Hari ini menurutku suram. Karena yang mengajar Buk Lasmine. Mata pelajarannya kan udah diganti juga. Dan pelajaran Fiqih di ganti ke kamis. Jujur hari ini jadi hari yang malas buat aku. Ditambah lagi sama guru yang tak pantas dikata guru itu.
(Tuk, Tuk Tuk..) Suara langkah kaki menggunakan sepatu hak tinggi. (Ceklek..) Pintu kelas kami dibuka. "Assalamualaikum." Buk Lasmine menutup pintu kelas kami.
"Walaikumsalam buk." Kami berserentak.
Ia ku lihat masuk ke kantor yang bersebelahan dengan dilokal kami. Oh ya kantornya ini pas-pasan di dalam lokal gitu. Jadi ya sampai sini pasti kalian paham. Ia kembali dari kantor dan ke meja guru berkata "Siapkan."
Ketua kami pun menyiapkan kelas dan kami baru saja masuk pagi itu tiba-tiba langsung di buyarkan dengan hafalan barunya. Memang cuma niat-niat sholat saja tapi itu niatnya bisa sampe 6-7 niat dalam waktu singkat. Asli coba aja jadi kalian, disuruh hafal sebanyak itu. Terlagi masih anak-anak. Kalo satu atau dua minggu ya ga masalah ini dengan waktu 15 menit aja. Disitu asli aku mangkin menggebu-gebu tak karuan. Terbelum lagi aku mendengar cacian nan makian yang ia kiaskan keluar dari mulutnya yang penuh hina itu. Baru saja sebulan kemarin aku merasakan kebebasan tak ada dia. Ehh kini dia datang dengan baju dan rok panjang yang ketat dengan jilbab yang memperlihatkan dadanya itu. Kini giliranku yang maju, karena acakan dari absensi kelas. Kali ini menghafal niat sholat witir dan niat sholat lainnya.
"Tuti Maju." Ketusnya.
"Usholli sunnatan minal witri.. " Aku terbelanga terlupa dan tak lancar.
"Heeehhh... Kebiasaan kau. Dah sana berdiri di luar kelas, Cepat!" Dia sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil membentak keras menghusirku.
Ida melihatku "Ehh Tuti kenapa disini?"
"Aku disuruh menghafal, sampe 7 niat gini, beda-beda lagi niat sholatnya. Dalam waktu cuma 15 menit. Ya gimana ga hafal coba, kemampuan orangkan beda-beda. Dia pun ga ada otaknya. Geram kali aku lihatnya!" Aku menghela nafas panjang.
"Wihh yang sabar ya Ti, kemarin aja aku digituin. Cuma ga hafal dikit aja langsung marah-marah kebakaran jenggot dia. Semangat ya." Ida memberi semangat sambil lewat menuju kelas sebelah.
"Iya makasih ya Da." Aku melambai tangan perpisahan singkat.
Jujur, aku malu banget. Karena bukan Ida aja. Tapi ada Wak Sari yang lihat. Tapi mungkin dia ga mau aduin ke orang tua ku lagi, karena kemarin gegara dialah masalahku disekolah terbongkar. Aku ga mau mengadu mau gimanapun gurunya. Ya walaupun kayak Si Lasmine ini. Tapi tegar ajalah, toh ga ada kekerasan aja cuma bentakan aja tetap badak. Cuek aja toh kan dia yang marah-marah. Kebanyakan marah juga buat cepat tua dan bentar lagi tinggal cosplay ubi aja tuh si Lasmine haha. Tak terasa bel pulang berbunyi kini aku harus ke SD ku. Aku bersiap-siap pulang dan membereskan tas di Madrasah ku. Ku pulang tapi menyalami Buk Lasmine. Kalian tahu apa sehabis aku menyalami dia? Aku merasa jijik dan berlari ke Mesjid untuk membasuhi Kening dan tanganku dengan air mengalir. Seburuk itukah aku? Tidak demikian. Justru itulah kebencian dalam hatiku selama ini dengan Si Lasmine. Ingin sekali rasanya ku viralkan. Tapi ingat Handphone milikku cuma BlackBerry. Itupun minim buat internetan. Tidaklah kuat lagi. Palingan Handphone ku tadi buat Sms-an, Nonton YouTube, dan dengerin lagu. Kalo buat swafoto, BBM, dan Facebook perizinan google nya udah di blokir. Gegara udah jadul sih.. Tapi menurutku ga masalah walaupun dipake era sekarang. Karena aku suka banget masa itu pake BlackBerry. Jadi mau sejadul apapun itu tetap saja ku pakai walau kawan-kawan ku udah upgrade ke android semua.
.........
Aku pun pulang kerumah, aku letakkan ranselku di meja belajar dan terduduk di kursi sambil menghidupkan kipas. Cape banget sih tadi, lebih tepatnya cape di mental. Karena menghadapi nenek keriput tadi alias Si Lasmine. Aku pun bergegas kesekolah dan berpapasan dengan Andi.
"Andi!" Aku teriak memanggil dan melambai.
"Iya." Dia mengangguk dan sambil pergi, kayak orang yang terburu-buru.
Aku menghiraukan dan masuk kekelas pada masa itu. Lalu aku berpapasan dengan Ningsih.
"Ningsih!" Aku menepuk pundaknya pelan.
"Ehh iya. Ada apa Ti?" Dia terbenganga
"Ngga, ehh ini ada si Hana."
Oh ya Hana ini adalah anak pindahan dari lokal sebelah, kelokal kami. Kami dahulu ada tiga lokal dan sekarang menjadi dua lokal saja.
"Iya, Ti hehe.. Sini main sama kami." Dia menyodorkan permainannya.
Aku menyipitkan mata dan fokus melihatnya "Mainan apa ini?"
"Ini tuh spinner." Dia memberikan pinjam mainan aneh itu.
"Wihh, bagusnya kelap-kelip. Beli dimana? Aku juga mau!" Aku ingin sekali memiliki nya dan tak berhenti-henti memainkannya.
"Di pasar aja beli, tapi harganya lima puluh ribuan."
Aku terkejut dan segera mengembalikan mainan milik Hana "Ihh mahalnya, ga jadi deh."
"Aku orangnya kurang suka menghambur-hamburkan uang. Mending buat beli bakso kenyang." Ucapku ketus.
Aku kembali ketempat dudukku. Aku melihat-lihat buku Ilmu Pengetahuan Sosialku. Disitu aku melihat Candi Muara Takus yang indah. Aku ingin sekali kesana namun tak kesampaian. Beberapa kali aku mengajak Mamak dan Bapak, tapi mereka enggan kesana. Diriku sih ingin sekali, aku ingin melihat bagaimana struktur bangunan pada candi tersebut. Aku memang suka hal-hal yang berbau sejarah. Apalagi hal mistis hehe.
.........
Konon sekolah dasar ku ini bekas kuburan kolonial belanda. Bukannya mengada-ada. Memang iya, dulunya sekolah ku ini adalah bukit-bukitan dan beberapa ada bekas galian dan sekarang berubah jadi rumputan hijau yang luas. Beberapa guru meyakini kalo tempat kami bekas kuburan. Dan beberapa anak indigo Kakak kelas kami juga mengiyakan ada seorang Noni-Noni belanda di kelas 4.A dan 4.B. Ia suka sekali bersemayam. Jadi tak heran ada juga yang kerasukan massal disitu. Belum lagi yang iman dan pikirannya kosong. Gampang sekali mahluk halus itu merasuki teman-teman kami yang tengah belajar. Aku pun menghiraukan nya karena ku pikir itu hanyalah khayalan semata. Aku sebenernya ya takut. Jujur aku takut, tapi akhirnya anggap aja jikalau semua itu hanya khayalan. Tapi tanpa kusadari, banyak teman-teman ku yang kerasukan di kelas juga pada jam pelajaran. Awalnya kami pikir hanya bercanda dan ternyata diluar dugaan kami. Dia kerasukan sosok Noni-Noni belanda tadi. Ia berkata apa aku juga tak mengerti. Kian itu hantu menjadi-jadi entah apa yang bisa kulakukan nanti.
(BERSAMBUNG...)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments