Setelah selang satu Minggu, ini hari Selasa lagi. Kenapa sih hari-hari itu cepat banget berlalu heran deh. Perasaan kemarin masih Kamis, tiba-tiba tanpa kusadari udah Selasa lagi. Heuh, dahlah.
"Assalamualaikum." Buk Lasmine masuk tanpa senyuman.
Ia duduk di kursi guru "Siapkan" Menyuruh kami muridnya agar memberi hormat dan lain sebagainya.
"Siap, sebelum memulai belajar marilah kita berdoa terlebih dahulu. Berdoa dimulai,..
Selesai, Berdiri.." Kami berdiri beranjak dari kursi kami "Assalamualaikum w.b.
Selamat siang bu~" Serentak kami.
"Walaikumsalam, duduk." Buk Lasmine pun seraya duduk juga.
Yanti caper ke Buk Lasmine "Ibuk, kemarin kemana sich. Kami semua nyariin ibuk lo. Kangen..... Banget sama Buk Lasmine, yakan wee?" Dia meyakinkan menoleh kekanan kekiri.
"..." Kelas hening.
"Udah, jadi kemarin ibuk itu pesta. Makanya ga bisa hadir." Ucap sepele nya.
"Dihh mana ada guru yang meninggalkan kewajibannya demi kesenangan semata, cuih." Dalam unek isi hati ku.
"Tapi kan ibuk kasih kalian tugas, oh ya ada hafalan juga kan? Nah karena sekarang ibuk lagi baik, ibuk berikan waktu satu Minggu. Ya masa ibuk ga Dateng ke pesta nikah ada orang undang, ya kalo kalian misalnya nikah ga mungkin juga kan kalian ga datang ke pesta itu? Kalo jadi ibuk sih ya datenglah namanya juga guru kalian." Panjang kali lebar dia menjelaskan yang aku tak terlalu pahami sebab masuk telinga kanan keluar telinga kiri.
"Dih, ogah juga kalo misalnya si Lasmine itu datang ke pesta nikahku. Ga bakal ku undang si setan keriput itu." Dongkol nan umpatan dihatiku kian menjadi-jadi.
Ia pun menjelaskan pelajaran yang diberikan nya pada Minggu lalu yang dia pergi kemarin. Sebanyak apapun dia menjelaskan ku tetap tak paham dan tetap saja dongkol dengannya. Bagaimana gak dongkol? Asal aku masuk selalu aku jadi bahan gibah, bahan cari sumber masalah dan sifat buruk lainnya yang sampai sekarang tak ku pahami. Entah guru macam apa dia itu. Bahkan guru-guru yang ku temui tak ada yang begitu. Tapi aku malas berdebat dan ambil pusing. Ku tanamkan aja dongkol dan muak itu di hati. Mungkin suatu saat dia akan berubah diisi benakku.
.........
Sekarang di SD ku kelas tiga dan di Madrasah ku kelas dua. Memang selama aku sekolah full-day gini rasanya cape gimana gitu. Tapi aku jalani ajalah, namanya juga anak sekolah. Di usia ku yang masih labil gini butuh banyak asupan ilmu pengetahuan dasar, religius dan lainnya. Agar kelak aku menjadi anak yang berguna buat orang juga diri sendiri.
"Tut, kaukan Madrasah kan?"
"Iya? Emang kenapa?"
"Ihh denger-denger kita sekolah masuk siang lo, karena kan dari kepala sekolahnya bilang lokal kita ga cukup. Makanya masuk siang." Ningsih meyakinkanku entah dari mana informasi yang dia dapat itu.
Suara langkah kaki terdengar dan segera menuju kelas kami "Permisi, Ini kelas 3.B ya?" Seorang abang-abang yang lumayan cakep datang kekelas kami "Iya pak."
"Ohh." Bapak itu menutup dan sesegera memperkenalkan diri.
"Perkenalan nama bapak, pak Harto. Tinggal di asam lintang. Bapak udah punya istri namanya Buk Ratih. Kenal kan? Yang ngajar pelajaran Arab Melayu itu?" Bapak itu meyakinkan kami, "Kenal pak!" Beberapa kawanku mengenalnya dan beberapa yang tidak.
Bapak itu mengajarkan pelajaran pertama kami yakni tentang nama, alamat dan data diri lengkap kami. Lalu kami disuruh membawa Kartu Tanda Penduduk kedua orang tua dan beserta Kartu Keluarga juga. Kami pun mengiyakan. Tipikal bapak ini itu blak-blakan tapi cerewet. Jujur saja aku kadang agak gimana gitu sama Pak Harto ini, karena dikit-dikit ngomel-ngomel mulu. Tapi ga dongkol gitu, hari itu dia marah yaudah hari itu aja. Ga gimana-gimana banget.
Suatu hari aku ada lupa buat tugas Ilmu Pengetahuan Alam dari yang dikasih Pak Harto. Bapak itu kesal dan menghukum kami berdiri sampai jam bel istirahat. Dia memang marah-marah, tapi ga kayak Lasmine itu. Ya aku mau gimanapun ikut saja hukuman apa yang ia berikan padaku.
"Kenapa ga kamu kerjain Tuti?" Bapak itu nadanya yang agak tinggi menyeramkan.
"Lupa pak" Aku memalingkan muka ke lantai ubin bawah.
"Ohh lupa.. Oke bapak pun bisa lupa masukan nilai kamu." Ia mengambil pena dan membuat daftar merah di nilai ku dengan tanda strip.
Aku tak bisa apa-apa lagi selain pasrah saja. Ya habisnya mau gimana coba? Ga bisa berbuat yaudah gitu deh. Ya lagian itu juga kelalaian ku tak mengerjakan tugas yang ia berikan. Tapi walaupun begitu aku tetap tegar, toh cuma satu kali.
Syn beralih ke Madrasah. Ini hari Kamis sih, Belajar bahasa Arab. Tapi Pak Nuh ga dateng, katanya ada urusan tentang anak madrasah yang mau lulus. Jadi dia yang urus. Yang sementara mengajar kami ini Buk Lasmine. Asli deh, gedeg banget aku. Males bet kalo dah pelajaran dia yang mengajar. Tapi ya mau gimana. Semoga lancar-lancar aja deh.
"Buka buku halaman 140 tentang kehidupan dalam kosakata bahasa arab." Tegas nya membuka sebalik demi sebalik kertas di halaman buku itu.
Kami pun mencatat Bahasa Arab, Latin dan Terjemahannya. Dan disuruh menghafal dengan Buk Lasmine tadi. Beh, disitu perasaan ku dag-dig-dug. Karena harus dihari itu juga di hafal. Perasaan kalo sama pak Nuh mah bebas mah hafal kapanpun. Tapi semaksimal mungkin ku bisa hafal. Dan saatnya giliran aku.
"Tuti maju."
Srrtt.. suara kursi yang aku duduki dan kini berdiri ke depan untuk mempersentase kan hasil hafalanku "Baik buk." Ku maju kedepan.
Ku hafal kata demi kata, terjemahan demi terjemahan aku hafalkan. Padahal tinggal satu kosakata lagi yang tertinggal ia demikian.
"Apa? Lupa?
Gitu aja lupa lelet kali kau menghafal! Udah sana berdiri aja lah kau sama kebodohan mu itu." Jawabnya kasar dan tidak mendidik.
Jelas aku sakit hati, ya gimana coba waktu menghafal cuma sepuluh menit. Sedangkan aku butuh ketenangan buat menghafal dan juga waktu yang banyak buat menghafal. Yang dihafal ada ±20 kata beserta terjemahannya. Tentu setiap orang kemampuannya beda-beda. Tah kenapa bisa ada guru seperti itu.
"Dahlah duduk kau sana. Besok kau hafalkan sama pak Nuh. Ga sama ibuk, ga sama guru lain. Lelet kali kau hafal, malas kau aja kau banyak-banyakan." Jawabnya lantam dan nyaring.
Ya aku tak bisa apa-apa selain berderai air mata dan duduk di pojok belakang dan aku pun menunggu agar cepat bell pulang. Dan kini bell pulang itu terdengar sayup-sayup. Aku pun pulang tanpa menyalami Buk Lasmine itu. Aku terobos pintu karena kesal dan tinggal pergi.
(BERSAMBUNG...)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments