Aku masih di gerbong kereta, menyusuri jalanan dari pemandangan belakang rumah-rumah orang. Di hamparan sawah yang luas. Dan bisa melihat menjauh dari mata memandang. Aku termenung mengantuk hadap jendela itu. Dan karena aku tidak mau tertidur, ku hidupkan radio dari handphone ku. Aku mendengarkan radio di nomor 94.7 MHz. Aku mendengar lagu-lagu daerah di siaran radio itu. Tak terasa, kini aku tiba di Stasiun Dolok Merangir. Aku pun berhenti dan melihat pedagang-pedagang kecil yang naik dan berjualan di kereta itu, Mungkin ada 5-10 menitan. Aku pun membeli telur bebek, karena ku ingin. Jadi aku meminta Bapak membelikan ku telur itu. Perjalanan pun di mulai lagi sampai ke Tebingtinggi. Telur itu ku makan di perjalanan.
"Ihh tah apapun Ti, enaknya makan telur bebek itu." Mamak merasa sedikit geli kelihatannya.
"Emang kenapa Mak?"
"Amis loh." Mamak melihatku, bulu kuduknya merinding.
"Alah, yang penting enak aja udah. Itukan mamak bukan Tuti." Aku melanjutkan makan ku.
Aku pun tiba di stasiun pemberhentian di Kota Tebingtinggi. Aku pun turun dan naik Angkutan Kota yang menuju jalan Sei Rampah. Aku membawa koper dan peralatan yang lain kami bawa juga. Hingga-hingga tak terasa kian sampai kerumah. Aku melihat halaman yang berserakan dan beberapa tamu.
"Loh, Ika belum pulang? Kukira udah." Aku tertawa kecil.
"Belum lo kak, aku rindu nungguin seminggu lama ga balik." Dia kesal menyerungut.
"Ehe iya disana enak loh, murah-murah jajanan nya. Kapan-kapan kesana kita yok!" Aku meyakinkannya.
"Emang iya?"
"Iya! Masa bohong." Aku semangkin semangat meyakinkan nya tak sabar dia kapan pergi kesana bersamaku juga.
"Ehh udah makan belum?" Bulek menyapaku sambil menawari makan.
"Belum.." Memegang perut yang keroncongan.
"Yaudah makan dulu, Nenek mu tadi masak Ayam sambal tuh." Bulek menunjuk kearah tudung saji.
"Iya, bentar ya" Aku meninggalkan sepupuku di ruang tamu itu.
Setelah ku selesai makan aku pun bermain dengan Ika, kami bermain petak umpet sampai tengah hari. Dan Nenek dan menyuruh kami masuk karena sudah mau Zhuhur.
"Hei! Masuk-masuk. Udah mau zhuhur!" Teriak Nenek.
Kami pun keluar dari persembunyian kami masing-masing dan melaksanakan sembahyang sholat. Selepas itu aku melihat nenek yang kecapean dan aku berniat mau memijit bahunya.
"Nenek capek ya?" Aku menanyakan pertanyaan basi.
"Iya, kenapa mau mijitin kau?" Nenek tau saja apa yang aku lakukan, padahal belum ku pinta.
"Ehe iya.. Sini Nek biar ku pijitin." Sambil Nenek menyandarkan bahunya padaku juga sembari ku pijat.
"Ehh habis ini uyut ya, uyut capek juga." Buyutku memegang bahunya.
"Iya nanti, kalo aku ga kecapean habis mijitin Nenek." Tertawa kelakarku.
"Hmmph, yaudah" Buyut menyerungut masam.
.........
Aku melihat Ika membereskan barang-barang nya bersama Paman. Lalu aku menanyai nya.
"Kau mau ngapain Ka?" Terlihat heran seperti seakan-akan mau pulang.
"Ya mau pulang lah, besok sih.. " Ragunya.
"Ihh jangan pulang lah." Aku sedih menarik lengannya.
"Ihh nanti burung peliharaan ayahku siapa yang ngurus? Lagipula mau sekolah juga aku" Dia meyakinkanku.
"Ihh baru aja ketemu dan mau pulang kau. Sini ajalah.. Masih satu bulan lagi lo sekolah." Aku memohon sambil bertegak lutut.
"Ihh maaf la Ti, ga bisa." Ucapnya sedih dan nada pelan.
"Iya Ti, nantilah Paman balik kampung lagi. Ketemuan lagi kita ya.." Paman membujukku.
Aku mengangguk mengiyakan "Yaudahlah, kalo itu mau Paman sama Ika."
Selepas itu aku pun bermain di dekat jalan raya didepan rumah Nenek. Kami mengikuti trend yang lagi marak-maraknya yakni 'Om Telolet Om'. Kami pun penasaran dan meneriaki om telolet om tersebut. Aku, Ika dan bersama adik-adik kami mencoba trend tersebut.
"Om telolet om!" Teriak seru barbar di jiwaku.
"Telolet-telolet" Suara telolet dari bus itu pun berbunyi.
"Yeayy!" Aku seloro kesenangan.
"Ihh kok bisa?" Ika mendekat lari kearahku.
"Bisa lo, aku lihat di internet kemarin. Makanya aku test, rupanya bisa!" Aku meyakinkannya.
Ika berteriak "Om telolet om! Om telolet om!" Tapi bus itu tidak menggubris.
"Yahh, dia sombong. Ataupun ga ada teloletnya." Aku ragu-ragu menyangkalnya.
"Iya, hoki kali kau Tuti. Entah coba kau?" Dia membalikan keadaan.
"Om telolet om!" Teriakku.
"Telolet-telolet" Suaranya hingga menyelengkik ke telingaku.
"Wihh, tuhkan bisa!" Aku mengoyah bahu Ika.
"Tunggu-tunggu, Aku coba.
Om telolet om!" Dia berteriak dengan kencang sampai-sampai telingaku sakit mendengarnya.
"Telolet-telolet tet-tet-tet-tet telolet." Suara berkepanjangan nan nyaring.
"Wihh, Yeay!!" Dia melompat-lompat kegirangan bersama adiknya juga.
"Ihh dahlah aku dah cape Ka. Kau aja ya, mau istirahat aku." Aku duduk di tepi bongkahan besar batuan didekat jalan raya.
Aku pun melihat mereka yang kegirangan dan sampai-sampai aku bosan. Lalu aku melihat televisi dengan Buyutku. Seperti biasa Buyut selalu melihat acara kesukaan nya yakni dangdut. Aku kurang suka sih, sebab tidak seleraku saja di dangdut. Aku lebih suka mendengarkan lagu pop.
"Yut, ganti ya yut?" Aku mengambil remote di meja.
"Jangan, tunggu iklan. Uyut masih nonton." Dia meraih remote nya kembali agar ku tak mengganti acaranya.
"Dahlah aku dengar radio aja di dapur." Aku berjalan menuju dapur.
Setelah ku setel-setel dan ku utak-atik, tak ada siaran yang enak. Mereka menyiarkan berita saja. Aku pun bosan, lalu aku kekamar saja. Dan aku berbaring bosan disana sambil kipas-kipas memakai kipas pandan, padahal aku tidak kepanasan.
"Ehh ngapain kau Ti?" Nenek membuka pintu melihatku berbaring sambil kipasan.
"Bosen Nek, mau nonton ada yang nonton. Denger radio ga ada siaran. Jadi ya baring-baring aja." Aku menggolek-golekan badanku di tempat tidur.
Nenek naik dan tidur di sebelahan dengan ranjangku "Adeh.. Enak juga. Nenek capek juga dari tadi." Sambil ia memijat-mijat sendiri punggungnya yang pegal.
"Nek elus-elus kan badan belakangku Nek boleh? Soalnya gatel." Ucapku sambil menggaruk badanku yang tak sampai itu.
"Yaudah sini." Kami pun berbaring dan tak terasa tertidur lelap kala itu.
.........
Malam ini si Ika dan keluarganya pulang. Padahal baru saja ku temui kemarin dan satu Minggu yang lalu juga. Cepat sekali ya dia pergi.
"Kau jadi pulang Ka?" Ucapku meyakinkan diriku.
"Iyalah, kapan-kapan kan ketemu lagi kita." Senyum menyeringai lebar.
"Haha, iya ya." Padahal aslinya hatiku sedih dia mau pulang.
"Ini Paman ada sedikit uang buat Tuti." Paman memberikan ku uang seratus ribu dan ada dua lembar.
"Satu untukmu, satu lagi untuk adikmu." Tegas paman sambil memberesi kopernya dan barang-barang nya.
"Ihh jadi pergi kalian?" Aku meyakinkan sekali lagi.
"Ihh iya lo ti, kapan-kapan kita ketemu lagi ya." Ika memelukku dan air mata itu mengalir dari pipinya.
"Jangan lupa berkabar lewat telepon ya Ka." Isak tangis membasahi pipiku.
"Iya.." Dia langsung buru-buru pergi dan naik ke bus yang telah di berhentikan oleh bapak.
Kulihat dari luar jendela bus itu, dia naik sambil menangis. Kapan lah Ika ku bertemu engkau kembali. Semoga kita ketemu lagi, aku kangen kita bermain lagi. Salam dariku Tuti.
(BERSAMBUNG...)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments