Kini ku sampai di Riau. Seperti biasa aku harus menjalani sekolah sebagaimana mestinya. Aku tiba jam 03:00 pagi. Kini aku turun di simpang sebelum rumahku. Jauhnya paling kurang-lebih 350 meter saja. Aku membantu Bapak menurunkan barang-barang ku, dan juga barang yang lain. Ya aku kembali ke kota kecil ini lagi. Hari liburku sudah berakhir. Dan akan ku lihat lagi muka kecut si Buk Lasmine itu. Tapi aku tak terlalu berpikir panjang karena badanku pegal dan aku tak begitu nyenyak tidur di bus tadi. Lalu aku langsung pergi membuka pintu rumah dan langsung kekamarku. Barang-barang? Tak sempat ku bereskan. Rasa kantukku kian menyelimuti. Pegalku menghunus diri ini. Ku pejam kan mata dan tiba saat aku terbangun karena sekolah. Mandi dengan air hangat, memakai baju merah putihku dan mengenakan atribut lengkap. Aku sekolah dan bertemu dengan teman ku yang membicarakan hari mudiknya.
"Ehh Ti, libur lebaran kemana?" Andi menanyakan.
"Ke Tebingtinggi, tempat Nenek ku." Aku menjawab dengan senyum ramah tamah.
"Wihh mana nih oleh-oleh nya Ti? katanya kalo kesini bawa oleh-oleh." Ningsih mengecek ku.
"Ihh kau ini asik oleh-oleh aja, baru aja aku sampai tadi pagi." Muka ku masam menyerungut ke Ningsih.
"Ihh bercandanya aku, tapi kau kesana ngapain aja?" Ningsih berkata demikian.
Aku minum seteguk air "Ya berlebaran, jalan-jalan, baru menikmati beberapa kuliner aja." Ucapku sambil mengingat-ingat.
"Ohh.." Dia mengangguk-angguk paham.
Pelajaran pun dimulai, dan itu pelajaran Bahasa Indonesia. Aku mengikutinya sebagaimana mestinya aku sekolah dan mengikuti pelajaran.
.........
Aku bergegas pulang dan menunggu Mamakku di tempat Ponsel Handphone. Disitu kulihat Handphone dengan kualitas yang wah dan kece badai. Tapi teringat aku tak mampu membeli sendiri karena ku masih anak-anak. Lagi pula masih pelajar. Palingan sesekali aku beli pulsa lima ribu atau sepuluh ribu saja, untuk berkabar dengan Nenek atau Ika.
(Tiin..) Klakson mamak berbunyi.
"Ya!" Teriakku menyapa balik.
Ku hampiri mamak yang duduk di sepeda motor hendak menjemput ku "Yok cepat, panas ini soalnya." Mamak berkipas karena hari itu panas terik.
"Ya, yaudah ayo." Aku naik ke sepeda motor itu di bangku belakang.
Lalu aku pun pulang karena masih capek aku pun duduk sebentar di ruang tamu dan ku tunda tuk membuka baju dari sekolah dasar tadi.
"Ehh cepet diganti bajunya." Mamak terburu-buru.
"Nantilah Mak, capek habis pulang tadi. Lagian baru jam 13:50. Bentar aja Mak, lima menit aja." Ngos-ngosan ku padahal aku tidak sedang lari.
"Yaudah. Tapi habis itu cepat ganti bajunya ya!" Mamak memperingatkan ku dan pergi ke halaman rumah.
Aku pun duduk sembari melihat kartun kesukaanku. Aku pun sampai lupa tak tahu sudah jam 02:15 saja karena keasyikan nonton televisi.
"Astaghfirullah.. Tuti!
Kau lihat dah jam berapa? Terlambat lah kau!" Mamak teriak histeris bercampur panik melihatku tengah santai.
"Loh!" Aku segera beranjak dari tempat dudukku dan meninggalkan televisi ku. Aku pun bergegas ganti baju.
"Cepetan Ti!" Mamak menunggu di sepeda motor agar ngebut ke sekolah madrasah ku.
"Iya, sebentar." Jawabku sayup-sayup.
Lalu aku pun naik ke sepeda motor yang di kendarai mamak. Dan setelah itu aku pun sampai disekolah dengan keadaan amburadul juga berserakan ditambah terlambat.
Ku ketuk pintu yang sudah ada gurunya, itu hari Senin yakni Pak Sahya "Assalamualaikum pak." Aku ucap salam dan nafas yang terengah-engah.
"Darimana aja Tuti? Ini dah jam berapa? Sudah sana masuk." Jawab bapak itu ketus.
"Iya pak, tadi baru sampai dari sekolah SD." Jawab bohongku tergesa-gesa.
"Iya yaudah, lain kali jangan telat lagi." Bapak itu meloloskan ku dan memberinya peringatan ringan.
Ia pun mengajari kami tentang beberapa kutipan ayat Alqur'an dan membahas tentang puasa. Ya karena bulan lalu kan bulan suci ramadhan. Jadi tentu saja bapak itu mengulas lebih dalam tentang puasa. Niat, larangan, yang dilakukan semua dia kupas satu persatu. Aku pun mengikutinya dengan serius karena mengingat diriku yang terlambat waktu lalu. Ya agar tak mengecewakan dirinya aja sih.
.........
Hari Selasa lagi. Paling malas ku sekolah di hari ini. Pasti selalu saja Buk Lasmine yang masuk. Terkadang emosi juga lihatnya, selalu cari masalah orang dan menggunjing anak muridnya. Tampangnya bagai ba' anggun rupawan, namun dibalik segelintir cadar bersih nan suci itu terdapat segumpal benci dan kedengkian. Rasanya saja aku sudah malas mau bersekolah disana. Tapi unek-unek ku, ku pendam kian agar tetap ku ikuti pelajaran itu. Tapi kenapa hati berkata lain demikian. Ku bimbang lan tiada tahu-menahu bagaimana lagi diri ini tertata. Lamunan dan curahanku saja tidak bisa kuutarakan. Tapi sudah lah, jalani saja penderitaan. Semoga suatu saat dapat ku balaskan. Itulah yang ku pikirkan sepanjang hari Selasa kian.
"Ehh Buk Lasmine datang!" Ucap Yanti muka serius.
"Ihh iya?" Aku panik mengambil posisi tempat dudukku.
"...." Kelas itu hening.
"Mana? Mana?" Isa heran.
"Sst.. diam dulu!" Yanti meyakinkan untuk senyap.
"Yahaha, kena tipu. Togel, Togel,.. Tokoi gelem." Ucapnya yang kelakar.
"Hahaha memang, kurang ajar si Yanti." Ucap Isa sambil tertawa lebar.
"Hahaha kukiraa lah." Aku tertawa hingga terpingkal-pingkal padahal sudah mode panik dan bersiap-siap akan hafalan yang beruntun bagaikan gerbong kereta api.
"Iya udahlah gini ajakan enak, diem. Biasanya kayak orang mau kondangan." Ucap salah satu temanku.
Pak Sahya masuk kekelas kami tanpa permisi "Hai anak-anak, maaf ini ada tugas dari Buk Lasmine. Karena dia ada acara diluar jadi ga bisa datang." Pak Sahya langsung memberikan tugas soal essay di lembar kertas itu.
"Sini pak biar saya yang dikte." Ucap Yanti menyerebut kertas itu.
"Iya yaudah, bapak tinggal dulu ya." Pak Sahya pergi keluar.
"Emang Buk Lasmine ke mana? Baru aja masuk dah soal lagi." Isa kesal.
"Ihh denger-denger yach, sinih biyar aqoeh kasyih tawuh. Diya itoh pergi undangan. Behh orang nikah sich. Tapi mevvah banget, aww I like it dech. Tapi sayang I can't datang ke pesta itu. Duhh sayang banget dech.. hiks" Dia lebay kembali dengan kata-kata manjanya yang tah dari mana ia dapatkan.
"Kau ngomong bagus dikit lah, ngomong kayak orang celat ga bisa ngomong gitu. Orang celat aja pun Masih bisa ngomong." Ucap ku kesal melihat gaya bicaranya.
"Iya, yaudah. Buk Lasmine pergi ke pesta undangan orang nikah. You puas Tuti?"Hellow~ ?" Semangkin menjadi-jadi.
"Iya." Jawabku ketus dan pergi.
"Syukur dia ga datang jadi bisa puas aku tanpa dia." Gumamku.
(BERSAMBUNG...)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments