Nama di layar ponsel itu terlihat jelas, ini sudah kali ke enam Jeny melihat ponsel Ara bergetar terus, ada panggilan suara disana.
Akhirnya setelah panggilan ke tujuh, Jeny membangunkan Ara yang tertidur dengan melipat tangan dimeja dan menyembunyikan kepalanya itu.
"Ra ... Ini sudah panggilan ke tujuh Appa mu." Jeny mencabut ponsel yang sedang di isi daya disebelah ia duduk.
Ara mengangkat kepalanya, meletakkan dagunya tepat diatas meja oshin bermaterial kayu tersebut.
"Biar saja lah." ucapnya malas
"Kasian, Ra. Mungkin pemilik restoran itu khawatir terhadap karyawan naturalisasinya." ucap Jeny dengan senyum di kulum
"Haha ... Naturalisasi ya, haha" Seketika kantuk Ara hilang karena tertawa, tubuhnya kini bersandar di sofa dan ia pun mengambil ponselnya
"Sini!" ucapnya lalu menggulir icon telepon hijau
"Appa ... Maaf, tadi Ara ketiduran." ucapnya
"Ara sudah sampai dengan selamat, Alhamdulillah ... Sekarang sudah di rumah Jeny yang akan menjadi rumah Ara, Appa." ucapnya lagi, Jeny memberikan cubitan halus dilengan temannya itu
"Aku berasa di peras ...." bisik Jeny
"Hm ... Jangan terlalu memikirkan Ara, Ara sudah biasa sendiri. Tidak perlu, Ara disini juga akan punya penghasilan, pokoknya Appa tenang saja." oceh gadis itu lagi di telepon.
Sepertinya orangtua diseberang sana sangat mengkhawatirkannya dan ingin mengirimkan sejumlah uang pada Ara takut anaknya kekurangan.
Setelah berapa lama, Sahara pun mengakhiri pembicaraan dengan orangtuanya itu, lalu kembali mengisi daya handphonenya yang belum terisi sempurna.
"Gitu amat sih sama ayah sendiri."
"Hm ... Apanya yang gitu amat? Apa ada yang salah?"
"Ya ... Aku merasa sepertinya kau sangat tidak sopan pada Appa mu, bahkan kau jauh lebih baik memperlakukan orang lain. Ra ... Apa kau masih belum bisa memaafkan nya?" Jeny memegang bahu Ara
Tatapan Ara berubah sendu, kepalanya ia sandarkan pada kursi untuk menatap langit-langit ruangan yang bisa dibilang cukup besar untuk ia tinggali sendirian.
"Entahlah ... Jen, Sejauh ini aku terus berusaha. Aku sadar, bahkan setelah aku datang ke sini, hanya Appa yang aku punya dan ia sangat banyak membantuku."
"So ...."
"Tapi kenapa dulu dia meninggalkan kami, Jen. Kalau dia sesayang ini padaku, seharusnya dia tetap menjengukku sesekali kan. Aku juga ingin seperti anak gadis lain yang tumbuh dan besar dengan cinta pertama seorang ayah ...."
"Kau sudah pernah menanyakan ini?"
Pertanyaan Jeny mendapat gelengan dari Sahara, Jeny justru tersenyum karena itu.
"I think, kalian hanya butuh bicara dari hati ke hati. Aku yakin Appa mu pasti punya alasannya."
"Hm ... Apa kau sudah siap mencatat hal penting yang harus kau ketahui tentang pangeranku?" Jeny merubah topik pembicaraan
"Ya ... Aku harus mencatat semuanya." Sahara membernarkan posisi duduknya, setelah mengambil buku berukuran kecil bersampul coklat dengan pena yang ada dibagian tengahnya.
"Dia itu nggak suka kalau segala macam yang ada didalam sini, di pakaikan ke orang lain!" Jeny memeluk tas berukuran tidak terlalu besar, lalu memberikannya kepada Ara
Ara membuka tas tersebut, mengeluarkan beberapa isinya dan paham apa yang dimaksud oleh Jeny barusan.
"Oke, Nomor 2?!" ucap Ara bersiap menorehkan tinta di kertas putihnya
"Pangeranku itu tidak suka banyak bicara dan lelet. Kau harus cepat menyiapkan semuanya tapi kerapian harus yang utama. Jangan berbicara saat sedang meriasnya kecuali dia yang bertanya kepadamu.
Kalau sedang bekerja jangan pernah membiarkan dia menunggu mu, kau harus sudah standbye di ruangannya bahkan sebelum dia datang, makanya kau harus punya kontak Bumi dan harus sering tanya ke dia, Bumi juga orangnya baik kok sangat bisa diajak kerja sama, karena kalau pangeranku marah karena satu orang ... Yang lain ikut kena imbasnya."
Ara manggut-manggut, semua hal yang dijelaskan Jeny masih dalam hal wajar. Mungkin ... tidak akan ada kesulitan besar untuk pekerjaan barunya ini.
"Hm ... Apa ada hal yang paling pantang dilakukan?" tanya Ara
"Ya ... Tentu saja."
"Apa itu?"
"Jangan bangunkan dia tidur!"
"Oh ... Itu sebabnya kita tadi ...."
"Ya ... Bumi hanya akan membangunkannya jika terdesak, misalnya dia ketiduran saat beberapa jam lagi ada jadwal. Pokoknya kalau ada hal penting saja, kalau hanya sekedar makan seperti tadi, lebih baik membiarkan makanannya dingin daripada membangunkan kucing tidur. Haha ...."
"Macan tidur maksudnya?" Ara mengkerutkan alisnya
"Haha ... Kau benar-benar tidak menyukai idol ya, Ra." jawab Jeny tertawa, Ara justru semakin mengerutkan alisnya
"Satu dunia tau, kecuali kau ya! Pangeranku ini di biaskan ke kucing. Imutnya ... Garangnya ... Nggemesinnya ... Ah, Will you marry me."
"Hus! Kau bahkan sudah menikah, Jen." tepuk Ara pada lengan Jeny
"Haha ... Itu adalah kata-kata yang keluar dari seluruh fans perempuannya, tidak terkecuali untuk yang seperti aku. Ye Jun, will you marry me!" Jeny mengulang kembali kata-katanya tadi
"Hah ... Kenapa aku masuk kedalam komunitas ini." Ara menyembunyikan kepalanya dalam lipatan tangan dan kembali memejamkan mata. Mungkin tidur lagi akan memberikannya kekuatan untuk bekerja di tempat yang ia rasa ini semua ... Aneh.
.
.
.
.
.
🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
White Rose
lanjut baca Thor, nebak nebak ceritanya nih, gak mau ngintip ke endingnya😁
2023-08-21
0
Ratih
idol nya pasti ganteng ini ya,,,,
2023-05-03
0
❤
Aya apa Ara nih😌😌
2023-03-08
0