Waktu subuh, pukul 5 seperempat pagi, setelah selesai menjalankan shalat, Ara memasukkan kembali mukena berbahan parasut kedalam tas yang selalu ia bawa kemanapun ia pergi.
Memeriksa telepon genggam yang tengah di isi daya. Menyalakan laptopnya sambil menunggu air yang ia masak mendidih, tentu saja untuk menyeduh mie instan.
Sahara tergerak membuka email yang masuk. Senyumnya merekah pagi itu. Dengan lihai jemarinya menari diatas huruf-huruf yang tersusun di hadapannya.
"Aku akan segera mengunjungi kalian, Ummi!" tulisnya pada kalimat terakhir.
Tidak lama berselang setelah pesan tersebut ia kirimkan, Ara pun mendapat balasan.
"Cepat sekali Ummi membalasnya!" pungkasnya melihat jam di sudut kanan laptop
"Oh, Ummi habis shalat Tahajjud." ucapnya sendiri seolah mengingat kebiasaan yang dilakukan oleh wanita yang ia panggil dengan sebutan Ummi itu
"Alhamdulillah ... Kami sangat senang, Nak. Kami merindukan mu. Apa kau sudah izin pada ayah mu? Jangan pernah pergi tanpa izinnya, Sayang. Ridho Allah, ridho orangtua." baca Ara, senyumannya sedikit berkurang
"Ya, Ummi. Nanti Ara akan meminta izin." tulis Ara memberikan balasan.
Sahara memandang handphone di sebelahnya, mencabut pengisi daya batrainya. Menggulir dan mencari icon yang sesuai dengan yang di inginkan.
Panggilan itu belum tersambung, Mungkin Appanya masih tidur, pikirnya
Hampir Sahara mematikan telponnya, suara bariton dari seberang sana memanggilnya.
"Halo, Ara." panggilnya lembut
"Kau sudah bangun?" ucapnya lagi, Ara hanya diam
"Appa sudah bangun?" balas Ara justru kembali bertanya
"Tentu saja, Appa sudah berada di dapur sekarang." jawab laki-laki itu, mungkin disana dia sedang tersenyum
Sahara lupa, ayahnya adalah seorang koki di restorannya.
"Appa! Hari ini Ara akan pergi bekerja. Nanti Ara juga akan mampir menemui Abi dan Ummi di Indonesia, boleh ya ... Appa."
"Oh ... Kau sudah akan mulai tour bersama dengan penyanyi itu?" tanya Appa pula
"Iya, sebentar lagi mungkin mereka akan menjemputku."
"Mereka memperlakukan mu baik sekali, Nak. Kau beruntung di kelilingi orang baik."
"Alhamdulillah, Appa."
"Ya ... Alhamdulillah." ucap Appa menirukan kalimat yang selalu di ucapkan anaknya.
"Jaga kesehatanmu, Ra. Jangan sampai kau jatuh sakit. Minumlah vitamin. Kau akan sangat sibuk nantinya."
"Iya"
"Sampaikan salamku pada Abi dan Ummi mu." ucapnya, seulas senyum menghias wajah Sahara. Berarti ia sudah mendapat izin dari ayahnya dan bisa menjelaskan ini semua kepada Abi dan Ummi.
"Kau sudah sarapan?"
"Ini aku sedang membuatnya, Aw!!" tanpa dengaja Ara menyiram tangannya sendiri
"Kenapa? Ada apa, Ga Eun?!"
Ara membiarkan tangannya diguyur air keran, meletakkan telpon genggamnya dekat westafel dengan mode Loundspeaker.
"Ara!!!" suara ayahnya terdengar begitu khawatir
"Ya, Appa! Ara tidak apa-apa. Hanya tersiram air panas sedikit."
"Kenapa kau ceroboh sekali! Kau harus membeli obat agar tanganmu tidak melepuh."
"Iya, Appa. Ini sudah Ara berikan pasta gigi. Kalau masih melepuh juga Ara akan beli obatnya. Appa tenang lah. Ara tutup telponnya ya ...."
\=\=\=\=
Iring-iringan mini bus berhenti di depan gadis berkerudung hitam dengan syal coklat dan jaket dengan warna yang sama.
Sahara menarik kopernya menuju mini bus yang paling belakang. Disana ia melihat beberapa staf lain di agensi tempat dia bekerja.
"Disini sudah penuh, Ra. Kau masuk mobil saja." ucap salah seorang diantara mereka yang membuka jendela mobil
Ara pun kembali menarik kopernya, berjalan ke depan. Ara mengetuk kaca mobil di posisi pengemudi.
Gadis itu membungkuk memberi hormat, Bumi yang ada di sebelah sopir melambaikan tangannya
"Ayo cepat, Ara. Masuklah! Kau duduk di belakang." ucap Bumi
"Baik." jawab Ara lalu membuka pintu mobil, gadis itu segera mengambil posisi duduk setelah kopernya terlebih dahulu di masukkan kedalam.
Tak lupa Ara memberi salam kepada Ye Jun yang sepertinya sedang mendengarkan musik melalui headset. Laki-laki itu mengangguk.
"Hai, Ara! Sini duduk di dekat aku!" ucap seseorang di bangku belakang
"Jae Sun! Kau ikut!" Ara terkejut melihat laki-laki yang selalu tampak riang itu
"Tentu saja aku ikut! Aku tidak akan tega membiarkan Hyung Jun kesepian tanpa aku." ucapnya menyeringai, Ara melihat ke belakang menatap Ye Jun yang sepertinta tidak mendengar ocehan Jae Sun
"Oh ... Ya ya, aku percaya. Kalau tidak ada kau konsernya tidak akan berjalan lancar." jawab Sahara pula
Sahara dan Jae Sun duduk berdampingan, Ara meletakkan mini bag nya tepat diantara mereka. Gadis itu mengambil sesuatu yang ia ikatkan di bagian atas kopernya.
Gadis itu membuka kantong tersebut dan mulai mengupas kulit buah berwarna kuning.
Bagai jambret yang mencuri dompet di keramain, satu kantung penuh berisi jeruk yang tadinya ada di pangkuan Ara kini telah raib.
"Hahaha!" Jae Sun tertawa melihat pemandangan yang baru saja terjadi.
"Pak! Itu jeruk saya." ucap Ara, Ye Jun terlihat seperti sangat merindukan buah tersebut.
"Ya aku tau, tapi saat kau mengupasnya membuat konsentrasi ku terganggu!" jawabnya
"Ya Allah ...." Ara menyandarkan tubuhnya, menghabiskan satu-satunya jeruk yang masih dia miliki
"Haha ... Nanti kau akan mendapatkan nya kembali kalau dia sudah kenyang." ujap Jae Sun seolah merasa iba namun tawanya tidak bisa ia hentikan
"Hyung Jun itu kalau melihat jeruk sama seperti Singa yang melihat daging segar. Dia bisa menahan seleranya tidak minum alkohol, tapi dia tidak akan bisa tahan jika mencium aroma buah kuning itu!" jelas Jae Sun.
"Tapi aku harus menghilangkan rasa mual ku." rengek Ara
"Makan ini saja, ini juga ada jeruk-jeruknya." Jae Sun menyerahkan tablet hisap rasa jeruk
"Hm ... Aku benci Ye Jun!" ucap Ara tanpa berpikir bosnya akan mendengar ucapannya
"Haha ... Aku juga!" jawab Jae Sun pula
.
.
.
.
.
Sudah masuk ke episode sekian ini, boleh lah di berikan nilai pada tulisan sayya ya manteman. Boleh lah ... Bolehlah.😊✌️🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Ratih
tulisanmu rapi ka,,,,enak pokoknya dibaca
2023-05-03
0