Bab 16 Dobel POV Meminta Bantuan

POV Meyra.

Devano terus memperhatikanku, saat ia membantuku membuka gaun pengantin yang aku kenakan. Aku yang merasa risi dengan tatapan mata Devano, secara refleks aku mendorong tubuhnya.

"Hey, maksudmu apa? Kenapa kamu mendorongku? Bukannya mengucap terima kasih sudah aku bantu. Tapi kamu malah mendorongku,'' gerutu Devano yang kesal denganku.

"Ma... maaf yah, aku benar-benar tidak sengaja mendorong kamu. Soalnya tadi itu, kamu terus memperhatikanku. Jadi secara refleks aku mendorong kamu," aku berusaha menjelaskan pada Devano, dan semoga saja dia bisa mengerti dan memaafkan ku.

"Sudah ganti pakaianmu," ucapnya yang menyuruhku. Untuk mengganti pakaian.

"I... iya," sahutku gugup.

Karena aku masih takut melihat tatapan matanya, yang mengingatkanku dengan kejadian dua bulan yang lalu.

Aku pun segera masuk ke dalam kamar mandi. Untuk membuka gaun pengantin di dalam kamar mandi. Karena aku tidak mau Devano melihat tubuhku, meski ia sudah pernah melihatnya.

Akan tetapi, saat aku sudah selesai membuka gaun pengantin. Aku lupa tidak membawa baju ganti. Karena aku tadi langsung buru-buru masuk ke dalam kamar mandi, sampai lupa membawa handuk dan baju ganti.

"Aduh bagaimana ini? Sudah lupa bawa baju ganti, di dalam sini tidak ada handuk lagi," gerutuku yang menyalahkan diriku sendiri. Karena di dalam kamar mandi Devano tidak ada handuk, dan di kamar Devano juga tidak ada bajuku.

"Sepertinya aku harus meminta bantuan Devano lagi," sambungku yang sudah tidak punya pilihan lain, selain meminta tolong kepada Devano. Karena hanya dia yang bisa membantuku saat ini.

Aku pun segera membuka sedikit pintu kamar mandi, yang berada di dalam kamar Devano. Saat aku membuka sedikit pintu kamar mandi, aku bisa melihat Devano yang tengah berbaring di tempat tidurnya.

"Devano..."

"Devano... aku mau minta tolong sama kamu,"

"Devano..."

Aku sudah tiga kali berteriak memanggil nama Devano, tapi tidak ada jawaban sama sekali dari Devano.

"Kok, Devano tidak menjawab panggilan dariku. Apa jangan-jangan! Dia sudah tidur?" batinku.

"Itu handuk Devano ada di atas tempat tidurnya. Sebaiknya aku meminjam handuknya saja, mumpung dia masih tidur."

Aku pun segera keluar dari dalam kamar mandi, dan menutupi bagian depan tubuhku dengan gaun pengantin. Aku pun segera melangkahkan kakiku ke tempat tidur Devano, untuk meminjam handuknya.

Saat aku sudah berhasil mengambil handuk Devano, aku segera menaruh gaun pengantin di bawah lantai. Karena aku mau menutupi tubuhku dengan handuk milik Devano.

Devano yang aku kira sudah tidur, tapi ternyata dia sedang mendengarkan musik dengan headset. Pantas saja tadi dia tidak mendengar panggilanku.

Akan tetapi, kejadian ini benar-benar membuatku malu. Saat Devano membalikkan badannya, ia terus memperhatikanku. Ketika aku menaruh gaun pengantin di bawah lantai, dan mau mengambil handuknya. Aku pun buru-buru menutup tubuhku dengan handuk miliknya.

"Kamu mau menggodaku?" tanyanya padaku.

"A... aku tadi itu..., lu... lupa membawa handuk dan baju ganti. Ja... jadi aku mau meminjam handuk mu," jawabku gugup.

"Alasan saja, sudah cepat pakai bajumu. Di dalam lemari ku sudah ada bajumu," ucap Devano yang menyuruhku mengambil pakaian yang sudah berada di dalam lemarinya.

Aku pun segera membuka lemari pakaian Devano, dan mengambil salah satu baju untuk aku pakai. Akan tetapi, aku tidak menemukan pakaianku di dalam lemari Devano.

"Di sini tidak ada pakaianku, hanya ada pakaian seperti ini," ujarku yang memberitahu Devano sambil mengeluarkan beberapa baju tidur yang sangat seksi bernama lingerie.

"Kalau kamu tidak mau mengenakan pakaian itu. Jangan di ambil pusing, kamu bisa keluar dari kamarku. Untuk mengambil bajumu, gitu saja di bikin pusing," sahutnya.

Yang di katakan oleh Devano ada benarnya juga, aku pun segera pergi menuju pintu kamar Devano. Untuk mengambil pakaianku, yang aku taruh di dalam kamarku. Sebelum aku menikah dengan Devano. Akan tetapi, saat aku mau membuka pintu kamar Devano pintunya tidak bisa di buka. Aku lagi-lagi harus meminta bantuan pada Devano, untuk meminta kunci pintu kamarnya.

"Ada apa lagi?" tanya Devano yang melihat kedatanganku, yang datang menghampirinya lagi.

"Aku mau minta kunci pintu kamarmu. Soalnya pintu kamarmu tidak bisa aku buka," jawabku jujur.

"Huuuh, kamu itu yah dari tadi terus menggangguku yang mau beristirahat saja." Devano semakin kesal padaku, dan  meski ia sedang kesal padaku. Aku bisa melihat Devano, yang seperti mau mengambil kunci pintu kamarnya yang di taruh di dalam laci.

"Loh Kok, tidak ada kunci di dalam sini,'' lirihnya yang tidak menemukan keberadaan kunci pintu kamarnya.

Brak!

Devano menggebrak laci meja, tempat ia menaruh kunci pintu kamarnya.

"Pasti ini semua perbuatan Mama dan Papa," sambungnya yang terlihat semakin kesal.

Aku yang melihat Devano seperti itu, segera mendekati lemari pakaiannya dan langsung membukanya. Untuk mengambil baju tidur di dalam lemarinya. Sebab tidak ada pilihan lain, selain memakai pakaian itu. Karena tidak mungkin aku tidur mengenakan handuk, aku pun terpaksa memakai pakaian itu.

Setelah mengambil baju tidur, aku buru-buru masuk ke dalam kamar mandi. Untuk memakainya di dalam kamar mandi.

"Aduh ini baju tidur kok seperti ini sih," lirihku yang risih melihat penampilanku di kaca, yang mengenakan baju tidur yang sangat seksi.

Aku yang sudah mengenakan baju tidur, segera keluar dari dalam kamar mandi. Untuk beristirahat di tempat tidur Devano.

Aku yang melihat Devano sudah tidur, buru-buru tidur di sebelahnya. Untuk menutupi bagian tubuhku dengan selimut yang ada di tempat tidurnya. Kini aku bisa bernafas lega. Karena Devano sudah tidur, dan ia tidak mengetahui diriku yang tidur di sampingnya. Aku pun segera menyusul Devano, yang sudah tidur lebih dulu.

________

POV Devano.

Keesokan harinya.

Saat aku bangun dari tempat tidur, aku tidak kaget melihat Meyra yang tidur di samping tempat tidurku. Karena saat Meyra keluar dari dalam kamar mandi, aku berpura-pura tidur. Agar aku tidak melihat dirinya yang mengenakan pakaian lingerie, aku juga sangat yakin sekali dengan kejadian kemarin. Pasti semua ini sudah di rencanakan oleh Mama dan Papa.

Saat Meyra masih tidur, aku terus memperhatikan dirinya. Karena di bagian leher Meyra, mengingatkan aku dengan wanita dua bulan yang lalu. Meski kemarin aku sempat menyangkalnya, tapi jika di perhatikan secara lebih dekat benar-benar mirip tanda di lehernya dengan wanita itu.

Aku benar-benar melupakan raut wajah wanita yang tidur bersamaku dua bulan yang lalu. Karena di dalam pikiranku saat itu, aku terus membayangkan raut wajah Naumi kekasihku. Sehingga aku tidak bisa mengingat dengan jelas raut wajahnya, yang aku ingat hanya tanda lahir di bagian lehernya.

"Sepertinya aku harus menanyakan pada Randy, tentang perkembangan penyelidikan Randy dalam mencari keberadaan wanita yang tidur bersamaku dua bulan yang lalu," batinku.

Aku yang melihat Meyra yang akan segera bangun dari tidurnya, aku lagi-lagi berpura-pura tidur. Agar ia mengira diriku yang masih tertidur pulas.

Tok-tok.

Terdengar suara ketukan pintu di kamarku, aku yang pura-pura tidur langsung bangun dari tempat tidur.

"Aku kira kamu masih tidur, ternyata kamu pura-pura tidur," ucap Meyra yang mengetahui diriku yang berpura-pura tidur.

Aku tidak menanggapi ucapannya, dan segera pergi menuju pintu kamarku yang pasti sudah terbuka. Karena aku tidak mau melihat Meyra, yang keluar mengenakan pakaian lingerie.

"Pagi Den," sapa ramah Bi Inah pembantuku, yang membawa baju ganti untuk Meyra.

"Dugaanku ternyata benar, ini semua pasti perbuatan Mama dan Papa. Keputusanku, yang ingin tinggal di apartemen adalah pilihan yang sangat tepat. Agar Mama dan Papa tidak mempersatukan aku dan Meyra dalam satu kamar," batinku yang segera mengambil baju ganti Meyra dan tidak menjawab sapaan ramah Bi Inah.

Brak!

Aku menutup pintu kamar secara kasar. Karena aku kesal dengan perbuatan Mama dan Papa, yang membuatku harus berbagi tempat tidur dengan Meyra.

"Nih pakaianmu, segera mandi dan kenakan pakaian itu. Karena hari ini aku akan mengajakmu tinggal di apartemenku," ucapku sambil melemparkan pakaian itu ke arahnya.

"Apa! Ti... tinggal di apartemen mu," sahutnya yang terlihat syok mendengar ucapanku, yang akan mengajaknya tinggal di apartemenku.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!