Aku dulu tinggal bersama Nenekku, sebelum tinggal bersama orang tuaku. Tempat tanggal lahirku yakni; Siak, 01-10-2005. Aku pindah ke Pangkalan Kerinci-Riau, karena bapakku pindah kerja disana. Otomatis ya aku ikut pindah. Aku Sekolah TK disana selama 2 kali, karena umurku yang kurang untuk masuk Sekolah Dasar. Jadi aku meski TK 2 kali. Setelah aku TK aku pun ke Pematang Siantar-Sumatera Utara. Untuk bersekolah disana Sekolah Dasar (SD), Akupun sekolah sementara karena bapakku masih di Kalimantan waktu itu. Jadi aku sekolah disana kurang lebih 2 bulan saja, itupun aku pindah lagi ke **** (Yang tidak bisa kusebutkan nama kotanya dikarenakan privasi dan dirahasiakan). Aku sekolah disana dan betah-betah saja kok, tapi anaknya terlihat agak nakal memang ga semua sih dan terkadang mirisnya mereka memakai buku dan peralatan sekolah yang kurang layak. Sampai-sampai buku saja mereka maaf kata 'mengutip dari tempat sampah' karena untuk dana bantuan disana kurang'. Terkadang aku kasihan melihat temanku tadi dan memberikan pinjaman pensil, penghapus dan sebagainya.
"Halo, namaku Tuti Lasmani. Aku pindahan dari Pematang Siantar. Pindah kesini karena ikut sama bapak yang sekarang tinggal di Pabrik Kelapa Sawit Sriachie."
"Hai Tuti!" Ucap teman baruku sekalian.
"Ehh Tuti sini Deket sama ku aja"
"Ihh ngga usah sama si firah, sama ku aja." Ucap teman yang tak kukenal itu.
"Hei anak-anak, biar ibuk aja yang pilihin si Tuti tempat duduknya. Oh ya Tuti nama ibuk Susilastepina. Panggil ibuk dengan sebutan 'Buk Sus' ya.." Ujarnya sambil memegang bahuku tuk menyakinkannya.
"Iya buk, nama saya Tuti buk"
"Tadikan dah kenalan haha, kamu ini bisa aja. Sekarang kamu duduk dekat sebelah kanan ibuk yang hampir ujung bangku nomor dua dari belakang ya." Menunjuk kearah bangku kosong yang tak berpenghuni.
"Yaudah anak-anak kelas kita mulai yaa?"
"Baik buk!" Serentak kawan-kawan ku.
Dan Buk Sus pun melanjutkan tugasnya sebagai guru.
Setelah istirahat, aku pun berkenalan dengan teman sebelah ku.
"Ehh namamu siapa?" Ragu bibir gemetar berkenalan.
"Namaku Ica? salam kenal ya" Kami berjabat tangan bagai tanda salam perkenalan.
Lalu aku pun berkenalan dengan temanku yang lainnya dan kami bermain bersama. Aku tak mau jajan seperti kawan-kawan lainnya dikarenakan disana masih memakai Ilmu sihir yaitu Miang Bambu atau yang dikenal yaitu 'Racun Santau' dan itu biasanya menumbalkan seseorang dan yang dapat dari leluhurnya ya mau/tidaknya mereka harus begitu karena sudah menjadi darah daging mereka. Juga ada beberapa dari mereka yang meninggalkan ilmu sihir hitam itu karena dilarang agama, tidak meyakini dengan hal itu dan menjauhi dari ilmu-ilmu syirik tersebut.
"Nak, kamu kok ga jajan? kamu ga dikasih uang jajan ya?" Ucap guruku yang melihatku duduk termenung didepan pintu kelas.
"Iya buk, kata mamak di daerah sini banyak racun. Apa itu ga tau sih, nampaknya ga ada yang aneh." Ucap polos ku.
"Hah racun?" Ibu Guruku keheranan dengan pernyataan ku.
"Iya buk,"
"Ehh Tuti ini ibuk ada sedikit uang buat kamu jajan."
"Jangan buk, saya ga mau. Saya mau ikuti mamak saya aja. Maaf ya buk" Sambil menyipihkan uang yang diberikan Buk Sus.
Lalu pas di jemput mamak, Buk Guruku memanggil mamakku. Ya memang mamakku dan Guruku sekarang dekat.
"Buk maaf kalo saya lancang, tapi kenapa ya Tuti dikasih Jajan?"
"Maaf ya buk, bukan saya ga mau kasih. Karena kebanyakan orang PT sini bilang kalo didaerah sini masih pake Racun Santau gitu buk. Jadi saya takut anak saya di racun orang. Kan kami juga pendatang baru. Bukan bermaksud bagaimana ya buk, maaf kalo anak saya ngomong nya ngasal. Karena ya juga harap maklum masih anak-anak, masih labil. Ngomong nya juga suka ngasal. Jadi dia gitu."
"Ngga apa kok buk, saya juga harap maklum. Tapi saya terkejut aja kenapa dia ga mau jajan gitu kok. Makanya pas saya kasih jajan dia ga mau" Sambil Buk Sus meletakan tangannya didada sambil mengelus-elus karena terkejut mungkin dengan jawaban mamakku dan memakluminya."
Lalu aku pun berpamitan dengan Bu Guru ku tadi dan pulang. Lalu mamakku pun jelaskan kalo diluruskan karena omonganku yang labil dan polos kala itu.
.........
Aku pun bersekolah hingga 1 semester, dan sebentar lagi naikan kelas. Hari itu sudah mau menginjak semester 2. Tapi aku harus segera pindah karena disitu tak aman lalu mamak dan bapak menjelaskan.
"Nak, kamu ga usah sekolah disini ya. Disini ga aman."
"Ga aman kenapa Mak? Disini banyak kriminal. Kenakalan remaja banyak disini. Kau liat ga? kemarin rumah tetangga sebelah dan rumah kita di lempari batu. Baru terjadi kasus pembunuhan di pabrik."
"Iya sih Mak, tapi aku mau disini Mak sama Buk Sus juga. Aku ga mau ninggalin teman-teman ku."
"Maaf ya nak, kamu ga bisa tinggal disini terus. Disini bahaya. Tinggal sama nenek ya, ngerti ya nak?" Mamak meyakinkan ku tuk segera pindah.
"Tapi Mak.." Aku mulai menderai air mata seakan tak ikhlas apa yang terjadi kian hari ini.
"Nanti sekali-kali mamak ke tempat nenek liat Tuti." Mamakku nangis melihatku yang usai nyaman di tempat tinggal itu yang sebenarnya banyak bahaya mengintaiku.
Keesokan aku sekolah dan Izin libur karena mengurus surat pindahku.
"Buk,.. " Aku menangis merangkul Buk Sus.
"Iya nak? kenapa nangis?" Buk Sus menyeru padaku sambil mengusap air mataku.
"Tuti mau pindah buk, sebenarnya saya ga mau tapi semua untuk kebaikan Tuti kata mamak"
"Oalah Tuti, kangen ibuk nanti sama Tuti" Guru ku merangkul ku sambil menangis karena aku yang tak rela pergi meninggalkan semuanya yang ada disini.
"Kapan Tuti pindah?"
"Rencananya Minggu ini buk, tapi sebenarnya Tuti nyaman disini. Tuti juga minta maaf ya buk kalau Tuti salah ngomong atau gimana" Aku meyakinkan sambil memegang jari-jemari Buk Sus.
"Iya nak, rajin-rajin lah tuntut ilmu dan jangan lupain ibuk sama teman-teman disini juga ya nak" Buk Sus mengelus kepalaku dan berderai akan perpisahan itu.
"Udah ga usah nangis lagi, kapan kalanya ada pertemuan maka ada perpisahan. Jadi Tuti tetap tegar ya, semangat walau bukan ibuk lagi jadi walikelas tuk Tuti. Maaf kalo ibuk belum jadi yang terbaik buat Tuti." Buk Sus memelukku dan aku menyalami guru-guru disana karena hendak berpisah nantinya.
Minggu depan aku datang kekelas itu, tapi bukan pakai baju sekolah seragam namun baju bebas. Melihat temanku dikelas tengah belajar.
"Tuti ga pamitan sama temen Tuti?"
"Saya malu buk karena ga pake seragam sekolah."
"Ga apa-apa. Buat kenang-kenangan yuk. Kita ajak temen-temen keluar."
"Iya buk.." Lalu aku kekelas memanggil teman-temanku yang hendak aku berpisah saat itu.
"Ehh Tuti? Lama ga sekolah kemana kau?" Kawanku berbondong-bondong menghampiri ku keheranan.
"A-aku sebenarnya mau pindah jadi ayo lah disuruh Buk Sus keluar" Ucapku sambil sedih.
"Anak-anak, ibuk panggil kalian kesini karena teman kita bernama Tuti mau pergi kesekolah lain dan pindah dari sini."
"Jadi Tuti ga disini lagi?" Ucap Firah sambil nangis
"Tuti jangan pergilah..." Jesi menarik tanganku enggan membiarkan ku pergi.
"Sebenarnya aku juga ga mau, tapi ada hal yang buat aku pindah" Murung ku melihat bawah kakiku.
"Nak, dimana ada pertemuan disitu ada perpisahan. Kita relakan ya teman kita pindah. kan dia disekolah sana mau menuntut ilmu lagi. Sekarang kita main kereta-kereta apian ya.."
Lalu kami pun bermain dengan ucap perpisahan. Disitu aku melihat teman, guru bahkan kepala sekolah pun menangis melihat ku yang berpisah. Kenangan itu aku selalu ku lukis secercah dalam hati terdalam ku. Tak akan ku lupakan guru ku yang baik yaitu 'Buk Sus'.
"Buk terimakasih sudah mau mengajarkan saya menuntut ilmu, kedekatan antar guru dan murid, teman dan segalanya akan saya kenang hingga akhir menutup mata." Hati kecilku berkata.
(BERSAMBUNG...)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments