Meyra yang sudah mendapatkan ijin dari Belinda dan Rajendra. Kini ia akan pergi menemui Amelia, di antar oleh supir yang bekerja di rumah Belinda dan Rajendra.
Sesampainya di Garden cafe gemilang.
Meyra segera masuk ke dalam kafe. Untuk bertemu dengan Amelia temannya yang masih bekerja menjadi pelayan kafe di Garden cafe gemilang.
Di saat Meyra sudah masuk ke dalam kafe. Ia bertemu dengan teman-teman pelayan kafe yang mengenal dirinya.
"Itu bukannya, Meyra?" Saskia menunjuk ke arah Meyra, yang masuk ke dalam kafe. Dan ia memberitahukan tentang kedatangan Meyra pada teman-teman yang lainnya.
"Iya itu beneran Meyra, ayo kita pergi menghampirinya." Rita mengajak teman-temannya, untuk pergi menghampiri Meyra.
"Meyra... kemana saja kau selama dua bulan ini?" tanya Ify pada Meyra, dengan suara khas orang Batak.
"Iya Mey, kamu kemana saja?" Rita juga ikut bertanya kepada Meyra.
"Aku pulang ke kampung halamanku," sahut Meyra menjelaskan.
"Kenapa kau tak ijin dulu sama pak Ronald? Dia selalu menanyakan kau terus, pada setiap karyawan yang bekerja di sini," tutur Ify yang memberitahukan kepada Meyra, tentang pak Ronald yang terus menanyakannya, yang pergi dari kafe tanpa berpamitan kepada Ronald selaku manajer kafe di Garden cafe gemilang.
"Oh iya, kah?" sahutnya lagi. Karena ia tidak menyangka, kalau pak Ronald akan terus menanyakan dirinya, yang sudah tidak bekerja di sini lagi.
"Iya benar Mey, seharusnya kamu ijin dulu. Jadi pak Ronald bisa tahu kepergianmu, tanpa harus bertanya sama kita semua setiap hari," ucap Saskia yang membenarkan ucapan Ify.
"Aku memang tidak sempat meminta ijin pada pak Ronald. Karena waktu itu aku ... mendapatkan kabar ibuku yang meninggal dunia..." Meyra berhenti sejenak. Karena ia mulai teringat dengan almarhum ibunya, dan membuat dirinya menjadi sedih.
"Aku langsung pulang ke kampung halamanku. Jadi aku tidak sempat meminta ijin, dan meskipun tidak mendapatkan ijin dari pak Ronald tidak apa-apa. Karena aku memang mau berhenti bekerja di sini," ujar Meyra yang memberitahukan tentang alasannya, yang tiba-tiba pergi tanpa berpamitan kepada siapapun.
"Mey, maaf awak tak tahu soal macam tuh." Ify meminta maaf sambil memeluk Meyra.
Teman-teman yang lainnya juga ikut memeluk Meyra, yang bersedih kehilangan ibunya untuk selama-lamanya.
Amelia yang baru keluar dari dalam ruang ganti yang ada di kafe, ia melihat teman-temannya yang sedang berpelukan dengan Meyra. Ia pun ikut bergabung dengan temannya, yang sedang memeluk Meyra.
"Khmmmz," suara deheman Ronald membuat mereka semua melepaskan pelukannya.
"Kalian semua kembali bekerja," ucap Ronald menyuruh mereka semua. Untuk melanjutkan tugas mereka semua.
"Ba... baik pak," sahut Saskia dan Ify serta Rita secara bersamaan dengan suara gugup. Karena mereka bertiga tidak mengetahui kedatangan Ronald, yang melihat mereka semua yang tengah berpelukan dengan Meyra.
Sedangkan Amelia tidak mengikuti kepergian teman-temannya. Karena ia sudah selesai bekerja di Garden cafe gemilang, dan akan pergi meninggalkan Garden cafe gemilang. Untuk berbicara dengan Meyra, yang sudah datang menemuinya di Garden cafe gemilang.
"Yuk Mey, kita bicaranya di luar saja." Amelia mengajak Meyra pergi dari Garden cafe gemilang.
"Kamu ke mana saja selama ini?" tanya Ronald yang baru bertemu lagi dengan Meyra. Sehingga membuat mereka berdua tidak jadi keluar dari Garden cafe gemilang.
"Aku pulang kampung pak," jawab Meyra sambil menundukkan kepalanya.
"Permisi pak, saya dan Meyra mau pergi," pamit Amelia pada Ronald, sambil menarik tangan Meyra. Untuk mengajaknya keluar dari Garden cafe gemilang.
Ronald hanya bisa menatap kepergian Meyra, yang keluar dari Garden cafe gemilang bersama Amelia.
"Kamu tidak bekerja?" tanya Meyra pada Amelia. Ketika ia dan Amelia sudah berada di luar Garden cafe gemilang.
"Pekerjaanku sudah selesai Mey, makanya tadi pak Ronald tidak menyuruh aku untuk bekerja. Yuk kita ngobrolnya di sana," jawab Amelia sambil menunjuk ke arah tempat duduk, yang tidak jauh dari Garden cafe gemilang.
Meyra mengagukkan kepalanya, dan mengikuti langkah Amelia yang ingin berbicara dengannya.
"Mey, sekarang jawab semua pertanyaanku yang belum kamu jawab di telepon," pinta Amelia pada Meyra. Karena ia ingin mengetahui semua yang terjadi pada Meyra.
"Kamu sudah mengetahui alasanku yang pergi dari kota ini, apalagi yang harus aku beritahu?" tanya Meyra.
"Iya aku tahu kamu pergi ke kampung halamanmu. Maaf aku baru mengetahui tentang kabar ibumu," ucap Amelia sambil memeluk Meyra dalam pelukannya.
"Tapi kenapa? Selama kamu tinggal di kampung halamanmu, kamu tidak mengaktifkan handphonemu?" lanjut Amelia yang melepaskan pelukannya, dan kembali bertanya lagi pada Meyra.
"Aku memang sengaja tidak mau mengaktifkan handphoneku, Mel. Aku juga sebenarnya tidak mau kembali ke kota ini lagi, tapi sepertinya takdir yang membuatku harus kembali ke kota ini.'' Meyra menjawab pertanyaan dari Amelia sambil menundukkan kepalanya.
"Apa yang membuatmu seperti orang yang trauma, Mey?" tanyanya lagi. Karena Amelia merasa ucapan Meyra barusan, terdengar seperti orang yang terpaksa kembali ke kota Jakarta.
Meyra diam tidak menjawab pertanyaan Amelia yang satu ini.
"Jawab Mey. Apa ini semuanya gara-gara kejadian di malam itu! Apa yang terjadi denganmu saat mengantarkan lelaki itu?" Amelia mempertanyakan soal kejadian dua bulan yang lalu pada Meyra.
"Aku mengantarkan lelaki itu sesuai ucapanmu," jawab Meyra yang tidak menceritakan semua yang terjadi pada dirinya malam itu.
"Kalau memang benar begitu! Kenapa ada seorang lelaki yang mencarimu? Di saat kamu pulang ke kampung halamanmu?" Amelia terus mengorek kejadian dua bulan yang lalu.
Degh!
"Apa jangan-jangan! Lelaki yang di maksud oleh Amelia adalah...
Aaah, tidak mungkin lelaki yang di maksud Amelia adalah Devano anaknya Mama Belinda. Kalau memang benar itu adalah dia, itu berarti! Dia mau mempertanggung jawabkan perbuatannya malam itu sesuai ucapannya. Tapi itu rasanya tidak mungkin sekali. Karena tadi saja, dia menolak perjodohan ini. Dan pastinya, Amelia mengenal Devano." Meyra membatin sambil menggelengkan kepalanya.
"Kamu kenapa Mey?" tanya Amelia yang bingung dengan sikap Meyra yang baru ia temui lagi. Setelah dua bulan tidak bertemu.
"Tidak apa-apa kok, Mel. Aku hanya sedikit pusing saja," sahutnya sambil memegang kepalanya.
"Maaf yah Mey. Pasti kamu pusing gara-gara mendengar ucapanku, yang terus menanyakan kejadian dua bulan yang lalu,'' ujar Amelia yang merasa bersalah. Karena dirinya terlalu banyak pertanyaan yang ingin ia ketahui pada Meyra.
"Iya tidak apa-apa kok, oh iya! Kalau aku boleh tahu. Siapa lelaki yang mencari ku?" tanya Meyra yang penasaran dengan seorang lelaki yang mencarinya. Di saat ia pulang ke kampung halamannya.
"Aku juga tidak kenal dengan lelaki yang mencarimu. Karena ia hanya menanyakan tentang para pelayan yang bekerja di Garden cafe gemilang, yang tidak masuk kerja hari itu. Dan kebetulan sekali, yang tidak masuk bekerja adalah kamu," jawab Amelia.
"Berarti dugaanku benar. Kalau yang mencari ku bukanlah Devano, tapi kira-kira siapa?" batin Meyra yang bertanya-tanya tentang seorang lelaki yang mencarinya.
"Apakah kamu ada masalah dengan lelaki yang mencarimu? Aku bisa menunjukkan orangnya, dengan melihat rekaman cctv di Garden cafe gemilang." Amelia mengajak Meyra pergi melihat hasil rekaman cctv di Garden cafe gemilang. Agar Meyra bisa mengetahui lelaki yang mencarinya dua bulan yang lalu.
"Nanti saja, Mel. Kamu kan hari ini sudah pulang bekerja di Garden cafe gemilang, gak enak sama pak Ronald nya. Oh iya! Bagaimana masalah lamaran kamu dengan Rafael?" tanya Meyra yang mengalihkan pembicaraan yang sebelumnya. Meski Meyra ingin sekali melihat rekaman cctv di Garden cafe gemilang, tapi ia tahan. Sebab ia merasa tidak enak pada pak Ronald manajer di Garden cafe gemilang.
"Aku dan Rafael sekarang ini sudah menikah Mey," jawabnya sambil tersenyum senang.
"Alhamdulillah, aku ikut senang mendengarnya. Tapi maaf yah, Mel. Aku baru baca pesan darimu, jadi aku tidak tahu kabar bahagiamu," sahut Meyra yang ikut senang dengan kebahagiaan Amelia yang menikah dengan Rafael kekasihnya, dan Meyra juga meminta maaf pada Amelia. Karena Meyra tidak bisa datang di hari pernikahannya.
"Iya tidak apa-apa Mey, tapi maaf yah, Mey. Aku mau pulang duluan, soalnya Rafael sudah menjemputku." Amelia berpamitan pergi kepada Meyra. Karena Rafael suaminya sudah menjemputnya, dan sedang menunggunya di tempat parkiran Garden cafe gemilang.
"Bye." Amelia melambaikan tangannya pada Meyra. Ketika ia akan pergi meninggalkan Meyra.
Meyra segera bangun dari tempat duduknya, akan tetapi. Di saat Meyra akan melangkah pergi, ada orang yang memanggil namanya.
"Meyra..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments