POV Devano.
Di saat Naumi Clarissa kekasihku akan pulang ke Indonesia tidak lama lagi. Tapi tiba-tiba saja, Mama dan Papa menyuruhku. Untuk menikahi seorang wanita yang tidak aku kenal sama sekali.
Dering ponsel milikku terus saja berdering. Saat aku akan mengecek beberapa dokumen perusahaan.
"Devano kamu cepat pulang, sebentar lagi calon istrimu akan datang." Mama menyuruhku untuk pulang ke rumah.
"Mah, ini bukannya jaman Siti Nurbaya lagi. Aku tidak mau di jodohkan, apalagi Naumi sebentar lagi akan pulang ke Indonesia. Jadi Devano mohon sama Mama, batalkan saja perjodohan ini. Karena Devano hanya mau menikah dengan Naumi," ucapku yang memohon kepada Mama. Agar menolak perjodohan itu, dan aku mau Mama dan Papa menerima Naumi sebagai menantunya. Karena aku hanya mau menikah dengan Naumi, wanita yang aku cintai.
"Mama dan Papa tidak akan pernah merestui hubungan kamu dengan Naumi, lebih baik sekarang ini. Kamu cepat pulang ke rumah sekarang!" Mama langsung mematikan panggilan teleponnya. Karena Mama dan Papa tetap bersikeras, ingin aku menikah dengan wanita pilihannya.
"Huuuh," gerutuku yang kesal dengan semua keadaan ini.
Aku pun terpaksa harus pulang ke rumah, demi menemui calon istriku yang dari kampung. Aku benar-benar tidak mengerti dengan pemikiran Mama dan Papa, yang mau menjodohkan aku dengan gadis kampung. Apalagi kalau aku tidak mau menikah dengan wanita pilihan kedua orang tuaku, Mama dan Papa akan memberikan semua harta warisan pada wanita itu.
Aku jelas tidak terima, Mama dan Papa mau memberikan harta warisan yang begitu banyaknya pada orang yang tidak Mama dan Papa kenal. Aku benar-benar sangat terpaksa sekali, harus menikah dengan wanita pilihan Mama dan papaku.
"Randy aku akan pulang sekarang, periksa dengan benar semua dokumen di dalam ruanganku." aku berpamitan pergi kepada Randy sekertaris sekaligus asisten pribadiku. Untuk mengerjakan semua pekerjaanku, yang ada di dalam ruanganku.
"Baik bos," sahutnya.
Aku pun segera mengendarai mobil sport ku. Untuk pulang ke rumah, dan sesampainya di rumah.
Aku hanya melihat kedua orang tuaku yang sedang berbicara dengan kedua orang tua wanita itu, dan aku tidak melihat gadis yang akan menjadi calon istriku.
"Akhirnya kamu sudah pulang, sini duduk di dekat Mama." Mama menyuruhku untuk duduk di dekatnya.
"Calon istrimu sedang pergi ke kamar mandi," ucap Mama yang memberitahukan kepadaku, soal gadis yang akan menjadi calon istriku.
"Oh," jawabku singkat.
Tidak lama kemudian.
Bi Inah datang bersama seorang wanita yang tidak aku kenal, dan setelah wanita itu duduk. Mama langsung memperkenalkanku pada wanita itu, yang ternyata dia itu akan menjadi calon istriku.
Aku terus memperhatikan wanita yang akan menjadi calon istriku. Karena aku merasa pernah melihatnya. Tapi entah di mana itu, aku tidak tahu dan juga tidak mau mengingatnya. Karena yang aku inginkan saat ini, aku tidak mau menikah dengan wanita yang tidak aku cintai.
Setelah selesai bertemu dan berbicara dengan calon istriku yang bernama Meyra Anatasya, aku masih berusaha membujuk Papa dan Mama. Untuk membatalkan perjodohan ini, sebelum aku pergi ke kantor lagi.
Akan tetapi, Mama dan Papa tidak bisa di bantah keinginannya, yang tetap ingin melihatku menikah dengan wanita itu.
______
Saat aku baru sampai di kantor, aku melampiaskan kekesalanku di dalam ruanganku.
Brak!
"Huuuh, ini adalah hari yang menjengkelkan," batinku sambil menggebrak meja kantorku.
"Kenapa bos?" tanya Randy yang masuk ke dalam ruanganku.
"Mau apa kamu masuk ke dalam ruanganku? Aku tidak memanggilmu ke sini?" aku tidak menjawab pertanyaan Randy. Tapi aku malah bertanya balik kepadanya. Karena Randy langsung masuk ke dalam ruanganku, tanpa aku memanggilnya.
"I... ini bos, ada panggilan telepon dari Bu Belinda," jawabnya gugup, sambil memberikan handphonenya kepadaku.
Dengan wajah kesal, aku segera mengambil handphone Randy. Karena mamaku tidak bisa menghubungiku, sebab aku menonaktifkan handphoneku. Tapi Mama malah menghubungi nomor telepon Randy, dan menyuruhnya. Untuk memberikan handphonenya kepadaku. Karena Mama pasti ingin berbicara denganku.
"Aku baru saja sampai di kantor Mah. Ada apa lagi Mama terus menghubungiku?" tanyaku pada Mama.
"Sekarang ini, kamu dan Randy pergi ke butik Tante Dina. Karena Meyra dan pak Agus, sebentar lagi akan sampai di butik Tante Dina," jawab Mama yang menyuruhku dan Randy pergi ke butik Ladyna Wedding organizer milik Tante Dina.
"Nanti sajalah Mah, pergi ke butik Tante Dina nya. Kaya mau nikah buru-buru banget," sahutku yang menolak perintah dari Mama, yang menyuruhku pergi ke butik Tante Dina.
"Kamu tidak dengar ucapan Mama barusan! Kalau Meyra dan pak Agus. Sebentar lagi akan sampai di butik Tante Dina, Mama tidak mau tahu. Kamu dan Randy harus pergi ke butik Tante Dina. Sekarang!" ucap Mama mengulangi lagi perintahnya, yang menyuruhku dan Randy pergi ke butik Tante Dina.
"Iya Mah," balasku sambil mematikan handphone milik Randy, dan memberikan handphonenya dengan cara di lempar. Karena gara-gara dia, yang menerima panggilan telepon dari mamaku. Aku harus pergi ke butik Tante Dina, dan pasti Mama menyuruh aku dan wanita itu. Untuk melakukan fitting baju pengantin.
"Aduh bos, handphoneku jangan di lempar seperti itu dong. Mentang-mentang dua hari lagi mau menikah sudah tidak sabar mau..."
"Kata siapa? Aku akan menikah dua hari lagi?'' aku langsung menyela ucapan Randy, yang belum selesai berbicara.
"Dih si bos. Jangan pura-pura tidak tahu gitulah, kan tadi bos pulang cepat karena mau bertemu dengan calon istrinya bos. Terus tadi Bu Belinda yang bilang sama saya, kalau bos Devano akan menikah dua hari lagi. Makanya Bu Belinda menyuruh saya menemani bos pergi ke butik Ladyna Wedding organizer. Karena bos dan calon istrinya bos akan melakukan fitting baju pengantin hari ini," jawab Randy yang menjelaskan semuanya, dan dia juga memberitahukan kepadaku. Soal pernikahanku dengan wanita itu, yang akan di adakan dua hari lagi.
"Huuuh, mimpi apa aku semalam? Kenapa bisa aku harus secepat ini menikah dengan wanita yang tidak aku cintai," gerutuku yang kesal di dalam hati. Karena aku akan menikah dengan wanita itu dua hari lagi. Bahkan Mama dan Papa tidak memberitahukan kepadaku, tentang rencana pernikahan yang akan di adakan dua hari lagi.
"Bos mau pergi sekarang?" lanjut Randy yang bertanya padaku.
"Kamu saja yang pergi ke butik Tante Dina. Karena aku tidak mau menikah dengan wanita itu," jawabku yang tidak mau pergi ke butik Tante Dina.
"Tapi tadi itu, bos sudah bilang sama Bu Belinda. Kalau bos mau pergi ke butik Ladyna Wedding organizer. Jika Bu Belinda tahu! Kalau bos tidak datang ke butik Ladyna Wedding organizer, bisa-bisa bos tidak akan menjadi bosku lagi," ucap Randy yang mengingatkanku dengan ancaman kedua orang tuaku, yang akan memberikan semua harta warisan pada Meyra.
"Huuuh, kenapa nasibku harus menikah dengan wanita yang tidak aku cintai?" batinku yang sangat kesal, dengan semua keadaan yang terjadi padaku sekarang ini.
"Ayo bos kita pergi sekarang. Karena calon istrinya bos, sebentar lagi akan sampai di butik Ladyna Wedding organizer." Randy mengajakku pergi ke butik Tante Dina.
"Iya," sahutku yang terpaksa pergi ke butik Tante Dina. Untuk melakukan fitting baju pengantin bersama wanita itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments