Tak terasa sudah pertengahan bulan Ramadhan. Banyak ku lihat dari anak-anak, remaja, orang dewasa, bahkan Yang tua sekali sekalipun membeli pakaian baru mereka. Tak kecuali langsung dari pasar mau pun beli di online shop. Aku tak sabar menanti pakaian apa yang aku kenakan di lebaran nanti.
"Mak, kita kapan beli baju baru?" Menarik lengan Mamak yang lagi menonton TV.
"Nanti lusa aja lah Ti." Mamakku jawab singkat.
"Ihh kenapa nanti Mak? Sekarang aja lah yok.." Aku memaksa Mamak.
"Ihh belum cair bapakmu itu, sabar ya." Mamak menegaskan ku tuk diam dengan alasan belum cair.
Akupun pergi dan bermain di lapangan bersama teman-teman ku yang lain.
"Wee aku dah beli baju baru Lo.." Yanti memamerkan bajunya yang berpayet kemirlap bewarna ungu itu.
"Wihh iya bagus yaa.." Aku sok memuji padahal aslinya biasa aja.
"Iya, bagus nih. Boleh kenalan ga.." Tangan Ningsih yang habis bermain pasir itu mengelap-elap baju Yanti.
"Ihh Ningsih!
Liat nich bajo akoeh jadi jorok because you kotorin iyuh.." Ningsih marah karena jijik bajunya di kotori karena kejahilan Ningsih.
"Hahaha, mampos.." Ningsih lari terbirit-birit.
"Awas ya kau Ning!" Yanti menjerit seraya kesal baju baru nya dikotori Ningsih.
Aku dan Isa pun tertawa melihat Yanti menangis manja karena bajunya di kotori Ningsih. Lalu aku dan Isa pun berpamitan karena sudah mau berbuka puasa. Aku pun berbuka di rumah dan setelah makan aku mau langsung ke masjid untuk tarawih.
Malam itu aku tarawih dan bersama teman-teman ku. Aku tarawih ada sampai beberapa raka'at, namun ya masih anak-anak pada masa itu kami pun memainkan kembang api tanpa rasa bersalah nan dosa.
(Ciuuut, dor!) Kembang api kami ledakkan di tengah halaman Mesjid.
"Ehh Ning, bagi aku 1 lah mercon nya!" Ucap ku menjulurkan tangan ke Ningsih.
(mercon itu ialah kembang api/petasan.)
"Nah." Ningsih memberikan secara cuma-cuma.
"Kau tengok ni aku ya ti.." Ningsih menghidupkan mercon nya.
(...krik-krik..) Suara hening, tiada satupun suara ledakan yang keluar dari mercon nya Ningsih.
"Oalah, melempem rupanya." Ningsih kesal karena menunggu lama.
"Coba tes aku" sambil memegang mercon yang ada di jariku tuk aku hidupkan.
Ku lemparkan merconnya ke halaman dan meledak sangat keras
"Ha!!" terkejut ku.
"Wihh bisa dia kuat kali.." Ningsih bilang karena juga terkejut.
"Gila, mercon apa yang kalian pake itu?" Yanti berseru dengan penasaran.
"Mercon biasa kok, tapi mungkin si Tuti lagi hoki makanya suaranya kuat." Isa menjelaskan sambil tertawa kecil.
"Woi! itu yang main mercon sana pulang!" Remaja Mesjid memarahi kami sambil membawa sebilah sarung yang telah diikat untuk melecut kan nya pada kami agar kami ketakutan.
"Lari woy!" Yanti menginjak pergi dari situ dengan tunggang-langgang
"Woyy sabar, hahah" aku tertawa lepas, sampai-sampai sendalku copot.
"Wihh memanglah sendalku copot, untung swalou. Sendal yang susah senang, tapi tetap selow" Girangku menertawakan sendalku yang aku kenakan.
"Ehh kalian lebaran tahun ini mudik kemana?" Aku menanyakan dengan nafas terengah-engah
"Kurang tahu sih kalo aku," Ningsih menggaruk kepalanya yang gak gatal sama sekali.
"Aku sih rencana ke Singapore." Yanti menyeriwing matanya sambil dusta.
"Halah, Singapura dari alam mimpimu aja. Tukang bohong." Ucap Isa yang kesel mendengar perkataan Yanti yang terkadang nyeleneh. Gimana ga nyeleneh, Yanti setiap berucap selalu yang mewah tapi tidak terlihat darimana kemewahannya. Dan dia saja berada di keluarga yang sederhana saja.
"Kalo aku rencana ke Tebingtinggi sih. Dah kangen aku sama nenekku. Dah lama ga kesana juga." Ucapkku.
Semua mengiyakan "Ohh, jangan lupa oleh-oleh nya haha".
"Ihh belum pergi aja dah minta oleh-oleh memang lah.. dah dulu ya, aku mau pulang. Mau siap-siapan buat besok pergi." Aku bergerak dan melangkah kakiku tuk menuju pulang kerumah.
"Iya Ti.." Yanti melambaikan tangan seraya berpisah.
"Ingat Ti jangan lupa oleh-oleh."
"Awas kalo kau lupa ya Tuti!" Kawan-kawanku memperingatkan ku.
"Yahaha kalo ingat." aku mengejek dan berlari.
.........
Pada sore menjelang malam itu, tepatnya jam 18:32. Aku pun berangkat menunggu bis yang lewat di simpang jalan. Aku, mamak, beserta adik dan bapakku juga ikut kesana. Karena sudah lama tak jumpa Nenek dan Buyutku. Ketika mendapat bis, aku pun naik dan duduk didekat jendela. Aku suka duduk di dekat jendela sambil menikmati pemandangan yang indah dari luar jendela.
"Ahkirnya, ga ada sekolah. Sementara diliburkan, ahkirnya sementara ini tak ku lihat lagi muka si Buk Lasmine itu yang selalu buat muak dan cari-cari masalah terus." Isi hatiku berbicara dan sambil ku mendengarkan musik mengenakan earphone ditelinga ku.
Aku pun tidur dan kadang kala bangun, dan tak nyenyak tidur karena di bis emang seperti itu. Ku terjaga di sepanjang malam tak nyenyak tidur hingga pagi-pagi buta aku sampai di jam 05:54 pagi ku sampai. Disitu aku langsung duduk di sofa nenek dan tertidur pulas karena tadi malam aku tak nyenyak tidur. Lalu aku bangun di jam 09:00 Pagi.
"Ehh dah bangun cucu Nenek" Nenek menyapaku yang masih setengah sadar.
Menyalami Nenek dan Buyutku "Hehe iya nek, tadi aku ngantuk kali jadi ketiduran." Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal itu.
"Yaudah cepet sarapan sana." Buyut ku menunjuk ke tudung saji.
"Ya bentar lagi yut, belum selera."
"Kau mau makan apa? Mie? Telor?" Uyut memberi menu.
"Ngga usah yut, aku makan apa yang ada aja." Aku bergerak menuju dapur tuk sarapan.
Sebenarnya masih puasa sih, tapi karena aku tadi tidak sahur dan tidak baca niat puasa juga. Mana bisa ku tahan tanpa sahur jadi aku ya tidak puasa di hari itu. Dan setelah itu aku pun mendatangi teman lama ku yakni Luna dan Kak Wulan.
"Assalamualaikum.." Aku mengetuk pintu yang hening itu.
Tiba-tiba ada yang membuka "Walaikumsalam, sia.. ehh? Tuti apa kabar?" Kak Wulan mulai senyum manis padaku padahal sebelumnya dia cuek.
"Iya kak, apa kabar?"
"Sehat, ehh kau pindah kemana. Dengar-dengar kau ke Riau?"
"Iya sih, emang kenapa kak?"
"Ngga, kau kok pindah ga bilang-bilang."
"Ehe iya lupa aku kak." Aku mengeles padahal aku sakit hati karena rombongan si Dina hari itu yang mencemoohkan ku.
"Ayo kak kita main ke sawah." sambil ku melihat hamparan sawah yang luas.
"Ga ada yang berubah ya kak, masih sama. Cuma gedung-gedung nya aja yang kian bertambah." Ucapku memandangi sawah.
"Iya lah Ti.. memang kek gini-gini aja."
"Ehh kak besok-besok datang kak, Lebaran kerumah Nenekku."
"Iya aman, ehh kakak pulang dulu ya mau masak lontong. Dada.." Dia melambaikan tangannya meninggalkan ku di tengah hamparan sawah itu.
"Ya!" Aku teriak mengiyakan.
(BERSAMBUNG...)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments