Bab 7 Bertemu Kembali

POV Meyra.

Aku benar-benar kaget melihat lelaki yang duduk di dekat calon mertuaku. Apa jangan-jangan! Lelaki itu adalah anaknya, yang akan di jodohkan denganku?

"Mey, sini duduk. Jangan berdiri di sana," ucap Bi Leni yang memanggilku, dan menyuruhku duduk di ruang tamu.

Ku balas jawaban Bi Leni dengan mengagukkan kepala, dan segera duduk di dekat Bibi dan Paman.

"Meyra, ini anak Mama. Namanya Devano Martadinata yang akan menjadi calon suami kamu," ujar Mama Belinda yang memperkenalkan anaknya, yang akan menjadi calon suamiku.

Degh!

"Apakah aku tidak salah dengar? Lelaki itu ternyata benar anaknya Mama Belinda, yang akan menjadi calon suamiku," batinku yang kaget dengan ucapan mama Belinda, dugaanku dari tadi ternyata benar. Kalau lelaki itu adalah anaknya Mama Belinda dan Papa Rajendra.

Lelaki yang bersamaku malam itu, adalah ayah dari anak yang aku kandung. Dan sekarang ini, lelaki itu akan menjadi calon suamiku. Mimpi apa aku semalam? Kenapa bisa jadi begini? Orang yang tidak mau aku temui. Tapi malah sekarang ini, aku bertemu dengannya. Bahkan kenyataan yang sebenarnya, dia akan menjadi calon suamiku.

"Mey." Bi Leni menyenggol lenganku. Karena aku hanya diam dan tidak menanggapi ucapan mama Belinda, yang memperkenalkan anaknya.

"I... iya Bi," sahutku gugup.

"Sepertinya Meyra kelelahan. Kita lanjutkan nanti saja, membahas masalah pernikahan antara Meyra dan Devano," ucap Mama Belinda.

"Yang Mama katakan benar. Sebaiknya kamu ajak istrimu dan Meyra beristirahat di sini, nanti kita bahas lagi masalah pernikahan mereka berdua." Papa Rajendra menyuruh paman Ijat dan Bi Leni serta aku. Untuk pergi beristirahat.

Mama Belinda pun memanggil Bi Inah. Untuk mengantarkan aku pergi ke dalam kamar, yang sudah di persiapkan oleh Mama Belinda. Sedangkan Paman dan Bibi tidak tidur satu kamar denganku, Bibi dan Paman tidur di kamar sebelahnya.

Di dalam kamar.

Aku langsung merebahkan tubuhku di atas tempat tidur. Kini aku sudah tidak perduli lagi, jika lelaki yang akan menjadi calon suamiku mengetahui kehamilanku. Pasti lelaki tadi itu tidak akan marah, karena aku hamil anaknya. Tapi kini pikiranku jadi terbayang, saat aku dan Paman Ijat serta Bi Leni masuk ke dalam rumah ini.

"Kok aku merasa tidak yakin. Kalau Paman Ijat itu, berteman dengan Papa Rajendra. Sebab saat pertama kali aku masuk ke dalam rumah ini, dan berkenalan dengan Papa Rajendra dan Mama Belinda. Paman Ijat tidak terlihat seperti berteman dengan Papa Rajendra," batinku yang bertanya-tanya tentang pertemanan Paman Ijat dan Papa Rajendra.

Drt_drt_drt aku mendengar, suara getaran dari handphoneku. Aku pun segera mengambil handphoneku, yang aku taruh di laci meja dekat tempat tidurku.

Nama Amelia terlihat jelas di handphoneku. Saat aku sudah mengambil handphoneku, aku pun segera menerima panggilan telepon dari Amelia.

"Halo Mey, kamu kenapa baru mengaktifkan handphonemu sekarang? Dan kamu, kenapa tidak membalas chat yang aku kirimkan? Terus dua bulan ini kamu pergi kemana? Kenapa kamu tidak memberitahuku?" Amelia langsung mencerca banyak pertanyaan kepadaku.

"Sudah selesai belum bertanya nya?" jawabku. Saat Amelia sudah diam, dan tidak banyak bicara lagi.

"Iya sudah, cepat jawab pertanyaanku?" Amelia menyuruh aku. Untuk segera menjawab semua pertanyaan darinya.

"Nanti saja yah, Mel. Soalnya sekarang ini..."

"Aku tidak mau tahu, pokoknya aku mau bertemu denganmu di kafe sekarang ini. Karena aku sangat yakin sekali, kalau kamu pasti sudah berada di kota Jakarta, iyakan?" Amelia segera memotong ucapanku, dan menyuruh aku pergi ke Garden cafe gemilang.

"Kok, kamu bisa tahu. Kalau aku sudah berada di Jakarta?" tanyaku pada Amelia, yang mengetahui keberadaanku yang sudah berada di kota Jakarta.

"Ya jelas aku tahulah, soalnya aku bisa melacak ponsel milikmu yang sudah aktif, Mey. Sudah cepat kamu datang menemuiku di kafe, sekarang juga!" jawab Amelia yang memaksaku pergi menemuinya.

"Iya, nanti aku ke sana," sahutku yang menuruti kemauan Amelia, yang ingin bertemu denganku di Garden cafe gemilang.

"Aku tunggu kedatanganmu di kafe," ucap Amelia yang mengingatkan aku. Sebelum ia mematikan panggilan teleponnya.

"Sebaiknya aku berpamitan kepada Paman dan Bibi terlebih dahulu, untuk bertemu dengan Amelia. Dan setelah itu, barulah aku pamit dengan Mama Belinda dan Papa Rajendra," lirihku yang akan siap-siap pergi ke Garden cafe gemilang. Untuk bertemu dengan Amelia di sana.

Saat aku akan mengetuk pintu kamar Bi Leni dan Paman Ijat, aku mendengar pembicaraan antara Paman dan Bibi. Sebab pintu kamar Paman dan Bibi sedikit terbuka, dan aku pun mengurungkan niatku yang akan mengetuk pintu kamar Paman dan Bibiku.

"Pak bagaimana kalau Meyra dan Devano tidak jadi menikah?" tanya Bi Leni pada Paman Ijat.

"Jangan sampai Meyra dan Devano tidak jadi menikah, kita harus membuat Rajendra dan Belinda mau menikahkan Meyra dengan anaknya. Untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya," ucapan Paman Ijat membuat aku kaget.

"Apa jangan-jangan! Paman dan Bibi sudah mengetahui kehamilanku, yang hamil atas perbuatan Devano malam itu. Sehingga membuat Paman Ijat meminta pertanggung jawaban pada Mama Belinda dan Papa Rajendra?" batinku yang penuh dengan tanda tanya. Bagaimana mungkin! Paman dan Bibi bisa mengetahui kondisiku yang hamil oleh Devano? Karena aku merasa tidak pernah menceritakan tentang kejadian itu, pada siapapun. Selama aku tinggal di rumah Paman dan Bibi, ini semuanya membuatku semakin bingung dan tidak mengerti saja.

Di saat keadaanku yang sedang bingung memikirkan ini semua, aku tidak sengaja menyenggol pintu kamar Bibi dan Paman. Sehingga membuat pintu kamar Paman dan Bibi terbuka lebar.

"Mey, kamu sudah lama di situ?" tanya Bi Leni yang melihat aku berdiri di depan pintu kamarnya.

"A... aku baru saja mau mengetuk pintu kamar Bibi dan Paman, tapi ternyata pintunya tidak terkunci. Kedatanganku ke sini, mau pamit pergi, bertemu dengan teman kerjaku," jawabku yang langsung berpamitan pergi kepada Paman dan Bibiku.

"Kamu itu di suruh istirahat, malah mau pergi menemui temanmu," ujar Paman Ijat yang seperti tidak mengijinkanku pergi dari rumah ini.

"Biarkan saja, pak. Mungkin Meyra kangen sama teman-temannya yang ada di kota ini, kamu hati-hati ya di jalannya. Dan jangan pulang terlambat," ucap Bi Leni yang mengijinkanku pergi menemui Amelia.

"Iya Bi," sahutku sambil tersenyum senang. Sebab bisa bertemu dengan Amelia. Karena selama dua bulan ini, aku tidak berkomunikasi dan bertemu dengannya.

Kini saatnya aku pergi menemui Mama Belinda, untuk berpamitan pergi bertemu dengan Amelia.

Akan tetapi, saat aku akan menemui Mama Belinda. Aku melihat Mama Belinda, yang sedang duduk di ruang keluarga sambil menangis. Aku jadi ragu untuk berpamitan dengan Mama Belinda, aku pun memutuskan pergi menemui Bi Inah dan berpamitan kepadanya saja. Tapi langkah kakiku terhenti, ketika aku mendengar suara Devano yang datang menghampiri kedua orang tuanya.

"Mah, aku tidak bisa menikah dengan orang yang tidak aku cintai. Aku mau menikah hanya dengan Naumi. Karena tidak lama lagi dia akan pulang. Jadi aku mohon sama Mama dan Papa, untuk membatalkan perjodohan ini." Devano sepertinya, berusaha menolak perjodohan ini pada kedua orang tuanya.

"Tidak bisa, kamu tetap harus menikah dengan orang pilihan Mama dan Papa." ucap Papa Rajendra yang tidak menerima penolakan dari Devano.

Aku melihat Devano menghentakkan kakinya. Sebelum ia pergi meninggalkan kedua orang tuanya.

Di saat Devano sudah pergi, aku yang tadinya mau pergi menemui Bi Inah tidak jadi. Karena Mama Belinda sepertinya melihat aku, yang berada tidak jauh dari ruang keluarga. Sehingga membuat Mama Belinda memanggilku.

"Meyra, sini." Mama Belinda memanggilku, sambil melambaikan tangannya. Agar aku datang menghampirinya.

"Iya Mah," sahutku sambil melangkah pergi menghampiri Mama Belinda dan Papa Rajendra, yang sedang duduk di ruang keluarga.

"Kamu kenapa tidak beristirahat di kamar?" tanya Mama Belinda.

"Aku tadi sudah beristirahat sebentar di kamar, Mah. Sekarang ini, aku mau pamit pergi menemui temanku di Garden cafe gemilang," jawabku yang berterus terang kepada Mama Belinda.

"Jadi kamu tadi berdiri di sana, mau pamit pergi?" tanya Mama Belinda lagi, sambil menunjuk ke arah tempatku yang berdiri tidak jauh dari ruang keluarga. Aku kira Mama Belinda tidak akan melihat aku yang berdiri di sana.

"Iya Mah," sahutku.

"Kamu pergi ke Garden cafe gemilangnya di antar sama pak Agus yah, Mey." Mama Belinda mengijinkanku, yang akan pergi ke Garden cafe gemilang, dan akan di antarkan oleh pak Agus seorang supir yang bekerja di rumah Mama Belinda dan Papa Rajendra.

Terpopuler

Comments

Mom La - La

Mom La - La

itu namanya jodoh Mey.

2023-04-04

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!