Awak media berbaur dengan para fans yang kebanyakan wanita itu sepertinya sudah lama menunggu. Setelah pintu mobil terbuka, seperti diberikan komando fans fanatik Ye Jun berteriak-teriak memanggilnya. Masing-masing membidikkan kamera ponsep mereka kearah penyanyi segala gendre musik tersebut.
Teriakan mereka semakin membahana karena Jae Sun menyusul setelah beberapa menit Ye Jun keluar mobil.
Laki-laki berbadan kekar sigap melindungi sang artis dari fans yang mungkin saja dapat menembus barisan.
Sahara sudah bergabung dengan crew atau staff yang lain. Ara geleng-geleng kepala melihat pemandangan yang ada di belakangnya. Mereka tidak masuk akal mengidolakan seseorang sampai sedemikian rupa, pikirnya.
Dari sudut lain, Ara juga melihat kerumunan yang lumayan ramai. Gadis itu mencermati apa yang sedang orang-orang yang memegang berbagai jenis kamera itu tunggu. Tidak lama kemudian rasa penasarannya terjawab. Perempuan cantik keluar dari pintu kaca yang terbuka sendiri. Wajahnya sangat cantik namun minim senyum. Melambaikan tangannya kepada awak media, menyapa sekedarnya kemudian berlalu pergi.
"Hm ... Its the real Artis" ucapnya menyeringai, begitulah yang ia tau tentang artis atau selebriti. Kebanyakan dari mereka memiliki sifat sombong setelah benar-benar sangat sukses.
"Kau bilang apa, Ara?" tanya salah seorang staf agensi disebelahnya
"Itu! Yang aku tau tentang artis seperti itu, Sombong!" tunjuk Ara pada kerumunan
"Oh ... ya, kebanyakan memang begitu. Tapi tidak dengan Idol kita." ucapnya
"Ya ...." Ara mengangkat kedua bahunya.
\=\=\=\=
Perjalanan lebih kurang sebelas jam berlalu. Mereka tiba dengan selamat kurang dari jam sepuluh malam waktu setempat.
Ara salah satu dari staff yang terlihat sangat antusian turun dari pesawat yang membawa mereka tiba di negri paman Sam tersebut.
"Ye ... Aku sampai disini! Alhamdulillah ya, Allah." ucapnya merentangkan kedua tangannya mencium aroma negara itu dalam-dalam.
Beberapa kru lainnya melihatnya dengan tersenyum, Ara jauh lebih muda di banding mereka semua. Mungkin, mereka memaklumi ekspresi Ara yang seperti itu karena jiwa mudanya atau karena ini hal yang pertama kali untuknya.
"Ayo! Jangan berlama-lama disini. Nanti kita di tinggalkan bos." ucap salah satu kru pula
"Hm ... Ayo." jawab Ara
Mereka semua pun berjalan ke satu arah, tentu saja menuju pintu keluar bandara.
Sahara menatap sekelilingnya, walau sepanjang perjalanan menuju hotel tempat mereka menginap hanya diterangi oleh lampu jalanan dan berasal dari gedung-gedung saja, sama sekali tidak membuatnya jemu untuk sekedar memejamkan mata sejenak mengurangi kepenatan.
"Kau bahkan tidak tidur saat di pesawat, Ra" ucap Bumi
"Oh ... Ternyata kau memperhatikan aku ya" goda Ara tersenyum, mereka memang semakin akrab
"Tentu saja, haha"
"Aku tidak bisa tidur kalau naik pesawat, aku takut kalau terjadi sesuatu aku terlambat melompat keluar." jawab Ara, semua yang mendengar ocehan Ara pun tertawa
"Kau ini ada-ada saja! Kau pikir ketinggian pesawat mengudara itu seperti tinggi tempat tidur tingkat dua!" jawab Bumi
"Ah ... Sudah kau diamlah. Aku ingin menikmati pemandangan ini." ucap Ara
"Kau akan bisa menikmatinya besok. Akan lebih menyenangkan melihatnya kalau matahari sudah terbit."
"Ya ... Tapi aku merasa rugi melewati nya tanpa melihat setiap sudut jalanan. Bumi ... Berapa lama kita disini?"
"Satu minggu?"
"Kalau kau mau selamanya disini kau bisa tinggal kalau kami berangkat ke negara berikutnya nanti" Ye Jun membuka pemutar musik yang menempel di telinganya dan berbicara dengan menatap ke manik mata Sahara.
Wanita itu terdiam,
"Dari tadi diam saja, sekalinya ngomong nusuk banget!" ucap Ara, tentu saja dalam hati
"Jangan berisik! Aku mau tidur!" Ye Jun menutup matanya dengan kedua tangan yang dilipat di dada
"Ya sudah sana tidur! Kayak kebo, Mas. Tidur mulu! Nggak lengket tu mata dari tadi tidur terus." umpatnya pelan
"Jangan mengumpatku dihadapanku!" ucap Ye Jun
"Apa dia mengerti apa yang barusan aku ucapkan" Ara berbicara sendiri dalam hatinya
\=\=\=\=
Masing-masing mereka menarik koper dengan ukuran berpariasi, tentu saja koper berukuran besar ditarik oleh beberapa kru wanita selain Ara. Sudah bisa ditebak apa yang para wanita itu bawa kan?
Sedangkan laki-laki bahkan ada yang hanya membawa ransel. Hal yang membingungkan setiap wanita, apakah para lelaki jika bepergian tidak memerlukan baju ganti atau sama sekali tidak mandi? Ah ... Biarlah teka teki itu tidak terjawab
Sahara sekamar dengan dua kru lainnya, mereka menjadi lebih akrab dari biasanya karena itu. Ara juga bukan gadis yang susah untuk membaur.
Tapi, dia akan banyak mendapat pertanyaan tentangnya atau mungkin juga akan ada jurang pemisah antara mereka jika para gadis lainnya bukan orang yang bertoleransi.
"Kalian sudah mau tidur?" tanya Sahara pada dua gadis berambut sama-sama panjang itu
"Iya, aku sangat letih Ara. Kita juga besok harus mulai bekerja kan." jawab salah seorang diantaranya, sementara yang lain hanya menatap Ara dengan mata sayu
"Baiklah, selamat beristirahat." ucap Ara
"Apa kau ingin keluar?" tanya gadis itu lagi melihat penampilan Sahara yang berbeda dari biasanya
"Tidak, aku hanya ingin shalat." ucap Ara yang sudah memakai mukena, gadis itu berjalan mengambil ponsel dalam tasnya untuk membuka aplikasi yang menunjukkan arah kiblat
"Oh ... Baiklah."
.
.
.
.
Di episode ini aku mulai KO, Gaes🥲
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Ratih
sehat sehat kakak
2023-05-03
0