Bangun pagi kedinginan menjalar keseluruh tubuhku. Ku tarik selimut dari bawah kakiku agar menghangatkan tubuh ku. Aku males sih buat bangun karena ini hari Minggu. Buat apa lagi cepat-cepat bangun. Mending kunikmati saja tidurku. Aku bangun di jam 8:37 sambil menyetel acara kesukaanku yaitu ‘Doraemon’. Siapa sih yang ga kenal serial acara anak-anak ini? Aku aja suka sampe sekarang. Yang selalu mengeluarkan benda-benda ajaib nan aneh miliknya lewat kantong tiga dimensinya.
“Awas bapak mau nonton berita.” Menggeser tempat dudukku dan mengambil remote ditanganku.
Muka sebal menyerungut “Ihh bapak ini kebiasaan, yaudahlah mana HP bapak? Aku mau nonton dari HP bapak aja” Menjulurkan tanganku.
“Ga ada, lagi di charger.” Sambil bapakku makan menghadap TV.
Jawab ku ketus sambil berdiri bangkit dari tempat dudukku “Yaudah lah.”
Lalu aku makan di dapur sambil memikirkan kemana aku mau pergi main. Kalau pikir-pikir yaudahlah tempat sahabatku aja lagi, Si Ningsih. Aku pun bergegas mandi dan menggunakan pakaian favorit ku yakni baju putih dan rok merah jambu.
“Ningsih.. permisi..”
“Ning..” Sahutku sambil mengetuk pintu rumahnya.
“Yo, Nggolek sopo?”
“Ehh buk, hehe cari Ningsih ada?
“Ohh ada kok.. rene mlebu.” Menyuruhku masuk sambil melambaikan tangannya seperti tukang parkir.
Ya, keluarga Ningsih berasal dari Orang Jawa asli yang tinggal di pulau Jawa sana. Dia pindahan dari Jawa sana, namun Ningsih disini selang 7 tahun baru lahirlah dia. Jadi bahasa Jawa nya tak terlalu fasih.
“Ningsih, kau bosen ga?”
“Iya sama ti”
“Kemana ya enaknya?” menatap matanya ke langit-langit rumah.
“Masak-masak? Mau?” menggaruk kepala ku yang tak gatal.
“Udahlah kita mandi-mandi aja.”
“Hah mandi dimana?”
“Di Aquary sana..”
“Aquary? Yaudahlah ajak yang lain yuk. Masa mandi berdua doang ilfeal tau haha” menepuk bahunya sambil ketawa-ketiwi.
“Hei jangan bising, nenek mau tidur!” Tegas Nenek Ningsih.
“Stt, tuhkan dimarahin kita.” Ucap Ningsih yang kesal akibat suara tertawa ku yang terlalu besar.
Lalu kami bergegas kesana, kami pun mengajak Putri, Nani, Yanti, Isa, Luna, Lisa dan Ariel. Kami bertemu di Tiang Putih.
“Udah semua kan? Ehh si Nani mana?”
“Ga dibolehkan keluar, dia katanya besok mau ulangan.”
Aku menepakan tanganku ke tangan Ningsih “Ning, dia ngapain diajak?”
“Wihh tadi aja aku ga tau, dia nguping baru ketahuan kita. Jadi yaudahlah, malah dia maksa si Putri lagi.”
“Yaudahlah.”
“Hei kalian, ikuti perintahku jangan sendiri-sendiri. Kalian bawa baju ganti sama makanan”
Kami semua menjawab ketus “Ya, iya..”
Lalu kami pun jalan ke Aquary, jauhnya ada 2 Km kamu menempuh perjalanan kesana. Tapi aku bodoh amat sama perintah Yanti, emang dia siapa? Ngatur-ngatur hidup orang lagi. Jadi aku lewat jalur yang diberikan oleh Ningsih saja. Dan tak ikut rombongan orang Yanti.
.........
Kami tiba duluan dari rombongan Yanti, mereka lewat jalan yang aman nan panjang. Sedangkan jalan kami terjal dan tebing yang curam namun cepat sampai. Kami malas menunggu lama jadi kami ingin cepat sampai. Disini ada Aku, Ningsih dan Putri saja. Lalu kami mandi melepas jilbab kami lalu kami menyebur ke kolam.
“Ohh Ning, kenapa disini dinamakan Aquary?”
Muncul dari permukaan habis menyelam “Huaghk.. ya karena airnya biru kayak Aqua. Biru-biru Aqua, ya kau tengok aja lah sekeliling mu.”
Ku melihat sekeliling “Iya ya..”
“Dulu disini ada 6 warna, sekarang 3 warna aja. Karena udah di buat pertambangan. Ya gitu jadinya. Tinggal 3 kolam, apalagi yang satu lagi udah mau jadi kayak lumpur hidup.”
“Iya ya, ehh kau mau ngapain?”
Keluar dari kolam sambil mengarah ke suatu tempat “Ke kolam satu lagi, yang lumpur hidup.”
“Buat apa?”
“Seru tau, bisa mandi di lumpur
Kau mau ikut?”
“Ngga deh kau aja.”
“Ohh yaudah..”
Lalu rombongan Yanti datang
“Ihh kalian kok cepet kali Tuti.. kami aja baru sampe” Ucap Isa
“Kami dari jalan yang dikasih sama Ningsih. Yaudahlah sini mandi sama kita. Tadi orang Putri sama Ningsih main di lumpur hidup.”
Menepuk bahu Yanti “Ihh main lumpur hidup dulu yok, baru nanti ke sini lagi” Ucap Isa.
Baru mereka meninggalkan ku sendirian, baru karena sendirian aku ikut melihat aja. Karena kalo ketahuan mamak bisa berabe ntar.
“Wuhooo...!
Tuti sini main kita.. haha” mereka kegirangan macam orang kesetanan.
“Luan aja aku takut marah mamakku, ntar nampak lumpurnya hehe..”
“Woii tolongin woy!! Tolong hua...” Luna nangis teriak karena setengah badannya terhisap oleh lumpur, karena dia lasak sekali di lumpur itu.
“Itulah kau tah ngapain mandi lumpur, dah yok tolongin dia jangan main disini lagi..” Aku mengambil sebilah ilalang.
“Satu, dua tarik...
Aghh, yang kuat nariknya..” Sambil mengerutkan dahi dan menarik Luna sekuat tenaga.
“Ayo-ayo semangat bantu Luna” Ucap Yanti.
“Yahh, ahkirnya. Fiuhh..” Kami kelelahan
Dah yuk mandi tengok, kita dah jadi kena lumpur semua. Lalu kami pun menceburkan diri ke Aquary.
“Makasih ya Tuti, semua..” Luna lemas tak berdaya.
Lalu kami bebersih diri seadanya dan pulang.
.........
“Dahh pulang dulu ya,” ucap Luna
“Ya bye,.. nanti lagi..” ucap mereka.
Mamak Ningsih menyeringai tajam “Mandi Aquary kau kan Ning?!”
“Ngga kok mak” Ningsih berbohong padahal bukti ada lumpur di telinganya.
“Itu apa di kuping mu?”
“Ehe iya..” Ningsih sambil lari ke kamar mandi.
Kakak Ningsih atau namanya kak Dila pun datang menghampiri ku dan dia cerita singkat mulut-kemulut Sejarah Aquary tersebut.
“Ehh kalian mandi-mandi di Aquary ya?”
“Ehe iya kak, kami ketahuan ehe.. jangan bilang mamakku ya kak” Mata ku bersinar seakan tak berdosa.
“Iya amannya itu, ehh tau ga kalo dulu sejarahnya itu kan ditengah itu dulu hutan. Tapi sekarang jadi konstruksi orang disitu. Konon dulu ada orang mati terinjak gajah. Gegara dia bilang gini Biarlah aku mati terinjak gajah. Gitu dia bilang.”
“Jadi kak ceritanya kayak mana kelanjutnya?” mukaku mendekat ke Kakak Ningsih.
“jadi dulu ada ceritanya kayak seorang ibu tapi dia ada janda. Jadi dia itu punya anak ini tuh kesel kali sama anaknya gitu kan asik-asik liatin gajah gitu jadi kayak nggak mau mengembala. Jadi dia Ya udah disuruh pengembala nyari kayak hutan dibakar gitu kan kayak kayu bakar lah istilahnya, dia nggak mau dia kadang di iya iyakan aja tapi nggak ke sana gitu jadi ya udah pas udah mau sore udah mau magrib gitu kan, dia malah sama sekali nggak bawa apa-apa malam bawa anak gajah. Katanya anak gajahnya itu kasihan tersesat gitu jadi mamanya itu palak baru mamaknya bilang gini Biarlah aku mati terinjak gajah biar kau puas liat gajah! Baru gajah yang kehilangan anaknya nyariin anaknya baru dia pas keluar terinjak langsung sama gajah. Konon nya itu Aquary bekas rumah yang orang terinjak-injak gajah itu. Makanya kakak aja enggan kesitu. ” Kakak Ningsih cerita dengan teliti dan serius.
“Gitu ya kak, Ihh serem juga. Yaudahlah ga mau aku kesana lagi. Memang sih pas jalan ke sana kayak rasanya lambat apalagi panjang bet rasanya perjalanan padahal deket.” Bulu kudukku berdiri seakan rasa takutku muncul.
“Iya jangan kesana lagi bilang yang lain..”
“Iya kak, ehh yaudah ya kak aku mau pulang dulu mau beberes rumah juga.. bye kak. Makasih ya kak.” Sambil pergi meninggalkan rumah Ningsih.
.........
Setibanya pulang aku dicegat mamak di pintu karena lambat pulang dari yang biasanya.
“Dari mana aja kau, kok jam segini baru pulang?” menunjukan pukul 17:44 hampir malam dan sedikit lagi magrib.
“Aku main tempat Ningsih.” Aku buru-buru pergi mengambil handuk.
“Ha, kau mandi-mandi kan? Ngaku!
Mandi dikubangan mana kau!?” Tegas mamak sorot matanya padaku.
“Ma-mandi di Aquary..”
“Tuhkan! Kalo tenggelem atau di tenggelem kan kawan mu kek mana? Mau kau pulang-pulang tinggal namamu saja?” Jawab mamak dengan pedih.
“Ya, yaudah yaa aku mau mandi..” Aku kocar-kacir ketakutan bertambah mamak semangkin panas.
“Hei! Tuti!!” menggedor pintu kamar mandiku.
Aku mengabaikan amarah mamakku dan pura-pura tak mendengar.
“Memang lah kau,” Senyap-senyap langkah kaki mamak pergi meninggalkan ku yang sedang mandi.
.........
Aku lupa kalau ada PR, ya pelajaran pertama Bahasa Indonesia. Pelajaran bahasa Indonesia yang dibuat PR ini banyak sekali sehingga aku sendiri saja enggan mau mengerjakannya, tapi karena capek dan lelah aku kebablasan dan tertidur hingga pagi.
Paginya aku lupa dengan PR ku sendiri dan aku hampir saja terlambat mengikuti Upacara Bendera yang dilakukan setiap Seninnya. Tas ku langsung kucampakkan ketanah dekat barisan.
“Terlambat ya kau ti..”
“Barisan sana! Jangan disini kau kan terlambat.” Ujar Tantrik.
“Udah diam aja sini aja kau ti, diem aja jangan ember kalian!” Bela Ningsih sambil merangkul tanganku.
Upacara pun dimulai, aku dibarisan paling belakang tapi aku sangat pucat. Karena takut ketahuan guru dan aduan dari temanku. Karena ku tahu temanku kurang suka dengan kehadiran ku dari awal pertama masuk. Dan upacara usai ku jalani, kini aku melihat ada anak-anak yang dihukum karena terlambat, tak memakai atribut lengkap seperti halnya dasi, topi, ikat pinggang. Dan aku dengan santainya membawa ranselku tadi kekelas dengan riang karena lolos dari hukuman.
“Ehh Tuti, kau dah siap PR Bahasa Indonesia?” sambil Noni ambil buku PR nya yang dia keluarkan dari tas miliknya.
“Alah! Aku lupa!
Ihh sempat ga ya!?”
“Hayo lah Tuti.. nanti kena hukum Buk Dina lo...” (Nama guru di SD kelas 2 ku sekarang Buk Dina.)
“Aku nyontek punyamu ya?”
“Ambilah, tapi cepat ngerjainnya jangan di contek semua. Ubah-ubah dikit ya..”
“iya..”
Selang 5 menit, Buk Dina pun masuk dan aku tertangkap basah karena mengerjakan PR disekolah.
“Sudah? Siapkan ketua” Ucap buk Dina menunjuk untuk mempersiapkan kami agar tertib dan tak lalu lalang, mengikuti pembelajaran pertama yaitu Bahasa Indonesia.
“Siap. Sebelum memulai pelajaran, baiknya lah kita berdoa dahulu. Berdoa mulai... ”
“...Berdoa selesai.
Beri salam pada Bu guru.”
“Assalamualaikum warahmatullahi wa barokatuh“ Serentak kami mengucap salam.
“ Walaikumsalam warahmatullahi barokatuh, Pagi anak-anak..?”
“Pagi buk..~” Ucap melas kami sekelas.
“Duhh mati pasti kena hukum ini aku, akukan belum siap PR..” gumam ku.
“Tuti nulis apa kamu tadi? Ada PR kan?”
“Ada buk...” Serentak teriak teman kelasku.
“Kumpulkan, dan yang belum siap berdiri kedepan!” Tegas Buk Dina.
Kami pun yang tak siap ada 7 orang, dan aku sangat takut diberi sanksi. Karena aku ga ingin di panggil lagi orang tuaku, trauma ku akan hal itu terulang kembali.
“1,2,3... 7 orang.
Kenapa tak siap? Apa alasannya? Lupa, Ga siap, atau malas? Palingan malasnya kalian membuka buku kalian pada malam hari. Atau malah ga nyusun Roster.”
“Sekarang bersihkan kamar mandi perempuan 3 orang baru kamar mandi laki-laki 4 orang. Pergi cepat sekarang!”
Kami pun bergegas mengambil sikat, timba, pewangi kamar mandi dan sabun untuk membersihkan lantai. Kami pun mengerjakan nya ikhlas/tak ikhlas. Karena kamar mandi laki-laki itu bau sekali sampai-sampai aku sendiri aja mau pingsan sama baunya. Kalo kamar mandi perempuan ga begitu bau, tapi kerak kamar mandinya yang buat kotor.
“Wiss enak aku dapat kamar mandi perempuan!” Girang ku.
“Apa enaknya orang dihukum juga, dahlah kerjain. Ehh nanti kalo misalnya disini airnya ga ngalir bantuin nimba ya air ke tempat kamar mandi laki-laki!” Ucap Tasya.
“Iya..”
Kami pun membersihkan kamar mandi itu dan tak terasa kami lama sekali membersihkannya hingga 1 jam pe,lajaran Bahasa Indonesia itu sampai habis. Dan guru kami pun mendatangi kami.
“Ouii, lamo nyo.. dah siap kah kalian itu? Membersihkan kamar mandi apa tidur kalian disitu?” Jeloteh guruku..
“Iya bentar lagi buk, kamar mandinya berkerak juga bau buk. Susah bersihinnya..”
“Udahlah tu, dah bersih.. ayo kekelas. Kalian ga mau belajar emang?”
“Mau buk, bentar ya bukk..” sambilku membereskan peralatan kami dan mengunci pintu kamar mandi dari luar.
Lalu kami pun mengikuti pelajaran itu dengan sungguh-sungguh dan lelah juga karena kami tadi membersihkan kamar mandi akibat hukuman. Dan aku berjanji akan mengerjakan PR ku dulu sebelum aku bermain.
.........
Sekarang aku pergi madrasah menggunakan sepeda ku. Ku kayuh sampe madrasah dan ku parkirkan dekat kereta guru-guru. Dan akupun masuk kekelas. Hari ini pelajaran Fiqih. Aku bukan benci pelajaran nya, tapi gurunya. Asal dia yang penghafalan pasti aku yang ditunjuk dan dicari kesalahanku. Dan aku maju buat hafalan. Dan syukur aku udah hafal jauh-jauh hari. Oh ya hafalan sholat ku juga sudah kuselesaikan Minggu lalu. Kemudian Buk Lasmine memberikan informasi ujian dan tak diberikan kisi-kisi. Ya mau tak mau harus mencari jawaban sendiri dan terlagi essay pula.
Kami pun di dikte soal essay latihan, aku tak tahu bila langsung jawab tanpa tulis soalnya. Lalu karena kesalahanku dia pun buang muka menyerungut sambil menaikan alisnya
“Ga dengar nya kau yang ibuk bilang? Kenapa juga kau tulis soalnya?”
“Saya pikir di tulis buk..” Mataku menatap bawah lantai dan memainkan jari jemariku.
“Memanglah kau dibilang ga usah malah dibuat, bodoh kali kau! Siapa lagi yang seperti Tuti? Ada!?
Tuhh kawannya aja ga ada! Pande-pandean kau! Ga dinilai itu biarpun jawabannya benar. Ibuk kosongkan nilaimu.”
Lalu aku ambil buku ku dan aku kembali tempat dudukku sambil menatap sinis jijik melihatnya hanya perkara soal. Inilah yang membuat ku malas bersekolah karena ada dia di hadapanku. Kadang aku membolos lagi saat di hari Selasa ini, karena pasti dia selalu hadir. Orang juga rumahnya dekat. Cuma 470m dari sini. Tapi yaudahlah lagian juga kesalahanku. Mau benar/tidak pun jawaban itu ku tak perduli sudah.
(BERSAMBUNG...)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments