Keesokan harinya Queen berjalan dengan santai, seolah tidak mengetahui bahwa ada orang yang membuntutinya secara diam-diam. Queen bersiul sambil bernyanyi hingga akhirnya dia sampai di tempat yang sepi. Queen masuk di sebuah gang dan bersembunyi di sana, mengintai dua pria yang sejak tadi mengikutinya. Dua orang itu yang melihat Queen menghilang langsung mencari dengan panik, takut kehilangan jejak wanita itu.
"Kemana wanita itu?"
"Dia tiba-tiba menghilang. Lebih baik cepat temukan dan bunuh dia. Buat dia menyesal karena telah berani membuat Tuan marah,"
Queen yang bersembunyi dan mendengar apa yang dikatakan mereka, diam dengan kening berkerut. "Tuan? Siapa Tuan yang mereka maksud?"
Perasaan dirinya tidak memiliki musuh, siapa sebenarnya mereka? Atau bisa mereka adalah anggota pelaku yang membunuh tubuh yang ditempatinya? Jika itu benar, ini sungguh sangat berbahaya. Ia tidak boleh diam dan harus secepatnya bertindak.
Demi mendapatkan informasi tentang 'Tuan' yang dimaksud oleh dua pria itu, Queen muncul di hadapan mereka dengan wajah dinginnya. Sambil meremas kepalan tangannya hingga terdengar bunyi bergemeretak, siap menghajar dan membuat mereka babak belur.
Mereka yang melihat kemunculan Queen tersenyum menyeringai. "Akhirnya kau muncul juga, jala*ng sialan!" ucap seorang pria yang sudah tidak sabar ingin memberi pelajaran pada Queen.
Queen dengan santai berdiri di depan mereka sambil bersedekap dada. "Tentu saja, karena aku tidak sabar ingin memukul wajah kalian berdua," jawabnya membuat dua pria itu mengeraskan rahang, marah dengan ucapan Queen yang berani menantangnya.
Tanpa basa-basi mereka berdua langsung maju dan menyerang. Queen yang melihat mereka menyerang dengan santai menghalau serangan itu dengan tangan kosong. Menangkis setiap pukulan dan tendangan dengan mudah, hingga senyum terbit di bibirnya saat ada kesempatan memberikan pukulan balik.
Bugh.....Bugh.....
Pria itu terpukul dan terdorong mundur sambil tangannya mengusap wajahnya yang terasa nyeri akibat pukulan kuat Queen..
"Wanita Sialan, beraninya kau memukul ku!" marahnya saat melihat darah keluar dari hidung.
"Mau coba lagi? sini! Ayo maju hadapi aku. Akan ku buat wajah kalian menjadi Babi,"
Ucapan Queen semakin membuat mereka murka. Tanpa memperdulikan sakit di wajahnya, dua pria itu kembali menyerang dan pertarungan pun kembali terjadi. Queen terus menangkis dan memukul mereka, menghajarnya tanpa ampun.
"Rasakan ini,"
Bugh…... Bugh…... Bugh…..
Setelah puas menghajar mereka berdua hingga membuat mereka pingsan, Queen langsung mengikat tubuh mereka. Kemudian membangunkan mereka dengan cara menyiram air tepat di wajah mereka berdua.
Byuur
Dalam sekejap dua pria itu langsung sadar saat merasakan air dingin menyentuh kulit wajahnya.
"Kau..!" Marah nya saat tahu siapa pelakunya.
"Kenapa, kau tidak senang? Beraninya menatapku seperti itu! Apa kau ingin kedua bola matamu lepas dari tempatnya, ha..?" kesalnya dan berjongkok, mencengkram rahang mereka dengan kuat.
"Dasar wanita jala*ng! Lepaskan kami,"
"Hohoho…melepaskan kalian, enak saja. Belum juga aku puas membuat kalian seperti Babi, beraninya menyuruhku melepaskan kalian," jawabnya dan mencari sesuatu yang dapat digunakan untuk menyiksa mereka. Saat menemukan sebuah benda yang bisa digunakan, Queen langsung mengambilnya dan memukulkannya dengan pelan di telapak tangannya, membuat dua pria itu susah untuk menelan ludah, sangat mengerikan.
"Mau apa kau? Buang benda itu dan jangan mendekat!"
Queen yang mendengar tersenyum menyeringai tanpa memperdulikan ucapan mereka, tetap mendekat dan tanpa aba-aba Queen langsung melayangkan tongkat besi itu ke kaki mereka, membuat mereka menjerit karena merasakan sakit yang amat sangat.
Argh…..!
"Katakan, siapa yang menyuruh kalian?" bentaknya dengan nada keras.
Bukannya menjawab, mereka kembali berteriak saat bagian tubuh lain dipukul dengan keras oleh tongkat besi itu, seolah Queen tidak mengizinkan untuk mereka diam.
"Cepat katakan!" Perintahnya dengan tatapan tajam.
Dua pria itu kini sudah tidak berdaya. Dengan suara lirih mereka menjawab, menyebutkan satu nama yang sama sekali tidak Queen kenal. "Leonard,"
Setelah mengatakannya dua pria itu tak sadarkan diri dengan tubuh bersimbah darah. Queen yang melihat tidak peduli dan pergi meninggalkan dua badjingan yang payah itu. Menurutnya apa yang dilakukan adalah hal benar. Membunuh pembuat masalah suatu keharusan baginya.
"Leonard, siapa dia?" Gumamnya berpikir keras.
----------------
Setelah kejadian Queen membunuh dua pria itu, kini tidak ada orang yang membuntutinya lagi.
Hari ini adalah hari di mana kedua putranya harus sekolah. Bagaimanapun pendidikan adalah hal penting untuk mereka berdua.
"Hari ini hari pertama kalian masuk sekolah. Mommy harap kalian jangan membuat masalah di sana, terutama kamu Davin," ucapnya memperingati putra pertamanya yang mungkin saja akan membuat ulah di sekolahan karena sikapnya.
"Kenapa hanya aku yang Mommy peringati? Kenapa Devan tidak?" Protesnya tidak terima karena hanya dirinya yang diperingati, seolah dirinya adalah anak nakal.
"Karena Devan lebih penurut. Sedangkan kau, sering kali kau membantah. Dan satu lagi, jangan pernah tunjukkan wajah datar dan dinginmu itu, Mommy tidak suka,"
"Ini wajahku, Mom. Terserah aku mau menggunakannya seperti apa," gumamnya dengan nada lirih. Tapi tetap saja masih didengar oleh Queen.
"Apa yang kau katakan?" Tatapnya dengan mata menyipit, penuh selidik.
"Tidak ada. Aku tidak mengatakan apapun," jawabnya begitu santai. Tapi Queen tidak percaya begitu saja.
"Anak ini menyembunyikan sesuatu dari ku." gumamnya dalam hati.
"Mom, Lebih baik kita berangkat. Aku tidak ingin jalan kaki," sambungnya meninggalkan Devan dan Queen yang mendengus kesal melihat sikap putra pertamanya.
Devan yang melihat Mommynya kesal, menenangkan. "Mom, sudahlah. Kakak memang seperti itu. Jadi jangan diambil hati,"
"Kamu memang yang terbaik," elusnya dengan senyum manis, setelah itu menyusul Davin yang sudah lebih dulu pergi.
Setelah sampai di Sekolah. Queen tidak henti-hentinya menasehati kedua putranya untuk berperilaku baik. Davin dan Devan mengangguk karena ingin melihat Mommynya cepat pergi agar telinga mereka tidak panas mendengar nasihat Queen yang tidak ada hentinya.
"Mom, lebih baik Mommy cepat pergi. Kami akan segera masuk," usir Devan dengan lembut tidak ingin melihat Kakaknya kesal dan berakhir adu mulut.
"Baiklah. Tapi ingat pesan Mommy barusan."
Devan mengangguk dan setelah itu Queen pergi meninggalkan mereka. Namun sebelum pergi tidak lupa Queen memberikan kecupan sayang kepada keduanya.
Waktu menunjukkan jam pulang sekolah . Queen yang sedang bekerja di sebuah Toko meminta izin untuk menjemput kedua putranya dan setelah mendapatkan izin dari Bosnya, Queen pun pergi.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, Queen akhirnya sampai di depan sekolahan. Namun ada sesuatu yang membuat hatinya panas, Queen melihat dua anaknya di hampir oleh beberapa orang pria yang menurut nya adalah seorang penculik.
Queen yang berada sedikit jauh langsung berlari menghampiri mereka, menendang punggung orang itu dengan kuat.
Bugh….
"Jangan sentuh putra ku," serunya marah saat ada yang ingin menyakiti kedua putranya.
Orang yang ditendang tadi berdecak. Dia kira siapa? Ternyata hanya seorang wanita. "Cih, hanya seorang wanita saja sok berani dia. Hajar wanita itu dan bawa kedua anak ini. Kita harus secepatnya menyelesaikan tugas kita," perintah seorang dari mereka pada rekannya.
Beberapa pria langsung maju untuk menyerang Queen. Sedangkan Queen yang memang handal dalam bertarung dengan mudah mengatasi mereka, walaupun mereka membawa senjata tajam di tangannya.
Davin dan Devan yang melihat aksi Mommynya bertarung terkagum-kagum. Mata mereka seolah bercahaya menyaksikan adegan pertarungan itu, sungguh sangat keren.
"My Mom Is My Super Hero," seru mereka bersama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
💋Titika tika27💋
Lnjuttttt
2024-01-05
2
ovi
lnjut kk, seru nih
2023-07-21
0
Yuni Verro
keren
2023-04-29
0