"Ayo nak beres-beres buat ketempat nenek!" mamakku menyuruh ku beberes baju.
"Bentar Mak!" Aku meletakkan buku pelajaranku yang selesai beberapa halaman ku baca.
Akupun membereskan pakaian, buku, tas dan peralatan bahkan mainanku untuk kubawa ketempat Nenek. Aku pun berangkat di malam Minggu ketempat Nenek dan meninggal kan kota itu beserta SD, Teman dan Buk Sus. Perpisahan itu sungguh pahit dan sakit kurasakan, tapi tak akan ku lupakan hingga kapanpun.
.........
"Ehh bangun, Ini kita dah mau sampe tempat Nenek!" Ibu menepuk-nepuk bahuku yang sedang tertidur.
"Hah? apa? Oh heem" Aku meregangkan dan mengulat-ngulatkan sendi-sendi ku yang pegal.
"Ohh kok dikota Mak? Tapi kerumah Nenek?" Samar-samar kulihat jendela di bus.
"Rumah Nenek kan pinggiran kota, jadi ya wajar kayak di kota. Namanya juga kita dikota." Mamakku menjawab sambil teleponan dengan nenek mengabari kami akan segera sampai.
Tak terasa kian, akupun sampai di rumah Nenek. Lalu mamakku menyuruh aku mengetuk pintu. "Nek-nekk.." Sambil ku ketuk pintu tua yang bercat hijau itu.
"Ehh cucu nenek pulang.. Hei" Sambil Nenek mengelus-elus rambut di kepala ku.
"Aku dah lama ga jumpa sama Nenek" Aku memeluk nenek sambil menyalamnya.
Ya aku memang agak manja jika sama Nenek. Nenek orangnya baik dan ga pernah marah, palingan cuma merajuk saja seingat ku. Dan nenek mempersilahkan kami masuk dan nenek menyuruh ku untuk tidur karena di bus tadi aku tidur tidak karuan. Kadang sebentar bangun, sebentar tidur.
.........
"Ehh cucu nenek, Tuti dah bangun ya? ulala.." Nenek sambil mengelusku dengan manja.
"Ehh dah sampe kau nek." Buyut ku menyapa dengan senyuman.
"Uyut.. " Aku menghampiri dengan berlari dan menyalamnya lalu menyium pipi nya yang keriput tapi wangi.
"Jadi ini kau mau sekolah disini?"
"Jadi kok yut" Aku menjawab sambil makan sarapan pagi ku.
"Ahkirnya rame juga rumah ini, kangen uyut sama mu."
Sambil buyutku mengelus-elus rambutku.
Lalu aku pun lanjut kerumah tetanggaku katanya disitu ada adik-kakak bernama Ulan dan Luna. Aku dengar dari buyut dan Nenek agar ku bergaul dan bersosialisasi dengan tempat baruku.
"Tok-Tok-Tok" Pintu ku ketuk dari luar.
"Ehh kau anaknya Ilin kan?" Kata seorang ibu-ibu membukakan pintunya untukku.
"Iya buk, ada anak ibuk ga?" Aku mengintip-ngintip dari luar.
"Ohh ada, mau kenalan? Sini masuk!" Sahut semangat ibuk itu.
"Ehh ini siapa Mak?" Ucap anak keriting yang hanya memakai kaus dan celana pendek yang selang-seling bagai ba' kain perca.
"Aku Tuti Lasmani, panggil aku Tuti ya... Aku rencana mau sekolah sinikan jadi aku boleh pinjam buku-buku mu buat ku fotokopi nanti?" Aku mengatakan dengan malu-malu kucing.
"Oh ya boleh kok!" Ia mengiyakan.
"Namaku Luna, kita sebayaan kok" Sambil berjabat tangan.
"Iya salam kenal!" sambil menyipitkan mataku tanda senang.
"Eh nama kakak, kak Wulan. Tapi panggil Ulan aja deh.." Sambil ia menjulurkan tangan dengan tanda perkenalan.
Ya disitu pun aku berteman dengan kawan-kawan ku. Ku disana suka berbuat kebaikan, membantu orang dan bila kawanku melenceng kadang aku nasihati. Tapi mereka mengartikan sebagai aku tukang ngadu. Jadi mereka merasa jijik dan tak mau berteman denganku. Bahkan kak Ulan dan Luna yang dulu ramah denganku kini malah sinis dan tak tahu apa sebabnya.
"Ehh Tuti, kau mau pindah ya?" Salah satu ucap temanku nada sinis enggan mengusir ku agar cepat pergi.
"Iya kenapa Din?"
"Emang kau ga sedih aku pindah?" Sahutku menatap matanya.
"Buat apa kami sedih bagus kau pindah, lebih cepat lebih bagus" Dia tertawa dengan bangga bersama teman satu geng nya.
"Lagian kalo kau lama-lama disini yang ada kau bisa cepuin kami aja, lebih bagus kau pindah aja hus-hus sana" mereka tertawa dengan girang.
"Ohh ternyata begini yaa.. Baiklah aku akan pindah dan meninggalkan kota suram ini" Gumam langkah ku ingin segera pindah dari situ tanpa memberitahu temanku.
Teman satu-satunya yang ku punya ialah Kak Ria. Tapi ketika ku datangi dia kerumah, dia tak ada. Lalu ku bermaksud kerumahnya buat pamitan.
"Kak ria, Kak Ria..?" Teriakku dari luar pintu memanggil dia yang terbuka pintu namun tak ada orangnya.
"Kak ria pergi tempat kawannya tugas kelompok dek." Ucap ibu kak Ria dari kejauhan
"Ohh makasih ya buk" Aku pergi dan tak sempat ucap salam perpisahan tuk terahkir bermain dengannya.
Lalu aku pun pergi kerumahku sambil membantu Nenek membersihkan dan beres-beres barangku yang akan ku bawa ke Riau.
"Wahh sepi lah Nenek ga ada kau, selama ini sama mu disini temani uyut kalo uyut kambuh sakitnya" Nenek nangis sambil melihatku.
"Dah gak apa, bagus kau pindah. Disini pun kawanmu ga mau kawani kau, padahal kau baik ga pernah membalas kalo orang menjahati kau. Bagus-bagus ya cucuku" Nenek mengusap-usap rambutku sambil beberes.
"Ahh nenek..." Aku memeluk nenek karena terikut dalam larut kesedihan.
"Nanti kalo dah disana aku rajin telepon Nenek kok, sampai kapan pun. Nenek semoga aja panjang umur. Aku sayang sama Nenek" Aku memeluk nenek.
Lalu aku keluar mengambil minum sambil berpamitan dengan Buyut ku.
"Uyut, aku pamitan ya yut. Mau ikut mamak ke Riau, disini ga ada yang menemaniku. Udah gitu aku pun pamitan ga ada yang perduli." Aku menangis merangkul Buyut yang duduk di kursi favoritnya.
"Oalah gak apa-apa, bagus-bagus ya nak belajarnya. Jangan kecil hati kalo temannya gimana pun." Buyutku memelukku dan memberikan ku uang karena kebesokannya aku di jemput mamak.
.........
Keesokannya aku pergi, aku pergi di sore hari Ke Medan dahulu. Karena di sanalah aku titik temu berkumpul. Setelah itu baru Ke Riau. Aku di Medan ada sekitar 3 hari, lalu mamakku membelikanku Tablet Android. Maksudnya hanya untuk hiburan saja. Karena aku ga ada buku yang bisa kubaca. Lalu ketika malamnya aku pergi ke Riau bersama Kakek dari adiknya Nenekku dan pergi berombongan bersama keluarga besar itu mengantar kami ke Riau. Dan ketika di Riau aku belum mengenal apapun selain Mbok Ijah. Dan aku hanya mengenal namanya yakni Sarah. Ya dia baik kok tapi dia pendiam aja. Emang karakteristik nya begitu pendiam. Jadi aku hanya berbicara yang penting-penting saja jika bertemu dengannya. Kalo bisa dibilang aku orangnya banyak bicara, mungkin itu yang membuat temanku malas berteman denganku karena mereka kurang suka basa-basi. Jadi mau/tidak mau harus mengubah sifat ku secara sedikit demi sedikit, tahapan demi tahapan dan sekarang aku bisa lebih baik dari di Tebingtinggi lalu. Dan aku tak bertemu Kak Ria lagi. Sekarang dia lagi apa juga ku tak tahu, apakah dia tahu aku pindah? Apakah dia bisa memaafkan ku karena tidak berkabar. Pergi lama yang panjang nan sua? Entahlah..
(BERSAMBUNG...)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments