Ga Eun

"Jangan berbicara saat mulut penuh, Pak. Nanti tersedak." ucap Ara hati-hati

"Kenapa orang-orang disini selalu makan banyak dan selahap itu ya, pun lagi sepertinya makanan sebanyak itu tidak berpengaruh ke tubuh mereka" Ara bicara dalam hati, merasa heran dengan warga negara asli tempat dia menetap saat ini

Ye Jun menghabiskan makanannya lalu minum segelas air. Mencoba mengambil tissue yang letaknya jauh. Ara mengambilkannya.

"Kenapa makan mu sedikit sekali? Pantas saja kau sekurus itu." ucapnya sarkartis

"Aku memang tidak terlalu suka makan." jawab Ara santai

"Lalu apa yang kau suka?" tanya Ye Jun pula

"Diam." jawab gadis itu lebih santai lagi.

Ye Jun mengernyitkan alis, perempuan ini memang beda dari yang lain, pikirnya

"Bagaimana kau bisa mengenal Jeny?"

"Dia itu teman kursus ku dulu, Pak"

"Panggil saja nama ku, aku merasa sangat tua mendengar kata bapak." ucapannya di angguki Ara

"Oh ... Hanya kursus? Aku kira kalian teman sekolah. Sepertinya teman kursus tidak seakrab itu."

"Hm ... Mungkin kali ini beda, Pak. Eh ... Ye Jun. Jeny selalu baik padaku beda dari teman yang lain. Mungkin karena aku orang asing."

"Ya ... Jeny memang orang yang baik. Agensi pasti sangat kehilangan dia kalau dia benar-benar pensiun."

"Dia akan kembali, pasti. Jeny sangat mencintai pekerjaan ini."

"Dan kau? Apa yang akan kau lakukan setelah Jeny kembali?"

"Aku akan pulang ke Indonesia." jawab Ara mantab

"Bukankah ayahmu disini? Apa kau dan ayahmu akan pindah ke sana?"

Kening Sahara berkerut dari mana laki-laki itu bisa tau tentang ayahnya, dia tidak pernah menceritakan ini, hanya Jeny yang tau. Ah ... Tentu saja. Pasti Jeny menceritakan semua tentangnya pada Ye Jun.

"Appa memang disini, ini negaranya. Aku ... Aku akan pulang ke negara tempat ku dibesarkan." jawab Ara

"Hm ... Aku juga sangat ingin kesana, Fans ku sangat banyak disana." ucap Ye Jun sambil meminum kopinya

"Oh ... Ya? Nanti kalau kau kesana aku akan membawamu berkeliling. Tapi kau yang membayar semuanya." ucap Ara kelepasan, beberapa jam bersama Ye Jun membuatnya merasa sudah akrab

"Aku akan mengingat itu, Ga Eun! Ayo kita pulang aku mengantuk!" Ye Jun meletakkan beberapa lembar uang di meja dan berjalan pergi

"Apa? Dia memanggilku apa?" Sahara heran

"Eh ... Pak. Aish ... Ye Jun! Katanya aku yang traktir!" kejar Ara

Ye Jun menghentikan langkahnya dan menoleh kebelakang menunggu Ara menyusulnya dengan menyodorkan lembaran uang

"Simpan saja, anggap kau mendapat bonus hari ini!"

"Bonus karena sudah meninggalkan papperbag penting untuk yang kedua kalinya!" mata Ye Jun membola

Sahara menepuk jidatnya, menatap Ye Jun malu dan takut lagi. Kemudian berlari kearah meja mereka makan tadi.

"Kalau kepalamu bisa dilepas, aku yakin pasti akan ketinggalan juga!" ucapnya begitu Ara sudah menyusulnya

"Maaf." ucap Ara

"Kata-katamu persis kata-kata guru SMA ku." umpatnya dalam hati

\=\=\=\=\=

Waktu berlalu, musim berganti. Sahara semakin menikmati pekerjaannya. Hubungan pertemanan antara dia dan Bumi pun semakin baik. Ye Jun ... Yah, begitulah. Semuanya mengikuti mood.

Ara banyak belajat dari Bumi dan pastinya belajar memahami Ye Jun dari artikel-artikel berita yang ia baca setiap malam.

Seperti malam ini, Ara sedang berselancar di dunia maya. Sudah sangat lama rasanya dia tidak membuka sosial medianya, Gadis itu pun membuka aplikasi berwarna biru berlogo salah satu huruf alpabed.

Banyak sekali pesan masuk dan juga pemberitahuan. Hampir satu tahun ini Ara meninggalkan dunia itu.

Beberapa pesan ia buka, ada salah satu pesan yang membuat ia sangat kegirangan

"Maasya Allah, ukhti itu menikah!" ucapnya hampir menjerit. Kedua telapak tangannya ia letakkan menutup bibirnya

Jemarinya menari lincah mengetik beberapa baris kata membalas pesan yang baru saja ia baca.

Tidak lama pesan itu dikirimkan, Ara mendapatkan notifikasi email masuk. Cepat-cepat Ara membukanya, beberapa foto terpampang dilayar.

Sangkin senangnya Ara sampai menjatuhkan airmata.

"Aku sangat bersyukur dan ikut bahagia mengetahui kabar ini. Maaf tidak bisa mendampingi ukhti di hari bahagia itu. Semoga suatu saat kita bisa bertemu lagi dan mengaji bersama lagi, insya Allah." tulisnya setelah lebih dahulu menuliskan doa pengantin.

Ingatannya sejenak kembali ke masa-masa hijrahnya, berkumpul dalam suatu wadah yang di dalamnya berisi orang-orang yang ingin mengenal dan memperdalam ilmu agama yang ia anut saat ini.

Kenangan itu sangat indah, membuatnya rindu akan kebersamaan itu. Kebersamaan seperti saudara, tidak lagi ia merasakan hidup sedih karena sebatang kara.

Dan disitu juga dia menemukan kebahagiaan lainnya, dimana seseorang melamarnya.

.

.

.

.

Anyong 🥰

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!