Hening, ruangan itu begitu hening. Yang terdengar hanya suara deru nafas yang teratur.
Ara mencoba bangun dari tidurnya, badannya sudah terasa lebih baik saat ini, kepalanya juga tidak pusing lagi.
Ara menjulurkan kakinya, turun dari ranjang dan mengambil kantong infus. Dia ingin buang air kecil.
Perlahan gadis itu berjalan, bukan karena ia menjaga keseimbangannya, tapi karena takut kedua laki-laki yang sedang tidur disana terbangun.
Sahara membutuhkan waktu lumayan lama untuk menyelesaikan ritualnya dalam kamar mandi.
Rasa segar mengaliri tubuhnya, Ara memakai kembali kerudungnya setelah berwudhu.
Tangan kirinya membuka knop pintu, sedang tangan kanannya memegang botol infus.
"Tadi bukanya gampang, lah ... Kok sekarang susah." gumamnya, Ara mencoba lagi
"Aw!" pekiknya saat jarum yang menancam di lengan kanannya terasa bergeser dan menusuk
Derap langkah terdengar dari luar, tak lama kemudian knop pintu berputar. Ara pun mundur.
Ye Jun berdiri disana. Membukakan pintu dengan muka bantalnya
"Kenapa nggak panggil aku atau Bumi tadi?"
"Kalian sedang lelap, aku tidak akan membuat kalian susah lagi" jawab Sahara menahan sakit di tangannya
Cairan merah sudah mulai naik di dalam selang infus yang transparan tersebut
"Kan, darahnya naik. Kau ini! Aku bilang hati-hati!"
"Ayo cepat ke ranjangmu!" Cecar Ye Jun, ingin mengambil botol infus yang Ara pegang. Gadis itu mundur selangkah menjauhkan tubuhnya dari sang artis
"Jangan dekat-dekat! Aku mau shalat, sudah wudhu!" ucapnya tegas
"Ya sudah cepat keluar sana! Aku mau pakai toilet juga!" jawab Ye Jun tak kalah tegas
Sahara berjalan menuju ranjangnya, tapi seperti mengingat sesuatu gadis itu kembali ke depan pintu toliet.
"Tuan Ye Jun. Apa kau membawa sarung tangan?" pekik Ara dari luar,
"Bentar!!!" satu kata yang keluar dari mulut Ye Jun dengan lantang tersebut membuat Ara terkejut dan hampir mengurungkan niatnya.
Bukan hanya Ye Jun yang marah jika sedang berada dalam toilet di ganggu, dia juga akan melakukan hal yang sama, mungkin.
\=\=\=\=
"Assalamu'alaikum warahmatullah ...." bisik gadis itu. Sahara shalat dengan keadaan darurat, kerudung yang ia kenakan bahkan tidak menutupi semua bagian dadanya.
Untung saja baju rumah sakit yang ia kenakan kebesaran, lengan bajunya yang kepanjangan ia masukkan ke dalam sarung tangan sehingga kulit pergelangan tangannya tertutupi, sementara bagian dada sampai ke kaki Ara tutupi dengan selimut rumah sakit.
"Kalian melakukan itu setiap hari? Apa tidak ada pengecualian untuk orang yang sakit sepertimu?" ucap Ye Jun
"Iya, sehari lima kali. Selagi nyawa masih dalam badan kewajiban itu harus tetap dilakukan."
"Walaupun sakit?"
"Ya ... dalam agamaku, tidak ada paksaan. Semuanya selalu di mudahkan ... Ada keringana! Istilahnya ... Ruksoh!" Ara sedikit menjeda bicaranya mengingat suatu istilah yang pernah ia dengar dari ustadz.
"Tentang shalat ini, jika seorang muslim sedang sakit, tidak bisa shalat berdiri dibolehkan mengerjakannya dengan cara duduk seperti aku tadi, kalau tidak bisa, boleh berbaring ... Kalau masih tidak sanggung juga dengan isyarat. Kewajiban shalat akan hilang jika kita sudah meninggal." jelas Ara, mengulang kembali beberapa kalimat yang sudah ia ucapkan sebelumnya.
Ye Jun manggut-manggut, menyilangkan tangannya di dada. Sedikit pun pandangannya tidak pernah beralih dari pemilik mata berwarna coklat tersebut.
"Artikel itu benar! Dia memang serba ingin tau dan banyak tanya." ucap Ara dalam hati
Bumi pun akhirnya bangun dari tidurnya. Laki-laki itu merenggangkan ototnya yang kaku. Mengambil kacamata, menggosok cermin berbingkai itu dengan ujung bajunya.
"Oh ... Kalian sudah bangun." ucapnya
"Apa kau sudah lebih baik, Ra?" tanyanya pula
"Ya ... Aku sudah jauh lebih baik. Terimakasih sudah bersedia repot karena aku" ucap Ara
"Ah ... Kau ini. Jangan berlebihan begitu, kita kan team. Mana mungkin kami membiarkanmu sendirian."
"Mm ... Ye Jun, Bumi! Bolehkah kita pulang sekarang? Aku sudah benar-benar sehat." Ara membenarkan posisi duduknya, memasang senyu termanis
"Bukan kau yang menentukannya, aku akan segera panggil dokter!" ucap Ye Jun, laki-laki itu segera keluar dari kamar inap tersebut
Tidak lama berselang dokter perempuan masuk, menyapa dengan ramah pasien yang ada di hadapannya.
"Kenapa nggak betah banget disini." ucap sang dokter, menyentuh lengan Ara. Sahara hanya mengumbar senyum pada dokter senior itu
Ada rasa nyaman dan ingin berlama-lama bicara dengan wanita itu, tapi bukan ini saatnya.
"Saya sudah merasa jauh lebih baik, Dok. Kalau lama-lama disini takutnya malah lama sembuhnya." akhirnya Sahara mengatakan sesuatu
"Kita periksa dulu ya ...." Dokter itu memakai stetoskopnya
\=\=\=\=
Mobil hitam sudah terparkir persis di depan pintu masuk rumah sakit, Laki-laki berkacamata tampak membawa beberapa tas di tangan kanan dan kirinya, ada juga tas kecil yang tergantung menyilang di tubuh itu.
Sementara satu orang yang memakai topi dan masker mendorong kursi roda.
"Aku bahkan sudah bisa berlari." gadis itu bicara dengan wajah masam
"Jangan banyak bicara, lusa kita akan bekerja. Kau harus benar-benar sehat, jangan membuat aku repot disana!
Jangan sampai terlambat meminum obatmu!" ucap laki-laki itu lagi, memberikan sekantung tas berisi obat-obatan kepangkuan Ara.
Gadis itu membuang nafas, malas.
"Hahaha ... menurut saja, Ara. Kalau tidak aku juga yang akan repot." sahut Bumi pula
Mereka bertiga kini sudah berada di depan mobil, pintu mobil itu pun sudah terbuka.
"Jangan bilang kau mau menggendong ku!" Ara menatap tajam Ye Jun.
Bukannya takut, artis serba bisa itu justru mendekatkan tubuhnya ke Ara. Seperti ingin benar-benar mengangkat tubuh langsing itu.
Secepat kilat Sahara berdiri dari kursi roda dan masuk ke dalam mobil, hampir saja kepalanya terbentur atap mobil.
"Hey! Hati-hati!!! Kepalamu hampir saja terbentur tadi!" teriak Ye Jun
"Buktinya aku tidak apa-apa kan!" jawab Ara menyembulkan kepalanya, gadis itu tadinya hendak duduk di kursi belakang mobil hitam tersebut.
"Ga Eun! Duduk disini!" perintah Ye Jun menunjuk kursi di sebelah kursi tempat dia biasa duduk.
"Aku disini saja!" malas Ara
"Ga Eun!" panggil Ye Jun lagi
"Iya ... Iya! Bawel banget nih orang!" ucap Ara menggunakan bahasa Indonesia
"Apa katamu?" tanya Ye Jun yang tidak mengerti apa arti ucapan Ara
"Mereka ini kenapa? Ga Eun?!" Bumi yang sedari tadi merasa tidak di anggap ada hanya bisa berbicara dalam hati.
"Bisa kita berangkat sekarang?" ucapnya tanpa melihat ke belakang
"Ya!" jawab Ara dan Ye Jun bersamaan
.
.
.
.
Ye ye ... Episode 10, 🥰
Terimakasih sudah membaca dan memberikan jempol ya, jempol kalian memberi ku semangat untuk terus menulis cerita 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Ratih
Bumi kasian ada tp tak dianggap
2023-05-03
0