Temanku tak kunjung membaik. Makhluk itu enggan melepas belenggu temanku. Kulihat dia sudah kecapean, tapi si Noni Belanda ini tetap saja mengoceh dengan bahasa entah apa yang tidak ku mengerti. Suasana yang siang benderang itu kian mencekam. Temanku tadi mengerang-ngerang layaknya macan. Aku semangkin ketakutan. Dan salah satu temanku yang kerasukan ini sedikit ku pahami
"Kalian semua perusak!" Dia menyeringai gigi-gigi serasa ada taring tajam di giginya menatap kami semua.
"Mengganggu tempatku yang kujogo!
Belum lagi kamar mandi yang kotor agrhhh!" Dia semangkin membuas menggeleng kan kepalanya seraya marah.
Siang menjelang sore itu kian mencekam, suara gagak terdengar dari atas genteng. Pak Harto yang kebingungan segera menelepon Ustadz yang bisa mengeluarkan temanku dari belenggu Noni Belanda itu. Entah apa maksud dan tujuan nya.
Lalu datanglah seorang Ustadz Lana. Ia menyuguhkan air yang dibacakan doa-doa dan ayat suci Alquran. Lalu Ustadz ini memegang kepala temanku.
"Apa maksudmu datang kemari?" Tegas Ustadz itu.
"Hahaha.. heuhehehu.." Tiba-tiba makhluk halus yang ada ditemanku lain lagi. Itu membuat suasana semangkin hening dan lirih.
"Kok malah ketawa, cepat katakan!" Tegas Ustadz itu mencengkram kepala kawanku.
"Semua nya tak pantas berada disini, hihihi.
Seharusnya kalian mati! Biarlah anak ini kubawa kealamku! Aghahahah.." Dia semangkin membuas dan seperti orang patah-patah.
Aku kasihan melihat temanku tadi yang dirasuki entah berapa jumlah mahluk. Dan beberapa temanku ada yang kerasukan lagi. Dia kerasukan seperti seorang suster yang jalannya ngesot. Disitulah ku semangkin ketakutan dan tak tahu berbuat apa. Sekolah itu seperti angker sekali. Di tambah si Ningsih juga ikut terkena kerasukan massal. Ustadz Lana bahkan tak sanggup sendirian. Dia meminta teman-teman ustadz lainnya tuk menyelamatkan peserta didik lainnya.
Temanku kian menjadi-jadi. Bahkan ada yang merantukan dirinya ke dinding kelas hingga berdarah. Itu membuatku trauma dan ngeri. Melihat pemandangan temanku yang aneh dan buas ditambah mencekam. Banyak anak-anak yang di pulangkan, kecuali kelas kami. Disitu aku heran, dari hampir 75% anak-anak kerasukan hanya aku dan kurang lebih tujuh temanku saja yang tak kerasukan. Aku serasa ada yang melindungi. Ya aku berdoa pada Tuhan, agar aku dijauhkan oleh setan yang terkutuk. Ada beberapa temanku yang keluar sendiri, dan salah satu temanku kemasukan lagi. Teman-teman ustadz dari Ustadz Lana tak kunjung datang. Itu membuat kami semangkin ngeri. Angin selatan berhembus kencang lampu hidup dan mati. Badan-badan kawanku terlihat lemas dan tidak bisa dikendalikan. Ustadz bisa menolong beberapa siswa dan di pulangkan.
"Hahaha, rasakan. Inilah akibatnya tidak menurut perkataanku." Ningsih berkata lirih dan mencekam
"Ayo teman-teman, kita buat keramaian di tempat ini." Ditengah kerumunan ramai ia seperti layak bagai ba' penari.
Sayup-sayup terdengar suara gamelan entah dari mana. Itu membuat temanku berteriak histeris dan ahkirnya teman ustadz tadi datang. Mereka langsung menyipratkan air doa-doa yang mereka suguhkan langsung.. Penari yang merasuki Ningsih, Noni Belanda, Suster ngesot, dan Orang patah-patah itu kesakitan tak karuan. Bahkan ada yang menyerang secara gaib. Namun ditangkis oleh beberapa Ustadz disana. Ustadz Lana dan beberapa teman ustadz nya mengeluarkan beberapa murid, sedangkan yang lain menyerang yang kerasukan mahkluk astral yang haus imbalan itu. Kami sekolah lebih lambat pulangnya kira-kira jam setengah lima sore. Mamakku tak menjemput ditempat biasa. Melainkan datang kekelas ku takut ada apa yang terjadi.
"Nak! Tuti! Nak!" Dia menangis sambil datang kekelasku.
"Mamak!" Aku memeluk mamak karena ketakutan akan hal tadi.
"Oalah nak kamu ga apa-apa, perasaan mamak ga enak. Takut kenapa-kenapa. Kenapa ini nak?" Mamak menangis sambil memelukku.
"Tadi pas jam pelajaran ada satu orang kerasukan, ini malah banyak mak. Tuti takut." Aku semangkin erat memeluk mamak.
"Iya nak, kita pulang. Permisi pak, saya izin jemput anak saya pulang ya." Mamak menggenggam erat tanganku dan izin ke Pak Harto.
"Iya buk, bawa lah ia ketempat yang aman. Biar beberapa siswa saya yang tangani." Pak Harto meyakinkan Mamakku akan tanggung jawab yang ia pikul akibat ulah tak bertanggungjawab ini.
.........
Mamak pun membawaku segera pulang dan keluar dari sekolah itu. Aku pulang kerumah dan demam. Itu semangkin membuat mamak khawatir. Mamak pikir aku keteguran akibat hal tadi. Jadi meminta tolong Bapakku yang pandai hal gaib ini membaca kan air yang telah ia doa kan. Ketika aku berbaring sakit aku bermimpi
Aku melihat Noni Belanda itu berjalan di gundukan dan tempat pengungsian yang lusuh "Siapa itu?" Sayup-sayup kulihat.
"Hai." kepalanya berbalik 180⁰.
Lalu berlari terbalik mengejarku dan aku terjatuh didalam mimpitu. Tersentak bangun keluar, dan ternyata sudah malam. Jam dua belas malam lebih tepatnya. Aku melanjutkan tidurku dan aku baca doa sebelum tidur. Dan meminta perlindungan pada Tuhan agar dijauhkan dari hal yang buruk dan tertidur lelap.
Keesokannya aku bangun dari tidurku dengan keadaan badan yang masih pegal-pegal. Aku izin untuk ga masuk sekolah dasar dulu karena perihal semalam. Dan sekolah kami diruqiyah total sampe hari Jum'at nya. Aku pun masuk di hari Jum'at. Aku lihat guru-guru pada menyiapkan Yasin dan Al-Qur'an, sedangkan yang umat kristen membawa Al-Kitab nya. Kami pun sama-sama berdoa agar sekolah kami dijauhkan dari makhluk-makhluk gaib tersebut dan tujuan kami hanya untuk menuntut ilmu. Bukan yang lainnya. Kami menbaca dengan tekun dan ikhlas dari lubuk hati terdalam.
"Eh Ti, kemarin aku kenapa?" Muka Ningsih lesu dan pucat.
"Engga kok, ga ada apa-apa. Itu bukan kesalahan mu kok Ning." Aku meyakinkannya dan memegang erat bahunya.
"Kok itu ada penari sih? Itu siapa yang menari pakai pasmina hijau? Mukanya make up tebal kayak orang penari. Tapi lusuh pakaiannya." Ia menunjuk kearah kelas kami.
"Ssst! Udah, biarin aja dia. Ga usah di hiraukan, dia bukan siapa-siapa kok." Aku melihat di depan kelas kami yang tak ada apa-apa dari kejauhan.
Tiba-tiba.. Ningsih pingsan..
Kami tidak tahu ada apa dengan Ningsih. Lalu aku panggil namanya dan membaca surah ayat pendek untuknya.
"Ning, Ningsih, Ningsih. Ayo bangun, pulang!
Itu bukan tempat Ningsih!" Aku menangis hingga air mata itu jatuh membasahi Ningsih.
Ningsih mulai kerasukan dan berbahasa aneh tapi campuran bahasa Indonesia juga "Saya dimana? Tolong aku, disini dingin. Kemana Vader? ik mis hem echt. Tolong! Bantu aku, aku tidak ingin terjebak disini het is hier echt eng."
Yang guruku paham dan mengerti bahasanya, itu ialah dalam bahasa belanda, Yang artinya. (Saya dimana? Tolong aku, disini dingin. Kemana ayah? saya sangat merindukannya. Tolong bantu aku, aku gak ingin terjebak disini. Disini sangat menyeramkan).
"Halo namamu siapa?" Ucapku yang tegar walau takut hingga mukaku pucat.
"Nama saya Angeliena. Disini banyak suara tembakan. Ayahku disana! Dia tak menjemput ku. Aku kelaparan." Ucapnya sambil tangis yang berada dalam tubuh Ningsih.
"Ayah kamu udah tiada, ini bukan dunia kamu. Kamu pergi ya biar kami doakan kamu disini. Ini tubuhnya Ningsih. Aku mohon Angeliena pergi dari tubuh Ningsih ya." Aku menangis memohon agar Ningsih tak dibawa pergi oleh Angeliena sang Noni-Noni Belanda itu.
"Ja ik zal voldoen, Terimakasih."
Yang diterjemahkan oleh guruku lagi (Baik, aku turuti. Terimakasih.)
Kami pun bersama mendoaan Angeliena dan dia pergi secara perlahan dari tubuh Ningsih dan Ningsih pun kembali pulih. Semoga saja arwah Noni-Noni Belanda itu tenang dan kembali ke Maha Sang Pencipta. Aku mohon sekolah ku tidaklah lagi terlibat akan hal gaib.
(BERSAMBUNG...)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments