"Kamu siapa?" tanya Randy pada Meyra yang keluar dari dalam apartemen Devano, sambil menutupi wajahnya dengan syal yang ada di lehernya. Sehingga Randy tidak bisa melihat wajah cantik Meyra.
"Pasti orang ini adalah temannya lelaki brengsek itu, aku harus segera pergi dari sini," batin Meyra yang tidak mau menjawab pertanyaan dari Randy, dan memutuskan bergegas pergi meninggalkan apartemen Devano sambil berlari.
"Hey siapa kamu!" teriak Randy yang berusaha mengejar Meyra.
"Aku harus segera masuk ke dalam lift. Agar lelaki itu tidak bisa mengejar ku," gumam Meyra yang segera masuk ke dalam lift, dan langsung menutup pintu lift.
"Alhamdulillah." Meyra pun bisa bernafas lega. Karena Randy tidak bisa mengejarnya lagi, sebab Meyra sudah masuk ke dalam lift.
Meyra yang sudah berhasil pergi dari apartemen Devano, ia segera pergi ke kosannya terlebih dahulu. Sebelum dirinya pergi ke kampung halamannya.
Sesampainya di kosan.
Meyra segera mengemasi seluruh pakaiannya, dan akan pergi ke kampung halamannya dengan menggunakan taksi online. Agar ia bisa cepat sampai ke kampung halamannya, dan tentunya Meyra bisa membawa seluruh barang-barang yang ada di dalam kosannya.
Saat Meyra akan memasukkan sebuah foto kebersamaan dirinya dengan almarhum ibunya, seketika itu. Meyra jadi teringat dengan almarhum ibunya, sambil menitikkan air mata.
__________
Flashback.
"Bu, bolehkah Meyra bekerja di Jakarta?" tanya Meyra pada Sri ibunya. Saat mereka berdua berada di dalam kamar Meyra.
"Kamu itu anak perempuan, Nak. Ibu takut terjadi sesuatu padamu, jika kamu bekerja di Jakarta," jawab Sri yang ragu mengijinkan Meyra pergi bekerja di Jakarta.
"Ibu tidak perlu khawatir, Meyra bisa kok menjaga diri Meyra sendiri. Ijinkan Meyra pergi bekerja di Jakarta Bu, ini semua Meyra lakukan. Agar Meyra bisa membantu biaya pengobatan ibu, dan Meyra ingin ibu bisa cepat sembuh." Meyra berusaha meyakinkan ibunya. Agar ibunya mengijinkan Meyra bekerja di Jakarta.
"Ya sudah, ibu ijinkan kamu pergi bekerja di Jakarta." Sri pun akhirnya mengijinkan Meyra pergi bekerja di Jakarta.
"Terima kasih Bu." Meyra memeluk dan mencium pipi ibunya. Karena ibunya telah mengijinkan dirinya bekerja di Jakarta.
"Meyra janji Bu, akan menjaga diri Meyra dengan baik, dan tidak ada sesuatu yang akan terjadi pada diri Meyra," ucap pelan Meyra. Saat ibunya sudah keluar dari dalam kamarnya.
Flashback off.
______________
"Bu. Maafkan Meyra yang tidak ada, di saat ibu pergi meninggalkanku untuk selama-lamanya. Meyra juga belum bisa membagikan ibu," batin Meyra yang bersedih. Karena tidak ada, di saat ibunya menghembuskan nafas terakhirnya.
"Masa depan Meyra sudah hancur Bu. Apakah akan ada seorang lelaki yang mau menikah denganku, Bu?" sambung Meyra yang bermonolog pada dirinya sendiri, sambil melihat foto kebersamaan dirinya dengan almarhum ibunya.
Di tengah kesedihan hati Meyra, suara klakson mobil taksi online pesan Meyra sudah datang ke kosannya. Meyra pun segera keluar dari dalam kamar kosnya, sambil membawa semua barang-barang yang sudah ia kemasi semuanya.
"Mey, kamu tidak mau kos di sini lagi?" tanya Yanti yang merupakan pemilik kosan tempat Meyra tinggal.
"Iya Bu, ini Meyra kembalikan kunci kosannya." Meyra memberikan kunci kosan pada Yanti ibu kosannya.
"Meyra pamit pulang dulu ya Bu," lanjut Meyra yang berpamitan dengan Yanti.
"Iya hati-hati di jalannya. Kalau mau kembali ke kota ini, nanti kost di sini lagi yah. Mey," ucap Yanti.
"Iya Bu," sahutnya sambil melangkah pergi, meninggalkan kosan milik Bu Yanti.
"Aku tak akan mau tinggal di kota ini lagi, Bu. Apalagi sampai bertemu dengan lelaki brengsek itu," batin Meyra yang tidak mau tinggal di kota Jakarta lagi. Karena ia kesal dengan Devano, yang sudah merenggut kesuciannya.
Meyra segera masuk ke dalam mobil taksi, yang akan membawanya pergi ke kampung halamannya.
___________________
Sementara itu.
Randy yang berusaha berlari mengejar Meyra, tidak bisa ia kejar lagi. Karena Meyra sudah masuk ke dalam lift.
"Huuuh sial," gerutunya yang kesal. Karena tidak berhasil mengejar Meyra.
Randy pun memutuskan pergi ke dalam kamar apartemen Devano bosnya. Untuk membangunkan Devano, yang akan pergi ke acara meeting di perusahaannya.
Sesampainya di dalam kamar apartemen. Randy begitu kaget melihat bosnya yang sedang tidur.
"Wah si bos, pantesan jam segini belum bangun tidur, rupanya semalam habis main sama perempuan tadi," lirih Randy pelan, sambil menggelengkan kepalanya.
"Bos Devan, bangun bos. Kita harus segera sampai di kantor, untuk datang menghadiri acara meeting di kantor." Randy berusaha membangunkan Devano yang masih tidur.
"Berisik banget sih," gerutu Devano pada Randy, ia pun segera bangun dari tempat tidurnya dan pergi menghampiri Randy.
"Aduh bos, pagi-pagi sudah bikin mataku jadi ternoda," ucap Randy sambil menutup matanya, dengan satu tangannya.
"Kamu kenapa sih?" tanya Devano yang belum menyadari. Kalau saat ia bangun dari tempat tidur, ia tidak memakai apapun.
"Itunya bos kelihatan," tunjuk Randy yang memberitahukan pada Devano sambil menutup matanya.
"Astagfirullah ..." Devano pun segera menutupi tubuhnya, dengan menggunakan selimut yang ada di tempat tidurnya.
"Kamu pergi keluar!" usir Devano pada Randy.
"Iya bos," sahutnya sambil melangkah pergi meninggalkan Devano.
Setelah Randy pergi. Devano termenung sejenak. Sebelum ia pergi ke dalam kamar mandi, untuk membersihkan dirinya.
"Kemana perginya wanita itu?" gumam Devano yang mencari keberadaan Meyra, yang tidak ada di dalam apartemennya.
"Tapi pakaiannya masih berada di sini, apa jangan-jangan! Wanita itu sekarang berada di dalam kamar mandi." Devano pun segera masuk ke dalam kamar mandi. Untuk mencari sosok wanita yang telah tidur bersamanya.
Saat Devano masuk ke dalam kamar mandi, ia tidak menemukan keberadaan Meyra.
"Tidak ada di sini juga," lirihnya yang tidak menemukan keberadaan Meyra di dalam kamar mandi. Devano yang sudah berada di dalam kamar mandi, ia pun memutuskan untuk mandi terlebih dahulu. Sebelum dirinya pergi bekerja di perusahaannya.
Devano yang sudah selesai mandi dan sudah mengenakan pakaian kerjanya, ia segera pergi menghampiri Randy sekertaris sekaligus asisten pribadinya.
"Sarapan dulu bos," ucapnya yang menyuruh Devano untuk sarapan pagi terlebih dahulu.
"Iya," sahutnya singkat.
Devano yang memang sudah lapar, ia dengan cepat menghabiskan makanannya. Karena semalam tenaganya terkuras habis, membobol gawangnya Meyra yang masih perawan.
"Randy, kamu tidak melihat seorang wanita yang keluar dari dalam apartemenku?" tanya Devano pada Randy. Saat ia sudah selesai sarapan pagi.
"Saya melihatnya bos," jawab Randy.
"Kalau kamu lihat, kenapa tidak kamu cegah!" gerutu Devano yang kesal pada Randy.
"Saya sudah berusaha mencegahnya pergi bos, tapi...."
"Kamu payah sekali, masa mencegah satu wanita saja tidak bisa." Devano menyela ucapan Randy, yang sudah ia ketahui. Kalau Randy tidak bisa mencegah kepergian Meyra.
"Maaf bos, tapi bos kan bisa menghubungi wanita panggilan itu di..."
"Wanita itu bukan wanita panggilan." Devano lagi-lagi menyela ucapan Randy.
"Terus wanita apa dong, bos? Kalau bukan wanita panggilan, sebab bos kan sama wanita itu sudah..."
"Dia itu terpaksa melakukan itu semuanya denganku, ini semuanya terjadi gara-gara Naufal." Devano yang kesal menggebrak meja makannya.
Brak! Suara gebrakan meja makan.
Saat Devano mulai mengingat kejadian semalam. Ketika ia datang bertemu dengan Naufal dan teman-temannya, yang telah memberikan dirinya sebuah minuman yang di dalamnya ada obat perangsang.
"Aku tidak mau tahu! Setelah selesai meeting, kamu harus pergi mencari wanita itu." Devano memerintahkan Randy. Untuk pergi mencari keberadaan wanita, yang sudah tidur bersamanya.
"Ba... baiklah, bos." Randy menyanggupi perintah dari Devano, dengan suara gugup.
"Semoga saja. Apa yang aku lakukan pada wanita itu, tidak membuatnya sampai hamil," batin Devano yang penuh harap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments