12. Hari Raya (2)

Wihh ahkirnya dah sampe juga. Aku meregangkan otot-otot ku yang pegal dengan mengulat.

"Ehh Tuti, apa kabar? Dah lama ga nampak ibuk.." Buk Juni menyapaku.

"Ehh iya buk, Tuti pindah ke Tebingtinggi, 2 tahun lalu kan. Baru pindah ke Riau setahun lalu. Makanya dah lama tak nampak." Ucapku sambil menghentikan langkahku sejenak.

"Panteslah, ga nampak ibuk.." Buk Juni mengangguk-anggukan kepalanya seraya paham yang kumaksud.

"Iya buk.. hehe" Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal itu.

"Ehh sinilah mampir ke warung ibuk dulu, makan nih ada mie goreng kesukaanmu." Ibuk itu sampai-sampai paham apa yang kusukai, entah darimana ia mengetahui nya.

"Iya buk, ntar Tuti beli. Sekarang mau istirahat dulu dirumah cape tadi dari Tebingtinggi juga. Bye buk.." Aku melambaikan tanganku sambil pergi langkah demi langkah menjauh.

'Iya Ti, hati-hati ya.." Ibuk itu membalas lambaian ku kembali.

Aku pun seperti biasa, mengendap-endap seperti maling. Dan mengejutkan Mamakku bernama Mak Nu yang sedang memasak kue. Mamak memang terkenal akan kue nya yang enak. Baik Bolu, Brownies, Pancake, kue kering dan basah, dan kue-kue lainnya. Terkadang aku suka memakan kuenya bila selepas habis makan yang berat-berat saja, istilahnya kayak pencuci mulut kesannya.

"Waa!" Aku mengejutkan Mamak Nu dan anggota Mamak Nu yang lainnya.

"Ehh!" Mamak terkejut histeris.

"Ihh ngaggetin aja kau Tuti, untung jantung mamak ga copot." Mamak sedikit kesal dan terkejut.

"Hehe, biarin aja mamak senam jantung dulu" Olok ku.

"Ehh Tuti? Ihh ibuk terkejut loh ti." Anggota Mamak mengelus-elus dada selepas terkejut

"Ihh kapan kau sampe? Sini masuk dulu.." Mamak membantuku mengangkat koperku dan mempersilahkan kami masuk, juga meninggalkan pekerjaan nya sejenak.

"Sini Ti, makan dulu. Mamak ada masak ayam goreng sama sayur daun ubi tumbuk aja sih. Ini yang ada mamak." Mamak Nu membuka tudung saji nya.

"Ihh yaudah Mak gak apa-apa, enak juga nya itu. Tapi bentar lagi ya Mak aku makan, aku mau beberes dulu. Oh ya Mak? Aku letakkan koper ku ini di kamar berapa?" Aku heran karena ada 3 kamar dalam 1 rumah itu.

"Di kamar tengah aja, disitu ada bude mu yang tidur bangunin aja. Jangan dikejutkan kasian dia dah tua." Mamak Nu memperingati.

"Iya Mak.." Aku bergerak meletakkan koperku tadi ke kamar tengah itu.

"Mak, aku bentar ke kamar ya?" Aku ngomong sama mamakku.

"Iya, ini sekalian Ti. Tas mamak bawa ke sana ya. Mamak laper mau makan dulu." Ia mengambil sebilah piring dari rak piring.

"Iya yaudah Mak.." Aku beranjak ke kamar.

Aku melihat Bude Liis tengah tertidur sambil memutar Lagu Batak. Lalu aku meletakkan barang-barangku dan membanguninya nanti.

"Ehh? Tuti!" Bude terkejut dan serentak terbangun dari mimpinya.

"Lho bude kok denger. Padahal aku pelan-pelan biar ga kebangun bude." Aku meletakkan tas mamak di belakang pintu kamar dan mencantolkan nya di gantungan.

"Ihh iyalah bude denger, kapan kau datang?" Bude serasa tak percaya dengan kehadiran ku.

"Barusan sampe ini ha." Aku menyalam budeku yang setengah sadar itu.

"Bude sendirian aja? Bude Is mana?" Aku melenggok kan kepalaku kekanan ke kiri pintu luar kamar.

"Ga dateng, katanya mau cari duit dulu. Diakan guru les." Bude menjelaskan.

"Ohh gitu ya bude," Aku duduk di tepi ranjang.

"Iya, dah makan kau? Makan sana ada ayam tadi. Kalo ngga ini beli mie goreng tempat buk Ning." Bude mengeluarkan uang nya dari saku.

"Ngga usah bude, ntar lagi aku makan kok. Bude tidur lagi aja aku mau ganti baju dulu. Agak sesak pake baju kayak gini apalagi tadi habis dari bis." Aku melepas baju ku dan mencari bajuku yang di koper ku beresi tadi malam.

"Iya yaudah, bude mau keluar dulu. Mamakmu datengkan kan?" Bude bersemangat.

"Iya semua kami dateng, sampe bapak pun ada. Datang lah sana, kan dah lama ga jumpa juga sih" Aku tertawa kecil.

"Iya, bentar ya Tii.." Bude langsung keluar berlari kecil dari kamar nya menuju ke mamakku.

Aku pun segera mengganti baju ku dan mengganti baju rumahan. Jujur saja aku kurang suka pake baju yang panjang menjuntai begitu. Aku lebih suka yang pendek sih. Karena lebih nyaman aja gitu.

"Mak, aku bentar ya tempat Buk Juni. Mau beli Mie gorengnya." Aku bergerak menggenggam uang di tanganku yang siap hendak pergi membeli mie goreng tadi.

"Iya hati-hati" Suara Mamak samar-samar karena ku menjauh dari rumah Mak Nu.

Aku pun berjumpa lagi dengan Buk Juni, dan membeli mie gorengnya, juga aku melihat beberapa gorengan yang kelihatannya baru diangkat dari penggorengan dan masih hangat.

"Buk Juni, ini berapa gorengan nya?"

"Ohh seribuan itu Tuti.. " Ia bicara sambil memasak gorengannya yang lain.

Aku menggangguk paham "Ohh.."

"Buk, dah berapa mie goreng?"

"Ohh mau mie goreng ya? empat ribu rupiah sih. Soalnya bahan-bahan lagi naik." Dia menjelaskan dengan seksama.

"Alah masih murah buk, dulu aja tiga ribu ga ada masalahnya. Yaudah buk, Mie goreng nya buat dua bungkus. Tapi mie gorengnya satu jangan dikasih kuah gulai gitu, ga enak.. tapi kalo bapak gak apa-apa.." Aku menjelaskan apa yang bapak suka dan aku tak suka.

"Ohh iya Ti, bentar yaa. Ibuk masak gorengan ini dulu." Sambil dia mencuci tangannya yang berlumuran tepung.

"Kau berapa lama disini Ti?"

"Mungkin seminggu kurang lebih buk." Tak yakin dengan jawaban ku.

"Ohh, dah lama juga kau ga kesini. Entar tahun depan dateng ngga?"

"Kurang tahu juga, soalnya ikut bapak/mamak juga. Bisa dan maunya kapan, kalo Tuti di tanya ga tahu sama sekali." Ucap ngeles ku mengelus kepala belakangku.

Buk Juni siap menyelesaikan pesanan ku yang dibungkus dengan kertas nasi dan daun pisang yang terbungkus rapi

"Ini Ti, delapan ribu aja." menyodorkan bungkusan itu padaku

"Oh ya buk, Ini Tuti ambil goreng kan delapan ribu. Sama ini ada delapan ribu. Jadi semuanya enam belas ribu ya buk. Kembaliannya empat ribu lagi ya buk. " sambil mengira-ngira kembalian.

"Iya tunggu Ti.." Buk Juni mengambil kembalianku dari laci milik dagangannya.

"Makasih ya Ti."

Senyum ramah tamah ku sambil pergi meninggalkan Buk Juni "Iya buk sama-sama.."

Aku pun kembali pulang kerumah Mamak Nu dan menginap disana. Aku kurang tahu kapan pulang ketempat Nenek dan ke Riau kembali? Tapi aku tunggu aja Mamakku dan bapakku kapan pulang.

.........

Aku duduk di sofa, dirumah Mamak Nu. Aku lihat Abang sepupuku yang habis saja pulang dari tempat bermain favoritnya yakni warnet. Entah apa yang dia cari di warnet itu, bahkan sampai-sampai 24/7 dia selalu saja main di warnet. Tetapi semenjak kepergian paman ku jadi diapun mulai mengurangi bermain warnetnya.

"Baru pulang bang? Dari mana?" Sahutku menggertak.

"Ehh, kau kapan ke sini Ti?" Ia keheranan melihatku yang tengah duduk di sofa.

"Tadi siang." Aku menyalami nya

Dia menyalami ku kembali dengan merantukan tangannya ke dahiku "Aduh! Memang kurang ajar!" Aku kesal berteriak.

Dia tertawa lari pergi ke kamarnya "Biarin lah.."

Lalu aku pun melihat televisi, acara kesukaan ku yaitu kartun. Apalah yang ditonton anak-anak selain kartun saja. Toh kartun kan juga hiburan. Entah berantah darimana paman dari abangnya bapakku pulang dan mengganti acara televisi ku.

"Pakde ini sama aja kayak bapak. Ga pernah aku sedikit pun nonton dengan tenang. Selalu aja di ganggu film kesukaanku." Aku kesal mengherumus.

"Alah ini dulu tonton, nanti pakde ga bisa liat lagi." Dia langsung duduk mengangkang sambil menonton televisi itu. Dan ketiduran.

"Ihh sempat pula dia ketiduran, dahlah ku ganti aja." Aku ganti nya lewat tombol di televisi.

"Ehh Pakde belum siap nonton. Jangan di ganti!" Dia berteriak serasa orang setengah sadar yang baru terbangun.

"Ihh apa pula, buat apa nonton sambil tidur? Tidur-tidur aja, yah nonton-nonton aja!" Aku kesal tinggal pergi.

Lalu aku pun pergi keluar buat berjalan-jalan kecil sebentar sembari mengurangi rasa kesalku. Aku pun banyak melihat banyak sekali perbedaan. Padahal baru saja rasanya ku tinggal setahun lalu. Tapi kini ada gedung-gedung, layanan agen bank, dan penjualan yang beralih menggunakan uang digital mulai beredar. Beda sekali dengan tempat yang ku tinggal sekarang. Tapi aku tak menghiraukan itu semua.

"Hmm aku bosen, aku pesan ojek online sajalah biar jalan-jalan. Lagipun orang tuaku ga tau kok xixixi" Tertawa kecilku.

Lalu aku pun berjalan-jalan di kota sambil naik ojol entah tidak tahu tujuan. Yang penting aku di kendarai saja. Aku pun berhenti di mall untuk melihat-lihat saja alias cuci mata. Jikalau aku di rumahku sana pasti ga ada mall. Karena masih berkembang.

Aku pun berjalan mengitari mall itu sepanjang jalan. Dari lantai satu ke lantai yang lainnya. Ada kulihat obral baju, buku-buku, permainan, dan lain-lain. Terlihat seru, tetapi aku hanya membawa uang pas-pasan. Ya nanti mau pulang kerumah pake apa? memang jalan kaki. Jadi ya jalan-jalan saja disitu, cuma beli Boba doang yang harganya cuma lima belas ribu. Lalu aku pun pulang naik angkutan kota yang melintas kearah jalan Singosari.

Tangan ku melambai-lambai menyuruh angkutan kota itu berhenti "Stop bang, stop!"

"Mana dek?"

"Ke Singosari."

"Yok lah gas." Ucap nya yang agak slengean.

Aku pun naik angkutan kota itu dimalam hari dan rasanya enak-enak saja. Ditambah dangdut nya karena ku duduk paling belakang ialah ciri khas dari angkutan kota tersebut. Lalu ku bayar dan turun di depan gang menuju rumah Mamak Nu.

Tok-Tok-Tok, pintu ku ketuk "Assalamualaikum.." Sahutku.

... Hening tak ada yang menjawab. "Assalamualaikum..?" Aku agak merusuh biar pintu itu dibukakan.

"Walaikumsalam, ehh.

Dari mana kau?" Mamak Nu keheranan.

"Dari sini-sini aja kok sambil cari angin. Tadi agak kesel pas nonton televisi di rebut sama Pakde." Senyum menyeringai lebar.

"Ohh yaudah masuk.." Mamak Nu membuka pintu.

"Abang mana Mak?" Aku menoleh kanan kiri ga ada orangnya.

"Pergi, mamakmu, adikmu, bapakmu pun pergi tah mana. Kau tadi dicariin ga ada." Mamak menjelaskan sambil memakan roti dan teh yang hangat.

"Ohh gitu." Aku terduduk linglung di sofa.

"Yaudahlah Mak, aku mau tidur dulu ya."

"Iya Ti, tidurlah."

Lalu ku cuci muka. sikat gigi, dan siap-siap mau keranjang tidurku. Kulihat Bude Liis yang tengah tidur duluan seperti helikopter.

"Ihh bude awas dikit, aku juga mau tidur."

"Ohh iya." Tiba-tiba dia menyelimuti ku padahal aku kepanasan.

"Ini apa? Ohh selimut, panas soalnya" Aku menepikan selimutku.

"Loh kenapa dibuka? Biar ga masuk angin" Budeku mulai menyelimuti ku kembali.

"Ihh panas lo bude!" Kesalku kembali hadir.

"Ga, nanti kalo misalnya ada kucing lewat genteng. baru kotorannya jatuh masuk ke mulut mu kek mana?" Budeku meyakinkan ku.

"Emang ada ya?" Aku heran tak percaya.

"Iya ada! Bude dulu pernah. Makanya bude pake selimut tiap tidur, jadi kalo ada misalnya kucing ga sengaja kotorannya jatuh kan gak apa-apa." Ucap bude ku ngeles.

Lalu kami pun ketiduran karena perihal itu.

.........

Sekarang waktuku sudah habis. Bapak memesan tiket kereta api untuk kami pergi dini hari ke Tebingtinggi. Aku pun akan kangen dengan kota yang indah ini. Akan Mamak Nu dan Bude Liis yang menyambut hangat kehadiranku.

"Bude, Mak" Aku menyalami mereka karena perpisahan itu muncul lagi hendak pulang ke Tebingtinggi.

"Iya hati-hati ya, Ti. Yang rajin dan giat belajarnya. Bantu orang tua juga." Ucap Mamak Nu.

"Iya Ti, ini Bude ada sedikit uang buat Tuti. Dari Mamak Nu juga." Uang seratus ribu keluar dari dompet kecilnya.

"Ihh ga usahlah kak" Ucap Bapakku.

"Ihh ngga apa-apa, untuk Tuti sekali-kali dia datang." Bude mencengkram tanganku agar menerima uang itu.

"Iya bude, makasih ya bude. Tuti pergi dulu. kapan-kapan Tuti kesini lagi." Ucapku sambil nada rendah nan sedih meninggalkan mereka.

"Tuuuttt... Jes-jes-jes.. Tuuuuuttttt.." Menunjukan kereta api telah tiba.

"Ehh Tuti tunggu!" Buk Juni memanggilku sambil berlari terengah-engah.

"Ehh Buk Juni? ada apa buk?" Aku heran sambil tergesa-gesa karena kereta sudah mau tiba.

"Ini ada sedikit rezeki buat Tuti." Buk Juni meletakkan uangnya tepat di telapak tangan ku.

"Ihh ibuk ini apalah, ga usah lo buk." Kataku.

"Engga apa-apa, buat Tuti jajan ya. Ibuk soalnya ga bisa kasih apa-apa". Ucapnya senyum dengan mata menyipit.

"Makasih ya buk." Aku menyalam mereka dan buru-buru naik ke gerbong kereta yang hendak dua menit mau berjalan ke Tebingtinggi.

"Dada semua!" Aku melambaikan tanganku ke kaca di gerbong.

Ku lambaikan sampai-sampai tak terlihat lagi wujudnya di jendela di koridor itu. Buk Juni itu memang baik sedari ku kecil. Entah kenapa tapi aku syukur karena ku disayangi oleh orang disekitar ku dan tak selalu terintimidasi. Dan kini ku kembali ke Tebingtinggi.

(BERSAMBUNG...)

Episodes
1 1. Aku Anak Pindahan
2 2. Pengen Madrasah deh..
3 3. Hujan
4 4. Bermain Sampai Lupa Daratan
5 5.Syukur Dia Tak Datang
6 6.Kisahku
7 7.Kisahku (2)
8 8. Salah Paham
9 9. Ujian Telah Tiba
10 10. Hari Raya Telah Dekat
11 11. Hari Raya
12 12. Hari Raya (2)
13 13. Pemberhentian Terakhir Di Hari Raya
14 MENYAMBUT RAMADHAN
15 14. Pulang
16 15. Sekolah Kembali
17 16. Minggu Depan
18 17. Sekolah Madrasah Ku Tertunda
19 18. Suram
20 19. Suram (2)
21 20. Berjalan Normal
22 21. Ini Yanti Kan?
23 22. Diam Tak Berkutik
24 23. Bapak Pergi Merantau
25 24. Dendam Telah Membutakan Ku
26 25. Selamat Jalan, Buyutku
27 26. Lupakan Kenangan Pahit
28 27. Kesal
29 28. Tuti Berhenti Sekolah, Ya?
30 29. Tanpa Kehadirannya
31 30. Ujian Semester Telah Tiba
32 31. Ia Telah Datang
33 32. Libur Penuh Arti
34 33. Sua Jua Di Semester Dua
35 Curahkan Saja
36 34. Luka Duka Buk Lasmine
37 35. Terbayang Pilu
38 36. Usil
39 37. Sampai Jumpa Nenek!
40 38. Pasar Malam
41 39. Hari Kemerdekaan
42 40. Beberapa Tahun Berselang
43 41. Yang Aku Dambakan
44 42. Aneh
45 43. Pasti Ku Hanya Mimpi
46 44. Akhir Tahun
47 45. Selamat Tinggal
48 46. Pinjam Uang
49 47. Guruku Ngambekan
50 48. Guruku Ngambekan (2)
51 49. Mataku Kenapa?
52 50. Kejadian Tak Ku Sangka
53 51. Bahan Olok-olokan
54 52. Lelah
55 53. Kejadian Aneh Pada Diriku
56 54. Fakta, Bahwa Ia Ada!
57 55. Misterius
58 56. Dimana Aku!?
59 57. Tegak Keadilan Dalam Dendam
60 58. Kembali Dari Awal
61 59. Gotong Royong
62 60. Bermuka Dua
63 61. Sumpah Yang Terjawab
64 62. Lily & Aku
65 63. Tuti Malas Sekolah!
66 64. Pergi Ke Medan (The End)
67 65. Sekolah Baruku (Bonus!)
68 -Akhir Cerita-
69 • Promosi Novel Baru Aku! \(◕ᴗ⁠◕⁠)/ (Hadir di Bulan Mei Mendatang!)
Episodes

Updated 69 Episodes

1
1. Aku Anak Pindahan
2
2. Pengen Madrasah deh..
3
3. Hujan
4
4. Bermain Sampai Lupa Daratan
5
5.Syukur Dia Tak Datang
6
6.Kisahku
7
7.Kisahku (2)
8
8. Salah Paham
9
9. Ujian Telah Tiba
10
10. Hari Raya Telah Dekat
11
11. Hari Raya
12
12. Hari Raya (2)
13
13. Pemberhentian Terakhir Di Hari Raya
14
MENYAMBUT RAMADHAN
15
14. Pulang
16
15. Sekolah Kembali
17
16. Minggu Depan
18
17. Sekolah Madrasah Ku Tertunda
19
18. Suram
20
19. Suram (2)
21
20. Berjalan Normal
22
21. Ini Yanti Kan?
23
22. Diam Tak Berkutik
24
23. Bapak Pergi Merantau
25
24. Dendam Telah Membutakan Ku
26
25. Selamat Jalan, Buyutku
27
26. Lupakan Kenangan Pahit
28
27. Kesal
29
28. Tuti Berhenti Sekolah, Ya?
30
29. Tanpa Kehadirannya
31
30. Ujian Semester Telah Tiba
32
31. Ia Telah Datang
33
32. Libur Penuh Arti
34
33. Sua Jua Di Semester Dua
35
Curahkan Saja
36
34. Luka Duka Buk Lasmine
37
35. Terbayang Pilu
38
36. Usil
39
37. Sampai Jumpa Nenek!
40
38. Pasar Malam
41
39. Hari Kemerdekaan
42
40. Beberapa Tahun Berselang
43
41. Yang Aku Dambakan
44
42. Aneh
45
43. Pasti Ku Hanya Mimpi
46
44. Akhir Tahun
47
45. Selamat Tinggal
48
46. Pinjam Uang
49
47. Guruku Ngambekan
50
48. Guruku Ngambekan (2)
51
49. Mataku Kenapa?
52
50. Kejadian Tak Ku Sangka
53
51. Bahan Olok-olokan
54
52. Lelah
55
53. Kejadian Aneh Pada Diriku
56
54. Fakta, Bahwa Ia Ada!
57
55. Misterius
58
56. Dimana Aku!?
59
57. Tegak Keadilan Dalam Dendam
60
58. Kembali Dari Awal
61
59. Gotong Royong
62
60. Bermuka Dua
63
61. Sumpah Yang Terjawab
64
62. Lily & Aku
65
63. Tuti Malas Sekolah!
66
64. Pergi Ke Medan (The End)
67
65. Sekolah Baruku (Bonus!)
68
-Akhir Cerita-
69
• Promosi Novel Baru Aku! \(◕ᴗ⁠◕⁠)/ (Hadir di Bulan Mei Mendatang!)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!