Sahara terus saja melihat bayi yang berpose menggemaskan, jeny mengirimkan foto tersebut tanpa dipinta. Temannya itu tau, kalau Ara sangat suka anak kecil.
Ara kembali ke masa lalunya.
"Terimakasih, sudah berada disisi ku saat suka maupun duka" tatapan mata laki-laki yang sedang dengan wajah pucat itu begitu penuh cinta
"Tidak ada kata maaf dan terimakasih untuk teman kan" balas wanita berjilbab itu dengan senyum yang sangat tulus
"Hm ... Terimakasih sudah bersedia menjadi teman hidupku" laki-laki itu menarik tangan Ara, memeluk tubuh langsing yang dibalut hijab tersebut.
"Semoga Allah mengizinkan ada generasi saleh-salehah di dalam sini" ucapnya mengecup perut Ara
"Aamiin, Ya Allah. Makanya ayo semangat!" jawab Ara mengepalkan kedua tangannya, laki-laki itu kembali memeluk Ara, ada mengusap lembut kepala laki-laki tersebut, bibirnya tersenyum namun dua bulir airmata jatuh menganak sungai. Cepat-cepat Ara menghapusnya
"Permisi, Ustadz. Bisa kita pergi sekarang?" tanya seseorang di depan pintu, laki-laki berseragam putih
"Ayo, Bang!" Ara mendorong kursi roda nya.
\=\=\=\=
Ye Jun sepertinya sedang serius, menatap ponselnya mengetik kata perkata lalu segera mengirimkannya.
Seolah tidak puas karena merasa seseorang disana lama membalas pesannya, Ye Jun pun mengambil langkah untuk segera menghubunginya.
Percakapan berlaku selama setengah jam lebih. Setelah selesai raut wajah Ye Jun tampak lebih santai dari sebelumnya.
Laki-laki itu meletakkan ponselnya, lalu mengambil buku tebal bersampul biru yang ada di meja sebelahnya.
"Apa kau benar-benar menyukainya? Bagaimana dengan tradisi kita? Bukankah kau tau kalau anak pertama harus menikah dengan wanita yang berkewarganegaraan sama dengan kita?" ucap laki-laki berkacamata yang baru saja masuk kedalam kamar hotel tempat Ye Jun menginap, tentu saja orang itu adalah Bumi
"Siapa yang kau maksud, Hyung?" Ye Jun menutup buku dan menyembunyikannya di dalam selimut
"Tidak usah menyembunyikannya dariku, aku sudah jelas melihatnya!" Bumi tersenyum menahan tawa
"Bagaimana yang aku katakan tadi?" ulang Bumi lagi
"Aku bukan anak pertama!" ketus Ye Jun menjawab
"Ya ... Tapi kau anak tunggal!"
"Ck!" Ye Jun mencebik
"Dan dia juga berbeda dengan kita, perbedaan kalian jauh, saaangat jauh"
"Aku tidak ingin membicarakan ini, Hyung. Fokus saja pada pekerjaan mu. Aku juga begitu" Ye Jun bangun dari tempat tidur, mengambil kembali ponselnya dan menelpon seseorang.
"Paman! Ye Jun!" teriak Bumi, dia tau pasti Ye Jun pasti akan menelpon ayahnya
"Ssstttt! Kau ini" Ye Jun menutup mulut Bumi lalu meninju perut asisten pribadinya tersebut
dan pergi
\=\=\=\=
Waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba, Ye Jun and the gank bergerak meninggalkan negri gajah putih menuju negara beribu pulau, Indonesia.
Tentu saja ada seseorang dalam tim tersebut yang ingin segera sampai. Kerinduannya terhadap negara kelahirannya begitu membuatnya benar-benar ingin bertemu dengan Doraemon meminjam pintu kemana saja.
"Kau bersama Ye Jun saja, Aku yang disini." Bumi menemui Ara yang sudah duduk diam menatap kearah jendela pesawat.
"Loh ... kenapa? Aku disini saja lah" ucap Ara
"Katanya ada yang ingin dibicarakan"
"Apa?" Ara menatap Bumi penuh tanya
"Mana aku tau, kau tanya saja sendiri"
"Sudah pergi saja sana, nanti Ye Jun marah, gawat! Pesawat kita bisa saja gagal terbang!" Jae Sun yang duduk disebelah Ara ikut membantu Bumi membujuk Ara
"Ck! Barang-barang ku!" Ara mencebik
"Hahaha ... Kira turun disaat bersamaan Ara! Aku tidak akan mencuri make up Ye Jun! pergi cepat!" Bumi memegang kedua bahu Ara dan mendorongnya agar gadis itu segera berjalan menuju kursi Ye Jun.
Sahara pergi dengan membanting kaki dan memanyunkan bibirnya, melihat kembali ke arah belakang tempat dimana Bumi dan Jae Sun melambaikan tangan mereka bersamaan.
"Awas kalian!" Ara mengepalkan tinjunya, kedua laki-laki yang melihat itu malah tertawa
Ara duduk perlahan disebelah Ye Jun, menatap laki-laki yang sedang memejamkan mata dengan headset menutup kedua telinganya.
"Kau sudah datang!" ucapnya, matanya masih tetap terpejam
"Apa yang ingin kau bicarakan, Ye Jun?" tanya Ara
"Hm ... Banyak" Ye Jun membuka headsetnya, membiarkan benda itu menggantung dileher jenjangnya.
Menggeser posisi duduknya untuk lebih dekat dengan Ara.
"Terutama aku ingin menagih janji!" ucapnya dengan tatapan tepat dimanik mata Ara
Gadis itu menunjuk saat kedua mata mereka bertemu, Ara mengingat tentang janji yang Ye Jun maksud
"Aku berjanji apa?"
"Kau lupa? Apa semudah itu wanita mengucap janji lalu melupakannya begitu saja"
"Ye Jun, aku benar-benar tidak mengerti maksudmu"
"Padahal aku sudah tidak sabar ingin pergi ke kampung halaman mu" Ye Jun merengut, wajah putih bak vampitnya berubah menjadi imut, sangat imut. Menggemaskan!
"Idih! Kenapa dia sok imut begini!" Dalam hati Ara mencemooh
"Bukankah kalian tidak punya waktu banyak di Indonesia? Bukannya acara barumu akan segera tayang setelah kau pulang ke Korea?"
"Ya ... Betul! Semuanya bisa diatur. Eh ... Apa kau tidak ikut pulang dengan kami?"
"Hm" Ara menjawab sekilas lalu berdiam mendengarkan suara arahan sebagai pertanda pesawat mereka akan segera lepas landas.
.
.
.
.
Happy reading, pleas komen dan like juga berikan nilai tentang tulisan ku ini, karena semua itu memberikan kebahagian untuk ku😊🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Ratih
pantesan aja Ara ga suka RS ternyata suaminya sakit keras ya
2023-05-03
0