whatever lah

"Jangan bilang nggak jadi ya, Ra." ucap wanita yang sedari tadi tidak bisa duduk tenang. Dia terus saja berjalan didepan pintu penumpang.

Jeny terus mencoba menelpon namun sepertinya seseorang diseberang sana tidak kunjung mengangkat panggilannya, beberapa menit berselang barulah panggilan itu terjawab.

"Sebentar masih nurun-in koper ini." cebik Ara dari telpon, tas jinjing mungilnya sampai jatuh dari bahunya karena dia benar-benar buru-buru dan repot.

"Saya bantu antar ke dalam saja, bagaimana?"

"Alhamdulillah ... Dari tadi kek!" gumam Sahara pada sopir taksi yang ia tumpangi

"Excusme!" ucap Sopir taksi itu dan kembali menawarkan diri

"Oh ... Boleh-boleh, Pak. Terimakasih." ucap Ara sopan dan sedikit membungkukkan badannya

Beberapa langkah kedepan mata coklatnya menangkap sosok teman yang ia kenal beberapa tahun lalu saat pertama kali menginjakkan kaki ke negri gingseng itu.

Jeny melambaikan tangannya, Ara dan sopir taksi tadi pun segera menuju kesana.

Sahara memberikan beberapa lembar uang, membayar ongkos taksi dan juga memberikan sedikit uang lebih dari tarif untuk menghargai jasa sopir itu.

"Ayo cepat. Nanti kita ketinggalan kereta." Jeny kini menarik tangan Ara seperti anak kecil

"Iya ... Iya! Jangan lari. Nanti kau terjatuh." Ara mengimbangi langkah Jeny

\=\=\=\=\=

Ruangan yang bertuliskan Genius lab itu sunyi, hanya ada sesorang didalamnya. Laki-laki itu fokus menatap layar laptopnya dengan headset besar menutup telinganya. Wajahnya serius bahkan kelopak matanya jarang berkedip.

Sesekali laki-laki itu terdengar bersenandung.

Beberapa saat berselang, kebisuan ruangan itu buyar ketika suara teriakan keluar dari mulut laki-laki itu.

"Uwaaaaaaa!!!" ucapnya sambil mengangkat kedua tangannya keatas dan menyatukan jemarinya bersilang.

Lalu mematahkan lehernya ke kiri dan ke kanan seperti sedang pendinginan saat sedang senam.

"Finish!" ucapnya menyungging senyum, lalu bangun dan keluar dari ruangan tersebut.

Didepan itu seorang laki-laki berkacamata baru saja sampai di hadapannya.

"Apa kau sudah makan siang?" tanya laki-laki berkulit putih tersebut kepada asistennya

"Belum. Kau mau makan apa biar aku pesankan." jawab sang asisten

"Pesankan aku halal food saja" ucapnya singkat

"Halal Food lagi?" alis asisten nya mengerut,

"Hm ... Kalau kau tidak suka, kau pesan saja yang lain. Aku sedang suka makanan seperti itu beberapa hari ini." jawab nya

"Ooh ... Aku capek sekali"

"Hm ... Nanti setelah makanannya sampai tolong bangunkan aku ya, aku mau tidur sebentar."

"Baiklah." sang asisten pun sibuk dengan ponselnya,

"Astaga aku lupa. Apakah nanti setelah makan malam kau ada acara lain?" tanya sang asisten yang bernama Bumi itu

"Hm ... Apa kau lupa mengatur jadwal ku?"

"Bukan begitu, maksudku. Aku lupa kalau stylishmu sudah menemukan penggantinya. Mereka akan segera sampai kesini satu jam lagi, mungkin ...."

"Ya sudah kalau mereka sampai suruh segera kesini. Ah ... kau pergi lah. Aku tidak bisa tidur karena mendengar nafas mu!" jawab laki-laki yang sudah menutup matanya sedari tadi

"Oke ... Oke. Aku pergi, Ye Jun!" ucap Bumi

"Hm ... Hati-hati berkendara, Hyung." jawabnya yang masih tetap pada posisinya dan juga tetap menutup mata

\=\=\=\=

Dua wanita berjalan tidak ber-iringan, Sahara yang berjalan dibelakang dengan menggeret satu koper dan dua tas mini yang melekat ditubuhnya terlihat seperti seorang asisten yang kewalahan mengekori majikannya.

Bukan Jeny namanya kalau berjalan tidak secepat itu.

"Heh, ibu hamil! Hati-hati dengan jalanmu. Pelan sedikit lah, aku capek!" pekik Ara

Jeny melihat kebelakang sambil tertawa,

"Haha ... pakaian yang kau pakai itu terlalu berat. Makanya kau jauh tertinggal seperti ini."

"Ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan pakaian ku. Pakaianmu yang kurang bahan makanya kau berjalan cepat karena malu dilihat orang!" jawab Ara membalas

"Hey ... Kau ini!" Jeny menghadiahi Ara dengan tinjuan di bahunya.

"Hm ... Awas saja kau. Aku bisa berubah pikiran kapan saja." ancam Ara

"Oh ... Tidak! Tidak! Aku hanya bercanda." Jeny merangkul tubuh Ara dan keduanya kembali tertawa

"Sebenarnya aku sudah ingin menanyakaj hal ini sejak lama, tapi baru ini kita ada kesempatan berdua lagi setelah semalam." wajah Jeny berubah serius

"Mau tanya apa?" tatap Ara

"Apa kau tidak merasa pakaian ini menjadi penghalang aktifitasmu?

Aku yang melihat saja merasakan kalau ini tuh susah!" Jeny memegang ujung jilbab Ara

"Aku sama sekali tidak merasakan semua ini menjadi penghalang aktifitasku. Bahkan sekarang rasanya aku tidak akan berani melangkah jika aku kembali berpakaian seperti dulu lagi." terang Ara

Jeny menghela nafas, "Ternyata jatuh cinta memang benar-benar merubah seseorang ya, Ra." ucap Jeny

"Ya ... kau benar. Karena cinta itulah akhirnya aku bisa menemukan cinta." jawab Ara pula

"Apa kau masih belum bisa melupakannya, Ra?"

"Aku ... Aku tidak akan bisa." mata Ara mulai berkaca-kaca

"Ah ... Sudah lah, Ayo ... Aku ingin segera bertemu dan berkenalan dengan pangeran kodokmu itu." Ara berhasil menguasai emosinya

"Ah ... Aku suka semangat mu. Ayo!" jawab Jeny menunjukkan barisan gigi putihnya

.

.

.

.

Komentar nya mana? 😊

Terpopuler

Comments

White Rose

White Rose

author ini suka keliling dunia, udah sampai di Korea pula dia 😁

2023-08-21

0

Ratih

Ratih

masih menyimak,,,,makin penasaran dengan kelanjutannya

2023-05-03

0

Ami💞4hy🥀

Ami💞4hy🥀

aku mau maraton ajalah 😁🏃🏃🏃

2023-03-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!