POV Devano.
Seharusnya saat ini, aku senang bisa mengucap kalimat ijab kabul dengan satu tarikan nafas. Apalagi saat para saksi mengucapkan kata sah, dan membuat semua orang yang hadir di acara pernikahanku tersenyum senang. Karena mulai hari ini kehidupan baruku akan di mulai.
Tapi sayangnya, aku tidak merasa bahagia dengan pernikahan ini. Karena aku menikah dengan gadis yang tidak aku cintai.
Setelah aku berhasil mengucapkan ijab kabul, aku diam termenung dan bingung dengan diriku sendiri, yang begitu mudah mengucapkan ijab kabul.
"Bagaimana jika Naumi mengetahui pernikahanku ini. Padahal aku sudah berjanji akan menunggu kedatangannya, dan menikah dengannya. Jika dia sudah pulang ke Indonesia," batinku yang memikirkan Naumi Clarissa kekasihku, yang tidak lama lagi akan pulang ke Indonesia. Sehingga membuat aku tidak fokus pada orang-orang yang berada di dekatku.
"Devano, kamu jangan diam saja. Itu Meyra sedang mengarahkan tangannya," bisik Papa di telingaku.
"I... iya Pah," sahutku yang segera mengangkat satu tanganku ke arah Meyra, yang sekarang ini sudah resmi menjadi istriku.
Aku membiarkan Meyra mencium tanganku. Karena foto grafer sedang mengambil momen pernikahanku.
"Mas sekarang, tolong di cium kening istrinya," ucap foto grafer yang menyuruhku. Untuk mencium kening Meyra.
"Huuuh, sudah terpaksa menikah, dan sekarang ini aku lagi-lagi terpaksa mencium kening Meyra," gerutuku dalam hati yang sangat kesal dengan semua keadaan ini.
Saat aku mencium kening Meyra, semua para tamu undangan bersorak gembira melihat pemandangan seperti itu. Aku pun memaksakan sedikit senyuman. Karena foto grafer lagi-lagi menyuruhku untuk tersenyum, dan ia segera mengambil momen pernikahanku dan Meyra.
Beruntung Papa dan Mama tidak mengundang tamu undangan yang banyak. Sehingga aku bisa istirahat, ketika selesai bersalaman dengan para tamu undangan.
Saat aku akan masuk ke dalam kamar. Mama menghentikan langkahku, yang akan pergi dari acara akad nikahku yang di adakan di dalam rumah ini.
"Devano kamu jangan dulu masuk ke dalam kamar. Bibi dan Paman Meyra akan pamit pulang ke kampung halamannya," ucap Mama yang memberitahukan kepadaku, tentang kepulangan Paman dan bibinya Meyra, yang akan pulang ke kampung halamannya.
"Setelah keponakannya aku nikahi, mereka berdua langsung pulang saja," batinku sambil menyunggingkan senyuman mengejek. Karena aku sangat yakin sekali, kalau Paman dan bibinya menjodohkan Meyra denganku. Demi bisa menguasai seluruh harta kedua orang tuaku.
"Kamu jangan diam saja, Van. Ayo kita temui mereka dulu, setelah itu barulah kamu istirahat," sahut Mama yang mengajakku menemui Paman dan bibinya Meyra.
Aku pun mengikuti langkah Mama yang akan mempertemukan aku dengan Bibi dan pamannya Meyra, dan sesampainya di sana. Aku melihat Meyra menangisi kepergian Bibi dan pamannya, yang akan pulang ke kampung halamannya.
"Kamu jangan menangis, Mey. Nanti kamu dan Devano bisa berkunjung ke rumah Bibi, kalau Devano tidak sibuk dengan pekerjaannya," ucap bibinya Meyra sambil menghapus air mata Meyra.
"Iya Bi," sahutnya singkat.
"Devano Paman titipkan Meyra kepadamu, tolong jaga dan sayangi Meyra," ujar Paman Meyra yang melihat kedatanganku bersama Mama.
"Iya Paman," balasku.
"Kamu jangan khawatirkan soal Meyra di sini. Karena aku sudah menganggap Meyra seperti anakku sendiri, dan jika Devano menyakiti Meyra, aku adalah orang pertama yang akan memberikan Devano pelajaran.'' Papa mengatakan itu sambil menepuk pelan pundak pamannya Meyra.
"Pokoknya kalian berdua tenang saja, Meyra di sini akan aku jaga dengan baik," timpal Mama yang ikut berbicara. Agar Paman dan bibinya Meyra, bisa mempercayakan Meyra tinggal di sini. Aku yang mendengar ucapan Mama dan Papa hanya menyunggingkan senyuman.
"Kita lihat saja nanti. Apakah Meyra akan bertahan hidup bersamaku?" gumamku dalam hati.
"Terima kasih Rajendra dan Belinda serta kamu Devano, Paman dan Bibi mempercayakan Meyra pada kalian. Kalau begitu, kami berdua pamit pulang," pamitnya sambil mengarahkan tangannya ke arahku. Aku pun segera menjabat tangannya, agar mereka berdua segera pulang dari rumahku. Karena aku ingin beristirahat.
"Bibi dan Paman hati-hati di jalannya," ucap Meyra. Ketika Paman dan bibinya akan naik mobil, yang di kendarai oleh pak Agus.
"Iya Mey," balasnya.
Setelah Paman dan bibinya Meyra sudah pergi meninggalkan rumah, aku segera masuk ke dalam kamar. Karena aku ingin beristirahat. Akan tetapi, dari arah belakang terlihat Meyra yang mengikutiku. Aku pun segera membalikkan tubuhku menghadapnya.
"Kamu mau apa?" tanyaku sambil melipat kedua tanganku.
"A... aku mau istirahat," jawabnya.
"Ya sudah sana pergi ke kamarmu. Kenapa kamu malah mengikutiku?" ucapku ketus.
"Dia sekarang istrimu Van, ya wajarlah kalau dia sekarang ini tidur satu kamar denganmu," sahut Mama yang ternyata menyuruh Meyra. Untuk tidur di tempat tidurku.
Aku menghela nafas, dan membuangnya secara kasar. Lagi-lagi aku terpaksa harus tidur satu kamar dengannya, ini semua membuat aku ingin memutuskan. Untuk tinggal di dalam apartemenku, dan tidak mau tinggal di rumah ini.
"Mah, besok aku akan membawa Meyra tinggal di apartemenku. Karena aku mau hidup mandiri bersamanya," bisikku di telinga Mama yang meminta ijin.
"Ya sudah silahkan, kalau memang itu keinginan kamu. Tapi kamu harus ingat dengan pesan Mama ini! Kamu jangan pernah menyakiti perasaannya Meyra. Mengerti!" ujar Mama yang memberikan ijin dan pesan kepadaku.
"Iya Mah. Mama tenang saja," timpalku, yang senang mendengar jawaban dari Mama, yang mengijinkanku dan Meyra tinggal di apartemen.
"Ayo masuk," ajakku pada Meyra sambil menarik satu tangannya.
"I... iya," balasnya.
Saat aku dan Meyra sudah masuk ke dalam kamar, aku segera melepaskan tangannya secara kasar.
"Jangan berharap lebih dengan pernikahan ini," ucapku menyenggol lengannya. Sebelum aku masuk ke dalam kamar mandi.
"Aku juga tidak mengharapkan pernikahan ini terjadi, tapi aku akan menghargai sebuah hubungan yang mungkin sudah di takdirkan," sahutnya yang menimpali ucapanku. Sehingga membuatku menghentikan langkah kakiku, yang mau masuk ke dalam kamar mandi.
"Kita lihat saja nanti. Seberapa kamu mampu bertahan dengan pernikahan ini?" ujarku sambil menyunggingkan senyuman mengejek pada Meyra. Karena aku tidak yakin, ia akan bertahan lama dengan pernikahan ini.
"Baiklah, kita buktikan saja." Meyra benar-benar menantang ku.
"Aku tidak akan membiarkan kamu bahagia di pernikahan ini," batinku yang geram dengan Meyra, hingga membuatku mengepalkan kedua tanganku.
"Kamu dan aku hanyalah dua orang asing yang dipersatukan dalam hubungan pernikahan, dan aku tahu! kita berdua tidak saling mencintai. Tapi kita tidak tahu kedepannya akan seperti apa? Jadi mulai sekarang ini, lebih baik kita berteman baik," sambungnya yang mengajakku, untuk berteman dengannya.
Tapi aku menghiraukan ucapannya itu, dan memilih masuk ke dalam kamar mandi.
Brak!
Aku membanting pintu kamar mandi secara kasar.
"Aaah," teriakku di dalam kamar mandi, sambil menjambak rambutku. Untuk melampiaskan kekesalanku, yang menikah dengan Meyra dan tidak bisa menepati janjiku pada Naumi.
"Kenapa aku menikah dengan orang yang tidak aku cintai," gerutuku yang menyalahkan takdir, yang membuatku harus menikah dengan Meyra.
Setelah merasa cukup puas melampiaskan kekesalan, aku segera menyalakan shower dan mengguyur tubuhku dengan air. Selesai mandi aku segera keluar dari dalam kamar mandi. Akan tetapi, saat aku keluar dari dalam kamar mandi. Aku melihat Meyra masih mengenakan gaun pengantinnya.
"Aduh... kok susah sekali buka gaunnya," aku mendengar suara Meyra yang kesulitan membuka gaun pengantinnya.
"Dasar orang kampung, emang bener-bener norak sekali," batinku sambil menggelengkan kepala dan tersenyum tipis melihat Meyra, yang kesulitan membuka gaun pengantinnya.
Aku segera mendekati Meyra dan membantunya membuka gaun pengantinnya.
"Ckckck, begitu saja tidak bisa. Sini aku bantu," ucapku yang segera membuka gaun pengantin Meyra.
"Te... terima kasih," sahutnya.
Saat aku membantu Meyra membuka gaun pengantinnya, aku melihat sebuah tanda di leher Meyra yang sama persis dengan wanita malam itu. Apa jangan-jangan! Meyra adalah wanita itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments