"Ti, Tuti.. neng, bangun yuk Sholat Idul Fitri kita." Nenek membangunkan ku pada pukul 05:40 pagi.
"Bentar lagi lah nek.. aku masih ngantuk." Aku melanjutkan tidur ku, menarik selimutku.
"Ayo bangun, nanti mau maaf-maafan lagi sebelum sholat, makan dulu yok, dah Nenek siapin sarapanmu pake rendang juga." Nenek membujuk dan merayuku.
Langsung bangkit karena ada rendang. "Ha! Rendang?" Aku langsung berlari keluar mengambil rendang itu.
"Ehh mandi dulu nanti banyak orang yang antri, kau duluan aja!" Mamak menegaskan.
"Ihh tapi Tuti laper Mak.." Mendengar perutku yang keroncongan.
"Ngga-ngga, mandi cepat sana!" Mamak menggertak.
Aku langsung berlarian ke kamar mandi karena hendak mandi sebelum mamak bertambah marah. Selesai mandi aku mengenakan pakaian yang dihadiahkan nenek untukku. Sepasang gamis yang indah ku kenakan di diriku.
"Wihh cantiknya cicit uyut ini.." Buyutku memberi pujian hangat dipagi itu.
"Ahh, biasa aja kok yut.." Aku tertawa kecil.
"Ehh uyut dah makan?" Aku menanyakan sambil menawarinya.
"Udah duluan aja kau makan, yang banyak ya!"
"Iya ku habiskan entar satu magicom, kukalungi lagi magicom itu" aku tertawa lalu pergi.
"Ada-ada aja cucu mu yam.." Menyahut Nenekku yang lagi di dapur memasak teh hangat untuk keluarga besar yang baru datang.
Aku melihat banyak sekali keluarga dari entah mana yang ku ketahui, semangkin lama semangkin banyak yang datang dan pergi. Aku orangnya takut tamu, entah kenapa begitu. Jadi aku putuskan buat di belakang halaman rumahku saja.
"Ehh ini Tuti ya?" Seseorang tante-tante yang tidak ku kenali.
Menoleh kebelakang "Iya, Tante siapa?"
"Ahh dah lupa kau ini, ini Tante Lo. Adek sepupu mamakmu, dulu tantelah yang sering bawa kau ke sawah-sawah sampe terjatuh kita. Masa ga ingat?" Tante meyakinkan.
"Ahh iyaa.." Padahal aku tak ingat satupun cuma mengiyakan, lagian siapa yang ingat di masa kecil nya dengan detail? apalagi itu dari zaman baholak.
"Tante ga makan dulu?" Aku basa-basi, aku ga bisa basa-basi selain menanyakan makan.
"Belum sih, yaudah kau mau juga?"
"Enggak, Tante aja."
"Ohh yaudah, nanti lagi ya.." Tante pergi dari aku yang menyendiri melihat hamparan sawah yang luas dan ada kereta api dari Tebing-medan yang lewat dibelakang halaman rumah nenekku.
"Ehh ngapain disini kau? Ga disana aja?" Kata sepupuku.
Oh ya sepupu ku ini namanya Ika, dia anak dari Paklek ku. Jarang-jarang dia datang, kami kangen juga dan dia ahkirnya datang pas pagi tadi. Lanjut ke cerita.
"Ngga, cuma duduk-duduk sambil liatin kereta api lewat aja ka." Aku menunjukkan kereta api yang sudah tak nampak lagi bentuknya karena sudah menjauh.
"Ohh, yok makan?" Dia menawari
"Ngga dah kenyang, nanti kita main sama kak Wulan juga Luna yuk." Aku mengajak Ika.
"Ya nantilah mau makan dulu aku" Lalu dia pergi juga meninggalkan ku.
"Entah kenapa dari tadi orang yang kutemui asik membahas makan, makan, dan makan. Kenapa tidak yang lain aja? Kenapa harus makan? Please deh. Hadeh ga ngerti sih, gini amat nyari basa-basi." Gumamku sedikit kesal.
.........
Aku pun tempat Kak Wulan dan Luna, disitu kami mohon maaf lahir dan batin. Ya jikalau diantara kami melakukan kesalahan-kesalahan yang kami lakukan di semasa lampau.
"Ehh aku kok ga liat Kak Ria ya?" Terheran menyahut Luna.
"Entah ti, aku juga dah lama ga nampak. Mungkin dia pindah atau dirumah aja." Menjawab sambil memakan lontong di mulutnya yang penuh kuah dan lemak.
"Ohh gitu ya, ehh Kak Wulan bentar lagi kerja nich. Jangan lupa THR nya ya haha" Ucapku ke kak Wulan berseloro.
"Iya-iya tengok nanti juga yo.." Ia tertawa kecil.
Lalu tiba-tiba..
Bude ku menelepon ku, aku seharusnya memanggilnya bude. Tetapi karena sedari kecil terbiasa manggil mamak, jadi sampe sekarang aku memanggilnya mamak. Mamak ini kakak dari bapakku.
"Halo assalamualaikum.." Suara mamak serak membuka panggilan topik pembicaraan.
"Ya Mak, walaikumsalam."
"Sehat kau Ti?"
"Sehat Mak, mamak apa kabar?" Aku menanyakan karena sudahlah lama tidak berjumpa.
"Sehat, Alhamdulillah. Kapan kau ke Siantar? Mamak dah kangen sama mu. Sinilah kau ke Siantar." Ucap Mamakku.
"Iya Mak, nanti abis dari tempat Nenek lebaran pertama inikan, nanti lebaran kedua aku berangkat tempat Mamak." Ucapku jelas lisan.
"Iya sini lah, masa disana terus. Ga kangen ke Siantar kau makan Mie Tembok disini?" Bude Liis memotong pembicaraanku dengan Mamak.
(Mie tembok itu tempat restoran kecil yang ada di belakang tembok kuburan cina yang ada di Siantar.)
"Iya loh bude nanti lah sabar aja, besok aku kesana. Yaudah ya bude lagi bertamu aku tempat kawanku. Dada bude, Mak, assalamualaikum.. " Usai ku tutup telepon itu.
"Walaikumsalam.."
(Tut, tut, tut..) Telepon yang singkat itu diahkiri.
Jam itu menunjukkan pukul sore jam 17:33 aku pun berpamitan dengan Kak Wulan dan Luna. Aku harus bergegas tuk segara mengemasi barang sementara ku di Siantar menanti. Aku pun mengonfirmasikan dengan Mamakku, mamak bilang besok pergi dan mengiyakan ajakan ku. Lalu aku pun segera berpamitan pada nenek dimalam itu tuk pergi besok pagi.
"Oalah, mau pergi ke Siantar kau? ga balik kesini lagi?" Nenek tampak murung.
"Lho, mau pulang udahan? Kapan kesini lagi.." Uyut heran dan tampang sedih.
"Ihh kesini lagi lah Nek, Yut. Bentar nya kami disana, nanti kami balik kesini lagi lo, ihh Nenek ini kayak dah lama ga jumpa aja, kan baru ketemuan kita 2 minggu lalu. masih lama nya Nek, Yut Tuti disini." Ucapku menjawab keduanya.
Lalu aku pun bermain mercon lagi di depan rumah Nenek yang dibeli bapak hari itu dan kumainkan. Lalu biar aman kami meletakkan nya ditanam dan kami hidupkan. Rupanya tak sengaja terjatuh mercon itu mengarah ke rumah orang dan untungnya tidak ada apa-apa.
"Wihh ka, ada apa-apa ga?" Aku melihat mercon itu. mengarah kerumah orang ledakan warna warninya.
"Ngga, yaudah yok matiin cepet!" Dia panik huru-hara tak menentu arah.
Setelah kembang api itu selesai aku dan Ika langsung menyiramnya dengan air parit aliran depan rumah Nenek dan kami pun masuk kedalam untuk tidur dan melupakan kejadian tadi.
.........
Pagi itu ku berangkat pagi-pagi. Ku bangun dan cepat-cepat ke Siantar agar Ika tidak tahu ku pergi. Aku sarapan dan pamitan dengan Nenek juga Uyut tuk sekali lagi.
"Uyut, Nek aku pergi yaa ke Siantar.."
"Hmm.. lama lah kau." Uyut senda gurau.
"Ihh ngga loh Yut, bentarnya. Aku pergi ya Yut.. Nanti aku bawain Mie deh." Aku membujuk Uyutku.
"Hati-hati ya ndok.." Nenek melambaikan tangannya.
Lalu bus menghampiri kami dan kami sekeluarga pun naik bus menuju Siantar. Siantar ke Tebingtinggi ga jauh-jauh amat sih. Dekat juga sih palingan sekitar
satu setengah jam sudah sampai disana. Tempat Mamak di Siantar kota. Ya disana gampang juga kalo mau kemana-kemana karena dekat dengan Pasar Horas dan Pasar Parluasan. Juga ada Pasar modern dan tempat wisata yang tak begitu jauh dari rumah Mamak ku yang di Siantar.
Tak terasa ku sudah sampai di halte bis, dan langsung memesan Goo jheck untuk mengantar kami kesana, namun mamak enggan dan mau naik angkutan kota saja. Lalu aku mengiyakan kemauan mamak tersebut dan kami pun Tiba di Siantar pada jam 10:00 Pagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments