Ruangan yang besar itu tampak ramai, masing-masing sibuk dengan urusan mereka sendiri. Ara yang sedang berhadapan dengan sang bintang utama malam ini sama sekali tidak kikuk, sikapnya sungguh profesional disaat semua wanita akan meleleh dan rela melakukan apapun untuk sipemilik kulit putih bersih tersebut.
"Coba lihat? Apa ada yang harus dibetulkan?" tanya Sahara, menggeser tubuhnya agar Ye Jun benar-benar bisa melihat pantulan wajahnya di cermin
Laki-laki itu meletakkan tangannya yang membentuk seperti tanda centang.
"Aku selalu terlihat tampan!" ucapnya sombong
"Ya ... Tampan dan cantik itu susah di bedakan" jawab Ara, tentu saja menggunakan bahasa negrinya
Itu salah satu alasannya tidak menggilai idol kpop sampai drakor.
"Jangan lagi menggunakan bahasa yang aku tidak mengerti, Ga Eun! Aku merasa kau menjelek-jelekkan aku." Ye Jun menatap gadis yang baru saja membuka sebelah sarung tangannya
"Kau juga jangan memanggil aku dengan nama itu!" balas Ara tidak kalah tegas
Bulan sabit malah terbit diwajah Ye Jun. Menatap gadis yang baru bekerja dengannya dua bulan terakhir itu lekat-lekat.
"Nama itu adalah identitas yang diberikan oleh orangtua. Kenapa kau justru malah ingin menghilangkannya?"
"Ada doa dan harapan dibalik nama Ga Eun. Cantik dan baik, ayah dan ibumu pasti menginginkan anaknya menjadi sesuai dengan nama yang mereka berikan" sambung Ye Jun lagi
"Jangan berbicara tentang orangtua denganku. Aku sudah lama tidak mempunyai orangtua!" ucap Ara malas. Gadis itu memilih mengemasi barang-barangnya.
"Loh bukannya, kau masih memiliki ayah?" pertanyaan Ye Jun membuat Sahara menghentikan kegiatannya
"Aku rasa kita ini hanya rekan kerja, Pak! Dan bukan hanya selebrity saja yang punya privasi" ucap Ara tegas
"Hey ... Kenapa wajahmu seperti itu? Aku hanya bertanya sedikit tentang ayahmu saja" Ye Jun tidak suka dengan tatapan yang dihadirkan Ara padanya
"Jangan bertanya padaku mengenai hal itu! Ada atu tidak ada dia aku bisa hidup!" entah apa yang melintasi pikiran Ara, ucapannya membuat wajah Ye Jun berubah merah
"Aku tidak tau kau sebenci itu pada ayahmu. Banyak orang di luar sana yang menginginkan waktu lebih lama lagi dengan orangtuanya, kau termasuk salah satu yang beruntung. Tapi kau tidak mensyukurinya. Bukankah hal seperti itu sangat di junjung tinggi oleh agamamu?
Aku bahkan sangat iri padamu, Ra. Kau beruntung masih memiliki ayah. Manfaatkan kesempatan yang aku tidak miliki itu, Ara"
"Banyak bicara sekali orang ini!" Wajah Sahara merah menahan marah, bagaimanapun dia masih membutuhkan pekerjaan itu, pikirnya
Jae Sun masuk ke ruangan itu dengan wajah polosnya, menatap bergantian kearah dua orang yang sejak tadi bersitegang.
"Hey ... Kalian kenapa?" tanya nya
"Apanya yang kenapa?" ucap Ye Jun, sementara Ara diam saja
"Ara! buat aku tampan." ucap laki-laki itu menarik kursi dan duduk di depan cermin yang di kelilingi lampu
Seulas senyum mengukir wajah Ara, kedatangan Jae Sun benar-benar membuat moodnya sedikit membaik.
"Kau memang sudah tampan, Jae Sun-a."
"Oh ... Ya ya, aku tau itu." ucap Jae Sun menyeringai
"Jangan pakai peralatan ku!" ucap Ye Jun ketus saat melihat Sahara kembali membuka tas berwarna gray miliknya.
"Haduh ... Kau ini pelit sekali, Hyung." Jae Sun berdiri dengan malas dan berjalan meninggalkan mereka berdua.
"Sebentar ya, Ara. Aku juga punya yang lebih bagus dari punya dia itu." Jae Sun melihat ke Ara dan mengedipkan matanya. Ye Jun memandang dengan tatapan membunuh namun laki-laki itu hanya diam.
"Hyung, ini. Lihat ini punya ku sendiri ya" ucap Jae Sun menunjukkan satu tas kecil bertuliskan brand make up internasional.
"Cepatlah bersiap, aku duluan" ucap Ye Jun akhirnya dan pergi meninggalkan mereka
Ara mengambil tas yang dipegang Jae Sun, mengeluarkan semua isinya memilih lalu mulai menunjukkan keahliannya pa Jae Sun.
"Aku senang kau yang menggantikan Jeny, Ra." ucap laki-laki itu sambil memejamkan mata
"Kenapa begitu? Bukannya setau ku Jeny itu orangnya asik" jawab Ara tanpa menghentikan aktifitasnya
"Ya dia memang asik, aku juga suka padanya. Dia sangat memanjakan aku, tapi bukan itu yang ku maksud"
"Lalu apa?"
"Kau itu seperti matahari, Ara. Kau begitu bersinar dan aku yakin sinarmu itu akan membuat cair gunung es" oceh Jae Sun
"Ternyata kau orangnya puitis juga ya, hahaha"
"Hahaha ... Aku memang serba bisa, Ra"
"Hm ... Ya ... Ya, Aku percaya" jawab Ara memutar bola matanya
\=\=\=\=
Siang itu terasa hangat, Gadis bersyal hitam sedang menikmati roti coklat dengan segelas kopi hangat.
Rasa laparnya mulai membuatnya mual, tapi sayang pilihan untuk memesan makanan itu hanya disesuaikan berdasarkan selera saja. Tanpa memikirkan kesehatannya.
Setelah menghabiskan roti rasa mual mulai mengganggu ulu hatinya. Ara yang ingin kembali masuk ke gedung itu mengurungkan niatnya. Gadis itu memilih tetap duduk di tempatnya saat ini sambil memegang perutnya memberi tekanan sedikit dengan tangannya.
"Ternyata aku lupa membawanya" gumamnya begitu selesai memeriksa tas hitam mini yang selalu ia bawa
Ponselnya berdering, cepat-cepat Sahara mengangkat panggilan tersebut.
"Kau dimana?!!" suara dari seberang sana membuat Ara segera menjauhkan ponselnya dari telinga
"Nggak usah ngegas ngomongnya, pelan juga aku mendengarnya, Planet!" ketus Ara
"Kau dimana?" ulang asisten artis itu
"Aku sedang duduk di luar. Kenapa?"
"Ye Jun memanggilmu."
"Iya ... Iya, Aku datang." Ara berdiri sambil memegangi perutnya
.
.
.
Ayo bintun Arief semangat menyelesaikan novel ini 🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments