudah tersalurkan, dan ia tidak mengetahui Meyra yang pingsan. Setelah Devano merenggut kesuciannya.
Devano mencium kening Meyra. Sebelum ia tidur di samping Meyra, yang ia kira sudah tidur lebih dulu.
_________________
Keesokan paginya.
Meyra yang sudah bangun lebih dulu melihat kondisinya yang sekarang ini tidak mengenakan sehelai pakaian, dan ia melihat Devano yang berada di sampingnya masih tertidur pulas. Setelah semalaman Devano merenggut kesucian Meyra secara paksa.
Saat Meyra akan pergi ke dalam kamar mandi apartemen Devano, ia merasakan rasa sakit di bagian bawah perutnya.
"Aaawww, kok sakit dan perih begini sih," lirihnya yang bingung dengan keadaan yang baru saja ia alami.
Meyra pun tetap pergi ke dalam kamar mandi, dengan berjalan pelan-pelan. Karena ia ingin membersihkan noda dan jejak yang berada di tubuhnya. Akibat perbuatan Devano, yang mengecup bagian tubuhnya.
"Hiks hiks hiks ..." suara tangisan pilu Meyra di dalam kamar mandi. Saat ia mengingat kejadian semalam. Ketika Devano dan dirinya melakukan One night stand.
"Harusnya aku tidak usah membantunya," lirih Meyra yang menyesali perbuatannya, yang berniat menolong Devano dari kejaran teman-temannya.
"Aku harus segera pergi dari sini, sebelum lelaki itu bangun," lanjut Meyra yang segera keluar dari dalam kamar mandi. Ketika ia sudah selesai mandi.
Saat Meyra keluar dari dalam kamar mandi, ia melihat pakaiannya sudah tidak berbentuk lagi.
"Aku tidak mungkin memakai pakaianku yang seperti ini," gumam Meyra yang tidak bisa memakai pakaiannya. Karena pakaian yang ia pakai semalam, sudah di rusak oleh Devano. Meyra pun memutuskan mencari pakaian, yang ada di dalam lemari Devano.
Saat membuka lemari pakaian Devano. Meyra melihat ada beberapa pakaian wanita, yang masih ada label dan tergantung di lemari pakaian Devano.
"Dasar lelaki hidung belang, ternyata semalam itu kamu modus meminta bantuanku," geram Meyra pada Devano yang masih tidur.
Meyra yang ingin melampiaskan kekesalannya pada Devano yang masih tidur, tapi deringan ponsel miliknya menghentikan aksinya itu.
"Ada apa Bi Leni menghubungiku pagi-pagi begini?" gumam Meyra yang melihat panggilan telepon dari bibinya.
Deringan ponsel milik Meyra kembali berdering, ia pun segera menerima panggilan telepon dari bibinya. Tapi sebelum menerima panggilan telepon dari bibinya, ia pergi menjauh dari kamar Devano.
"Halo Mey, akhirnya kamu sudah bangun dan menerima panggilan telepon dari Bibi," ucap Leni bibinya Meyra.
"Tumben sekali Bibi menghubungiku pagi-pagi begini. Ada apa Bi?" sahut Meyra yang bertanya kepada bibinya.
"Bibi mau memberitahukan kabar kepadamu. Tapi sebaiknya kamu pulang dulu, nanti sesampainya kamu di sini, pasti kamu akan tahu," jawab Leni yang ragu menceritakan semuanya pada Meyra.
"Meyra tidak mungkin bisa pulang sekarang Bi, harus ijin dulu sama bos. Dan belum tentu juga, bos mengijinkan Meyra pulang. Kalau boleh Meyra tahu! Memangnya ada kabar apa Bi?" tanya Meyra lagi. Karena ia begitu penasaran dengan kabar yang akan di sampaikan oleh bibinya.
"I... ibu kamu meninggal dunia, Mey. Cepatlah kamu pulang sekarang," ucap Leni yang akhirnya memberitahukan kabar duka pada Meyra.
"Apa ...! I... ibu meninggal Bi?" tanya Meyra yang ingin memastikan kebenarannya. Kalau ia tidak salah dengar.
"Iya Mey, ibumu sudah pergi untuk selama-lamanya. Cepatlah kamu pulang," jawab Leni yang bisa merasakan kesedihan hati ponakannya.
"Inalillahi wa innailaihi raji'un, ibu ..." Meyra yang mendengar kabar ibunya meninggal dunia, langsung menitikkan air mata yang membasahi pipinya.
"Baiklah Bi, aku akan segera pulang sekarang!" Meyra segera mematikan panggilan telepon dari bibinya, ia bener-bener kaget dengan kabar duka yang di sampaikan oleh bibinya. Kini kesedihan hati Meyra bertambah, bukan hanya kehilangan kesuciannya saja. Tapi ia juga kehilangan ibunya untuk selama-lamanya.
"Aku harus segera pergi ke kampung halamanku, dan tidak perduli lagi dengan pekerjaanku di Garden cafe gemilang. Ibu ... maafkan Mey," lirih Meyra yang tidak bisa bertemu dengan ibunya. Di saat ibunya pergi meninggalkan dirinya, untuk selama-lamanya.
Meyra pun segera mengenakan pakaian yang sudah ia ambil di lemari pakaiannya Devano. Setelah selesai memakai pakaian, ia segera pergi dari apartemennya Devano. Untuk pergi ke kampung halamannya.
Akan tetapi, saat Meyra keluar dari dalam apartemennya Devano. Meyra bertemu dengan Randy sekertaris sekaligus asisten pribadinya Devano, yang akan masuk ke dalam kamar apartemen Devano.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Mitt²🍒⃞⃟🦅
Ayo kak, semangatt!
cepet updatenya, biar dapet reward. 🙏🤭☺️
2023-03-21
1
in_JUMI
Devano .. jahat...
jangan lupa mampir di cerita aku y k
2023-03-06
1