Ya, aku ingin sekali Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah atau yang disingkat (MDTA) Dulu sewaktu kecil aku ingin sekali bersekolah agar di beri uang jajan, banyak teman dan keseruan lainnya. Kalau MDTA ku sekarang dekat rumah ku, tak jauh 300m saja sudah ada MDTA itu. Karena aku ga tau jadi aku penggunakan pakaian gamis serba hitam putih dan Membawa ransel hitam serta sepatu sekolahku. Aku mendaftar dan langsung diterima di hari itu juga. Lalu aku pulang kembali karena di sana tak ada yang memakai sepatu melainkan sandal, karena aku ilfeal jadi aku pakai sandal juga.
“Hai nak, siapa namanya? Imut banget..” Ucap kepsek itu.
Aku malu-malu kucing “Tuti Lasmani buk.”
Kepsek itu mengangguk-angguk kan kepalanya “Ohh, Tuti. Oh ya kelas 1 ada di pojokan kiri sebelah Kantor ini ya.. Selamat dapat teman baru.”
Aku menyalim sembari pergi “Terimakasih buk Hena”.
Bel sekolah MDTA itu pun berbunyi, kelas segera dimulai. Aku menunggu di pojokan ruang kelas karena aku anak baru.
(Sett, ceklok..) Pintu berbunyi ada yang masuk keruangan kelas.
“Ehh ada anak baru ya, namanya siapa? Tapi anak-anak sebelum itu absen dulu ya..” Buk guru itu pun mengabsen kelas itu satu-persatu.
“Ehh iya tadi namanya siapa dan bisa jelasin dimana tempat tinggalnya sekarang, juga SD nya yang sekarang juga dimana?”
“Duhh ini buk guru banyak banget pertanyaan” Gumamku.
Menjawab dengan halus dan kepala yang merunduk “Halo, Nama saya Tuti Lasmani. Saya pindahan dari Tebingtinggi, Sumatera Utara. Dan saya sekarang tinggal di Simp.nanas ga jauh dari sini 300m aja kok. Sekarang sekolah SD baruku ada di SD SERIBU KUBAH 001. Salam kenal ya..”
“Oke, sekarang Tuti bisa duduk di dekat Sandi ya..”
“Ba-Baik buk..” Aku jalan mendekat tempat dudukku, sambil menderet bangku agar bisa duduk.
Pelajaran di hari itu Aqidah & Akhlak. Yaa banyak sekali mencatat, tapi aku tidak mengeluh. Dan setibanya ahsar aku pun sholat dan mengambil wudhu sesegera mungkin melakukan ibadah sholat. Dan ketika siap istirahat aku pun membeli jajan mie goreng yang harganya Rp.2.000,00 tersebut. Lalu kubawa kekelas dan kuhabiskan disana. Tapi sebelum pulang, kami diberi tugas menghafalkan gerakan, niat, doa Berwudhu dan sholatnya. Aku pun kalang kabut, karena tak tahu darimana dulu yang harus kuhafal, namun ku jalani saja dan kuhafal sedikit demi sedikit, kami juga diberikan waktu 1 bulan oleh Buk yang entah ku tahu namanya, tadi aku lupa sih nanya namanya.
.........
Hari ini hari Rabu, kami di kumpulkan ke lapangan oleh kepsek dan disuruh menyanyikan Lagu Wajib Nasional. Setelah kami menyanyi hampir 40 menitan, kami ke kelas dan memulai pelajaran pertama yakni matematika. Aku bosen dengan pelajaran itu, memikirkan angkanya saja membuatku pusing dan segera mengakhiri nya, tapi ga bisa. Ya kujalani saja dengan berat hati. Lalu kami praktek IPA, yakni membuat Kincir Angin sederhana dengan media Jarum, pipet dan kertas sebagai kincir nya. Lalu kami hampir keseluruhan berhasil membuatnya, lalu kami membantu yang kurang mengerti cara membuatnya. Tak terasa sudah waktu pulang sekolah SD.
Kini langsung pulang kerumah, ganti baju dan berangkat ke MDTA. Ya jadi seakan-akan sekolah ku ini jadi Full-day. Dan aku terlambat di hari itu.
(Tok-Tok-Tok, ceklok..) Pintu kelas berbunyi.
“Buk maafin saya saya telat, tadi saya dari SD SERIBU KUBAH 001 dan langsung bergegas kesini dan tak tahu ibuk sudah masuk.”
“Wiss ra usah no pikerne, sing penting awak mu wes rene.”
“Ehh maaf, ibuk kebiasaan pake bahasa Jawa. Artinya Ga usah kamu pikirkan, yang penting kamu udah disini. Oh g-gitu ya buk..”
“Wahh ibuk ini baik sekali” Gumam ku.
“Namamu siapa? Kenapa kau imut sekali kayak orang cina lagi matanya sipit. Ayah/Ibu mu orang cina ya?”
“Ngga kok buk, hehe.. Saya orang Jawa sama kayak mamak dan bapak.”
“Ohh gitu, yaudah sana duduk lagi. Biar ibuk konfirmasi buat absen ulang.”
Ia pun berjalan ke Kantor untuk membuat ulang absen kelas kami. Dan lalu ia kembali lagi ke ruangan kelas kami mengajar pelajaran Fiqih. Kami bablas menghapal, dan akupun semangkin pening. Hafalan yang semalam aja belum terhafalkan malah ditambah hafalan baru. Namun ku bersemangat di hari itu untuk menghafal semua sedikit demi sedikit agar guru yang baru mengenalku tak kecewa.
.........
Tinggal di Simp.Nanas ini sepi banget, jangan kulihat ada kereta apalagi mobil. Yang lewat palingan satu dua doang. Yaa aku pindah-pindah sekolah karena ikut orang tua dan lingkungan pertemanan yang cukup buruk menurutku. Tapi aku tetap tabah dan mencoba untuk bersosialisasi di desa baru tempat ku tinggal. Dan akhirnya aku bisa bersosialisasi setelah 2 bulan disini.
Aku melihat tetanggaku ada yang pindah dan dia membangun Toko Monza kecil. Aku melihat dari jauh ada anak perempuan yang seusia denganku namanya Noni. Noni terbilang cukup lantam dan licik dari tampangnya, aku kurang suka menemaninya jadi aku menjauh darinya. Setelah kusadari ia bersekolah di tempat MDTA denganku yang sama. Ia duduk dekat bersebelahan denganku karena sekarang Sandi sudah 5-7 kali Alfa beruntun dan entah kemana. Jadi ketika aku sehabis ahsar melakukan sembahyang sholat, Noni tak ada disana dan kulihat di mejaku tak ada penghapus berbentuk bunga matahari yang indah itu. Aku mencari disekelilingku namun tak ada juga. Aku memohon bongkar tas kawan-kawan ku beserta Noni tak ada kian. Lalu lusa harinya, aku melihat penghapus ku bersama Noni. Ia tak mau mengaku, Dan kami pun adu Jambak dan cakar. Lalu datang dari jauh Buk yang mengajar Fiqih atau namanya Lasmine ini malah menuduhku mengambil hak orang dan disuruh membagikan penghapus ini. Ya jelas, siapa sih yang mau hak nya sendiri dibagi orang lain apalagi itu penghapus kesayangan ku.
“Ngga buk, ini penghapusku. Ga akan kubagikan sama siapapun. Kan dia mencuri penghapusku!”
“Ohh gitu kamu ya Tuti, kamu pelit sama teman sebangkumu. Nak ambil ini, kau belikan penghapus yang baru.” Sambil buk Lasmine mengeluarkan uang disakunya sebesar 5 ribu.
“Kamu tega menuduh temanmu mencuri dan kamu tak mau berbagi sama temanmu. Ingat ya Tuti Rasulullah itu pernah bersabda, (Orang yang sangat pelit adalah orang yang ketika namaku disebut di sampingnya, ia tidak membaca shalawat kepadaku. [H.R. At-Tirmidzi])”
Hatiku hancur berlinang air mata, air mataku membasahi pipiku dia selama ini memandangku sebelah mata dan hanya mendengarkan satu belah pihak. Aku menangis dan mencuci mukaku di wastafel sekolah. Aku kembali kekelas dan samar-samar kudengarkan.
“...Jangan karena penghapus aja yang sepele harga Cuma 2 ribu aja kita jadi orang yang pelit, ingat anak-anak jangan menjadi Tuti yang pelit. Kita sebagai umat muslim harus berbagi, dan...” Hatiku terisak goresan batin nan mental, tega guru seperti itu berkata demikian. Jika di renungkan kembali guru itu ga ada yang pilih kasih dan menzolimi muridnya sendiri. Namun ku tabah saja dan tak membicarakan ini pada orang tuaku.
Padahal itu penghapus kesayangan dari mamakku dan aku selalu menyimpannya. Aku pun menunggu hingga mau pulang lalu aku kembali masuk kelas dengan raut muka yang murung serta jilbabku yang compang-camping macam pengemis terlagi bagaimana lagi bentuk nan rupanya. Dalam lubuk hati ku yang terdalam “Aku menbenci Noni dan Guru Lasmine itu.”
(BERSAMBUNG...)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Liu Zhi
heheh lupa nama
2023-04-20
0
Ani
ada bahasa jawanya😆 setiap aku baca langsung terbayang tempatnya, kayak pernah denger seribu kubah gitu
2023-03-31
1